Wednesday, April 29, 2009

Kesaksian : " Buddhist (Budha) Masuk Kristen : " Ibu Yeh "


KESAKSIAN BUDDHIST (BUDHA) MASUK KRISTEN : “IBU YEH”

( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok Utara)


Ibu Yeh dan suaminya adalah tokoh pimpinan agama Budha. Keduanya sangat menguasai agama itu, bahkan belum ada duanya yang dapat menguasai agama semacam itu saat itu. Selain itu mereka juga sangat setia dan melaksanakan dengan benar ajaran agama itu. Agama Budha telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Untuk keahlian mereka ini mereka lalu diangkat menjadi pimpinan agama dan berkedudukan sebagai pemuka bagian dalam (orang-orang yang penting). Keduanya bercita-cita ingin mencapai tingkat kebahagiaan dunia yang setinggi-tingginya, dan menurut janji agama untuk mencapai tujuan itu, mereka tidak boleh lalai menjalankan syarat agama yaitu dengan mantera dan sedekah.
Suatu ketika, masyarakat digemparkan oleh adanya sesuatu yang belum pernah mereka lihat. Sebuah kemah didirikan di depan sebuah Kelenteng. Orang-orang kampung segera meninggalkan pekerjannya dan menuju tempat itu. Mereka ingin tahu apa isi kemah itu. Biasanya kemah semacam itu berisi macam-macam binatang untuk pertunjukkkan sirkus. Namun kemah yang satu ini nampaknya lain sekali. Dalam kemah tidak ada binatangnya. Yang ada adalah gambar-gambar yang dipasang di dinding kemah. Diatas kemah ada bendera putih yang bertuliskan “ KEMAH KABAR KESUKAAN”. Pengunjung ingin mengetahui apa arti dari tulisan ini ? Pastilah ada arti yang sangat istimewa, mereka segera berjejal masuk mengamati lebih dekat poster bergambar yang tergantung di dinding itu. Orang yang dapat membaca menjelaskan kepada orang-orang yang tidak tahu membaca, bahwa gambar itu adalah lambang kuasa dosa dan kegelapan atas manusia. Gambar lain adalah lukisan orang yang disebut Yesus. Dan Yesus adalah satu-satunya orang yang dapat membebaskan manusia dari belenggu dosa. Yesus adalah anak Allah sedangkan orang yang mengajar di dalam kemah menjelaskan tentang kuasa Yesus yang agung dan besar. Orang yang memberi penjelasan ini disebut “ Pekabar Injil”.
Kini orang-orang yang berkerumun di depan kemah dipersilahkan masuk, mereka akan diberi penjelasan lebih lanjut tentang Yesus oleh si Pekabar Injil. Diantara orang-orang yang duduk di dalam kemah terdapat ibu Yeh. Ibu Yeh berusaha menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan orang-orang yang dikenalnya. Betapa malunya kalau ia sampai ketahuan, bukankah masyarakat selama ini mengenalnya sebagai pemimpin yang sangat dikagumi masyarakat ? Ia sengaja duduk diantara petani-petani yang miskin, karena mereka kebanyakan tidak mengenal siapa ibu Yeh itu. Dan ia akan merasa aman kalau orang-orang itu tidak mengenalnya. Selama satu jam ia duduk di bangku yang keras dan mendengarkan kotbah sang Penginjil, betapa ia merasa sangat bodoh, ketika ia mendengar sang Penginjil menjelaskan tentang kesia-siaan kalau mereka meneruskan penyembahan mereka kepada dewa-dewa. Dengan berani Penginjil menjelaskan bahwa dewa-dewa adalah buatan manusia, tidak dapat makan, minum dan bicara, karena ia cuma patung. Sedang para imam mencari kesempatan untuk menambunkan perut mereka melalui persembahan-persembahan rakyat.
“Bohong !” teriak hati ibu Yeh, ia marah sekali mendengar tuduhan Penginjil itu. Ibu Yeh berusaha menekan kemarahannya, bibirnya gemetar, tak tahan ia terlalu lama duduk di tempat itu. Heran, mengapa Penginjil itu berkata sebodoh itu, ia toh sama dengan dia satu bangsa yaitu ia seorang Tionghoa. Mengapa ia tak bisa menghargai hal-hal yang baik dari sang Budha ? Ah..biar saja Budha menghukum dia, kata ibu Yeh dalam hati. Selama kebaktian berlangsung ia terus berdoa kepada sang Budha, ia berdoa agar Penginjil yang sembrono itu mendapat kutukan dan hukuman dari sang Budha, juga para dewa. Pastilah Penginjil itu sedang mabuk oleh obat orang asing itu, oleh karena itu perkataannya bagai orang yang tengah kehilangan ingatan.
Tanpa memperdulikan perasaan ibu Yeh, Penginjil terus saja berkotbah : “ Saudara-saudara, kehidupan saya tidak kukuh sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, sama dengan saudara-saudara saat ini”. Agama Budha memberi pelajaran, bahwa hati manusia tidak seburuk yang sebenarnya, kehidupan ini dapat kita hias, sehingga di waktu mendatang dalam kehidupan lain kita akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan lebih baik. Namun saudara-saudara harus tahu semua pelajaran ini cuma semu dan tipuan, pelajaran ini membuat orang terlena dalam dosa-dosanya. Ketika saya percaya Yesus, kepercaaan saya yang lama habis terbakar bagai jerami kering yang dimakan habis oleh api cinta kasih Yesus. Ibu Yeh tahu benar apa arti dari kiasan yang dibawakan oleh pekabar Injil itu. Ia memakai jerami untuk memanaskan ruang tempat tidurnya apabila musim dingin tiba. Benarkah kepercayaannya dan agamanya dapat terbakar bagai jerami kering? Ia menjadi kecil hati, hal ini tak boleh jadi, kata ibu Yeh dalam hatinya.
“Kita harus diperbaharui oleh kuasa Roh Allah”. Tsao nama penginjil itu memperhatikan semua yang hadir lalu ia meneruskan khotbahnya, “ Jangan saudara-saudara membiarkan kehidupan yang lama berkembang tanpa tujuan “.“ Uh..apa itu hati yang baru ?” tanya ibu Yeh dalam hati. Barangkali benar kata pimpinan agama Budha, orang kulit putih itu telah membujuk orang-orang supaya masuk ke dalam bilik orang kulit putih, lalu hati mereka diambil dan diganti dengan hati si kulit putih. Orang kulit putih itu telah mengambil hati orang-orang Tionghoa untuk obat. Mereka pandai menyihir orang sehingga banyak orang Tionghoa mengikuti kemauan orang kulit putih, meraka diajak masuk bilik orang kulit putih kemudian disihirnya mereka, tanpa sadar mereka dijadikan umpan pembedahan agar hati mereka bisa diambil dan diganti dengan hati yang baru yaitu hati sikulit putih. Dan ketika mereka sadar kembali, mereka telah mempunyai hati yang baru, lalu mereka menjadi penganut agama asing. Ini tidak mengherankan, karena hati mereka telah diganti tanpa sadar.
Selesai kebaktian orang banyakpun pulang ke rumah mereka masing-masing. Keadaan mereka tidak menentu. Ada yang kurang bereaksi, ada yang marah-marah. Namun tak sedikit juga yang lalu memberikan respon secara positif, mereka lalu menghubungi Penginjil minta penjelasan lebih lanjut tentang khotbah pak Penginjil. Lalu orang-orang yang tak senang mendengarkan uraian si Penginjil bermusyawarah akan mencegah kebaktian secara bersama-sama.
Sikap ibu Yeh juga sama dengan penentang-penentang lainnya. Ibu Yeh merasa dewa-dewa mereka telah dihina secara terang-terangan oleh si Penginjil.Namun juga tak bisa disembunyikan ada peperangan kini dalam hatinya, seolah-olah suatu kebenaran telah menyelinap dalam sanubarinya. Perkataan Penginjil itu terus terngiang-ngiang di telingannya. Apa sebenarnya yang tengah terjadi ? Kekuasaan sang Budha yang terpukul atau kenangan itu memberi peringatan pada dirinya ? Ia tak boleh lemah dan menyerah pada pencobaan. Kalau ia menyerah, nama yang selama ini dikagumi masyarakat, akan musnah. Bahkan untuk masa mendatang ia tak akan lagi punya nama besar di mata masyarakat.
Ibu Yeh tidak mempunyai anak, bertahun-tahun ia dan suaminya berdoa kepada dewa-dewa agar dikaruniai seorang anak lelaki, namun doanya tidak pernah dijawab. Bahkan bertahun-tahun suaminya bertapa minta kepada dewa kemakmuran, seorang anak lelaki, namun dewa kemakmuran juga agaknya kurang mendengar permintaan kedua suami istri.
Salahkah doa mereka ataukah kurang persembahan yang disajikan pada dewa-dewa itu, sehingga dewa-dewa tetap membisu dan tidak memberikan jawaban atas doa-doa mereka ? Kalau begitu betulkah kata sang Penginjil dalam renungannya kemarin, bahwa dewa-dewa itu buatan manusia, terbuat dari batu atau kayu dan tak akan mungkin mereka bisa menjawab persoalan mereka ?.
Ibu Yeh mulai ragu-ragu, ia merasa benar-benar sial, mana yang harus dipercaya sekarang? Malam itu ibu Yeh tak bisa tidur, berkali-kali ia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan secara terus bergantian, ia nampak sangat gelisah. Kata-kata si Pengkhotbah terus mendengung dan tak mau berakhir. Suami ibu Yeh masih terus mendengkur tak tahu akan pergumulan istrinya. Dan ketika suaminya menarik nafas tinggi, ia tak tahan lagi, ia tak mau membiarkan pikirannya terus kacau. Ia bangun dan mengguncang tubuh suaminya sambil terus membaca mantera untuk melenyapkan kegelisahan hatinya, ia menunggu sampai suaminya terbangun.
“Tadi siang aku pergi ke kemah. Disana diceritakan tentang Yesus yang katanya Anak Allah. Dia katanya satu-satunya jalan keselamatan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala dosa. Kalau kita tidak berhenti menyembah berhala serta tidak menerima Yesus sebagai Juru Selamat, maka kita akan masuk neraka selama-lamanya dan berkumpul dengan Iblis, kata-kata ini tidak dapat kuenyahkan dari pikiranku, selalu saja mendengung di telingaku, aku tak bisa tidur, kalau…..”
“Tidak ! Suaminya tersentak dari tidurnya dan merasa terganggu ocehan istrinya, matanya menyala-nyala dan wajahnya merah, kata-kata yang kasar menluncur dari mulutnya, sehingga ibu Yeh merasa takut kepada suaminya “. Hem..jadi kau telah mendengar banyak pelajaran orang asing terkutuk itu ya, itu pelajaran palsu dan penuh tipu muslihat, pelajaran menghina dewa-dewa keluarga kita. Ini sangat merusak bangsa Tionghoa , membunuh iman anak-anak. Orang dewasa terjebak dengan jerat orang putih, mereka akan diperbudak dan harus mematuhi semua perintah orang putih. Awas jangan kau ke sana lagi, Allah yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan kebudayaan kita bangsa Tionghoa”.
Ibu Yeh membantah : “Tapi aku tak melihat orang kulit putih di sana, hanya ada orang Tionghoa yang berkata-kata tentang Yesus, malah orang itu tetangga kita sendiri yang datang dari kota Shangsien wilayah Shanyang. Semua penuh kebahagiaan, barangkali dalam agama kita ada kesalahan “.
“ Ah..sudah, jangan ngoceh tak karuan”.”Aku Cuma berpikir dan mempelajari kebenaran kata-kata Tsao si Penginjil itu. Ia juga menyinggung tentang penyiksaan diri, katanya tak ada gunanya menyiksa diri semacam itu. Dalam Kristus ada damai yang membuat manusia bahagia” Yeh yang tak mau lagi mendengar ocehan istrinya cepat menyambung mimpinya, ia mendengkur dengan keras.
Fajar mulai menyingsing dari sebelah Timur, angin berhembus menyentuh dedaunan menyajikan bunyi musik alami yang meninabobokkan manusia yang terlena dalam buaiannya, sampai sentakan sinar surya lembut membangunkan insan yang tengah teruai menyadarinya ditambah riuhnya ayam jantan memberikan sahutan agar manusia terjaga dan menunaikan kewajibannya, namun ibu Yeh yang tak bisa memicingkan matanya semalam-malaman justru baru terlena pagi itu.
Suaminya memberi peringatan sedikit keras, agar ia tidak lagi mengulang pergi ke tempat si Penginjil, nalurinya justru medorong ia agar ia berjalan ke tempat itu. Dan keesokan harinyapun ia juga telah duduk di bangku yang keras untuk mendengarkan kotbah Tsao (si Penginjil). Batu yang keras itu tengah ditempa Allah, Roh Kudus terus bekerja mengikis kekerasan hati ibu Yeh. Setelah beberapa kali ia mengikuti khotbah Penginjil itu, ia merasa bahwa ialah manusia paling berdosa yang justru sangat membutuhkan belas kasihan Allah, agar dirinya diselamatkan Allah. Dan sadar bahwa ia akan binasa kalau ia tidak bertobat. Bertahun-tahun ia mengabdikan diri pada berhala, beribu-ribu mantera telah dihafal, ketekunannya terhadap ajaran filsafat Budha dan janji-janji tentang jalan kehidupan yang telah diucapkan tidak dapat dilemparkan begitu saja dari dirinya. Berminggu-minggu ia mengalami peperangan bathin, baru kemudian ia mengambil langkah positif untuk percaya pada Yesus.
Pada suatu sore yang indah tokoh Budha ini akhirnya menyerahkan diri dibawah kaki Kristus dalam suatu kebaktian. Malaikat di sorga bersukacita dengan adanya satu jiwa yang bertobat. Pertobatan ini menggemparkan penduduk sekitarnya.Mereka heran bagaimana mungkin tokoh Budha ini dapat menyangkali agamanya. Suami ibu Yeh malu sekali. Namun dengan penuh kerendahan hati dan sabar Ibu Yeh tetap memohon suaminya mau meninggalkan berhalanya dan datang ke kaki Kristus. Ia mengingatkan suaminya, selama mereka mengabdi kepada berhala, kehidupan mereka benar-benar muram. Dengan suara keras suaminya menolak ajakan istrinya. Ia sadar hati istrinya telah diganti dengan hati orang kulit putih. Hati agama Budha yang baik disingkirkan, sehingga pendapatnya bahwa istrinya kini bukan lagi orang Tionghoa.
Istrinya mengatakan bahwa meja perjamuan yang terbuat dari kayu yang indah itu harus dibuang, kalau itu dibuang, siapa yang akan melindungi mereka dari serangan serigala, harimau dan bermacam-macam penyakit? Pastilah dewa akan murka dan menghukum mereka, ladang akan dibakar dan ayam mereka tidak akan bertelur lagi dan lembu mereka akan mati semua, apa lagi nasib babinya nanti. Padahal babi itu menjadi kebanggaan keluarga. Begitu takutnya suami ibu Yeh, ia takut akan malapetaka yang menimpa keluarganya karena menyangkali dewa-dewa.

Suami ibu Yeh juga bergumul, selama ini mereka tidak dikaruniai seorang anak. Lagi pula di mata orang Tionghoa tidak mempunyai anak menjadi cela yang besar, apa lagi saat istrinya menjadi kacau pikirannya (hilang ingatan) inilah karena hati istrinya telah diganti oleh si kulit putih dengan sihirnya yang ajaib itu. Rasanya ingin ia menyiksa istrinya agar istrinya ingat kembali. Namun ia tak sampai hati melakukan tindakan yang keji terhadap istrinya. Selama ini istrinya sangat baik terhadap dia dan tak pernah dikecewakannya. Cuma saja istrinya tak dapat memberinya anak laki-laki sebagai penerus keluarga. Tak ada jalan lain bagi suami ibu Yeh, ia harus bersabar dan menunggu saja apa yang bakal terjadi.
Tiga bulan lamanya masing-masing melakukan ibadah sendiri-sendiri. Suami ibu Yeh tetap memuja berhalanya, sedang ibu Yeh dengan tekun beribadah kepada Allah Juruselamatnya. Suaminya merasa aneh melihat cara istrinya memuja Allahnya. Tak ada kertas-kertas yang dibakar, tak ada sesajen disediakan, tak ada kemenyan yang dibakar bagi dewa-dewa.,juga tak terdengar mantera-mantera yang diucapkan ataupun dihafal. Kalau ia memuja Allah ia cuma berlutut dan menangis, namun setelah itu wajahnya menjadi cerah sekali. Aneh ia berdoa sambil menangis padahal tak ada yang disusahkan juga tidak ada kemarahan. Suatu hari di rumah ibu Yeh terjadi keributan, karena babi kesayangan mereka telah menghilang.
“Babi kita diterkam serigala “kata suami ibu Yeh panik. Ibu Yeh hanya tersenyum melihat tingkah suaminya, “masakan bisa babi itu diterkam serigala. Kan sudah dijaga dengan ketat oleh dewa-dewa itu “goda istrinya”. Suaminya terdiam, kata-kata istrinya ini cukup menepelak dia, ia menahan kemarahannya. Ia benar-benar merasa tersudut dan untuk menghilangkan kejengkelan hatinya ia pergi keluar rumah dan berjalan semaunya tanpa arah tujuan. Sore hari ia pulang dengan lesu. Panas hatinya mulai mereda. Ia melangkahkan kakinya menuju meja kecil tempat dewa tanah bersemayam. Ia malu sekali dewanya dihina oleh istrinya sendiri. Apa yang harus dibuat untuk membalaskan sakit hati dewanya terhadap kelakuan istrinya ini ? Ia menatap patung dewanya yang tak bergerak itu, patung itu tetap diam dan tak memperdulikan kehadirannya. Kini terselip pertanyaan dalam hatinya, benarkah patung ini cuma buatan manusia ? Tiba-tiba ia tersentak bagai orang yang baru terbangun dari tidurnya. Bertahun-tahun ia membakar dupa dan kemenyan, dan puluhan tahun ia membakar kertas di muka dewa-dewa itu. Namun nampaknya semua yang pernah ia lakukan sia-sia saja. Dewa itu tetap membungkam dan tak pernah menjawab doa-doa mereka. Apa sebenarnya yang disebut kebenaran oleh istrinya ? Dimana dapat diperoleh kebenaran itu ? Dimana dapat diperoleh kebenaran itu ? Ah…ngelantur mengapa pikiran jadi mengarah kepertanyaan semacam itu. Jangan-jangan sihir si kulit putih telah mengenai dirinya.
Saat yang bersamaan istrinya tengah berlutut di meja sembahyangnya di dapur, ia tengah memohon kepada Allah Bapa di sorga agar suaminya juga bertobat dan percaya kepada Allahnya, selain pokok doa khusus itu ia juga berdoa agar babinya dikembalikan kepada mereka. Biarlah melalui hal ini suaminya dapat berlutut di bawah kaki Allah. Doa yang sederhana dan dipanjatkan dengan tulus ini menggerakkan hati Allah untuk segera bertindak. Selesai berdoa ia menyongsong suaminya dengan senyum kasih dan ramah.
“Besok pagi Allah akan mengembalikan babi kita” katanya tanpa ragu-ragu. Meskipun ia percaya akan kata-kata istrinya namun ia malu mengakuinya, ..”Ah..sudahlah bu, pikiranmu sudah kacau, lebih baik kau istirahat yang banyak biar pikiranmu tenang”. Ibu Yeh tak mau membantah perintah suaminya, ia pergi tidur, namun di tempat tidur ia tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Bapanya di surga yang telah berkenan memberikan ketabahan iman kepadanya. Ketika fajar menyingsing, ibu Yeh terbangun lebih dahulu. Ia mendengar sesuatu di ladang, ya itulah suara babinya. Allah benar-benar menjawab doanya, tepat seperti janji-Nya bahwa pagi-pagi sekali babi itu akan kembali ke tempatnya. Ibu Yeh dengan tak sabar membangunkan suaminya, “ Ayo bangunlah ! Babi kita telah ada di ladang “. Suami yang belum bangun betul merasa terganggu dengan sikap istrinya ini tanpa menoleh ia membentak istrinya, “Tidurlah bu ! “Kau ini benar-benar sudah gila”.
“Ah..kamu, dengar dulu benar-benar, Allah telah mengirimkan babi kita”. Kini suaminya mencoba mendengarkan apa yang ada di ladang. Yah..nampaknya benar, ada suara seperti suara babi di ladangnya. “Rasanya tak mungkin, apakah babi kita tidak dimakan serigala ?” Tidak, Allah telah berjanji akan mengembalikan babi kita dalam keadaan baik”. Suami istri segera bangun dan bergegas keluar, mereka ingin melihat dari dekat keadaan babi mereka. Suaminya mendahului istrinya menuju tempat babi itu. Apa yang dilihat di depannya bukan suatu khayalan, benar babinya telah ada di sana dalam keadaan baik. Ketika ia memeriksa seluruh tubuh si babi, ia tak menemukan luka-luka besar bekas gigitan, hanya di bagian belakang telinga saja ada setitik darah, nampaknya cuma lecet sedikit bekas gigitan serigala, juga ada bekas gigitan di rahangnya. Melihat itu suami ibu Yeh mulai mengerti kebenaran kata-kata istrinya. Yesus yang disembah istrinya itu adalah Allah Yang Benar dan Maha Kuasa. Apalagi yang harus ia nantikan ? Kepercayaannya terhadap Allah istrinya mulai bertumbuh subur. Ia akan mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus. Dewa-dewa yang lama tak boleh lagi bersemayam di hatinya, ia tak sudi lagi mempersembahkan apa-apa bagi dewa-dewa itu, ia sadar bahwa dewa-dewa itu cuma buatan manusia, dan tak punya kuasa apa-apa di hadapan Allah Yang Hidup.
Di pagi yang cerah nampak kedua suami istri itu tengah membuat api unggun di ladangnya. Sampah-sampah diangkut dari dalam pura dan semua berhala di taruh di atas sampah termasuk kertas-kertas sembahyang dan buku-buku Budha. Suami ibu Yeh sendiri membakar berhalanya, dengan demikian roh-roh jahat dalam rumahnya terusir. Kemenangan yang terjadi di bukit Golgota nampak agung dan mempengaruhi seluruh pendalaman Tiongkok setelah hal itu terjadi kurang lebih dua ribu tahun yang lalu.
Bekas pemuka agama Budha telah menjadi seorang Kristen yang saleh. Seumur hidupnya yang ada dipakai oleh Tuhan. Keduanya tak henti-hentinya menyaksikan nama Tuhan dan kuasa Tuhan Yesus diantara suku bangsa mereka. Banyak pengikut Budha bertobat melalui kesaksian kedua suami istri ini. Kurban kepada Allah dilakukan dengan tulus. Karena keduanya merasa betapa besar kasih Allah terhadap keduanya. Allah pun sangat mengasihi keduanya. Allah berkenan akan persembahan mereka. Teman-teman yang beragama Budha tak dapat mengingkari lagi akan perubahan yang terjadi dalam hidup mereka yang telah dilakukan oleh Tuhan.

Soli Deo Gloria

Sumber : Kesaksian dan pengalaman Pdt. I. M. Nordmo yang telah bertahun-tahun tinggal dan bekerja sebagai Pemberita Injil di Tiongkok Utara, Indonesia di Kalimantan Barat dan Pulau Bangka. Dalam rangka pelayanan Pendeta Nordmo ingin mengungkapkan melalui bukunya (“Roh-Roh Jahat Terusir”), apakah akibatnya bila orang dikuasai Iblis.Dari berbagai pengalamannya Pendeta Nordmo menjelaskan lebih dalam betapa sengsaranya seseorang yang diikat kuasa iblis itu. Namun anugerah Kristus yang penuh Kuasa dan Pengasih senantiasa mengejar orang berdosa, manusia yang mau percaya dan mau menyerahkan dirinya kepada Kasih Kristus secara mutlak mereka akan dibebaskan. ( Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) Departemen Literatur, Jl. Trunojoyo 2 Batu Malang-Jatim ).

Tuesday, April 21, 2009

Allah Tritunggal ( TRINITY)




Refleksi Teologis


ALLAH TRITUNGGAL ( TRINITY )


"Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu."( I Yohanes 5:7)


Salah satu keunikan Kekristenan adalah kepercayaan terhadap Allah Tritunggal, yang tidak ada pada agama-agama lain. Doktrin yang begitu jelas diajarkan dalam Alkitab ini selalu menjadi kesulitan yang besar bagi orang Kristen maupun bukan Kristen. Memang secara terminologi istilah ini tidak muncul dalam Alkitab. Namun seluruh Alkitab mengandung ajaran yang penting ini.Melalui penganiayaan dan tantangan dari ajaran, baik filsafat maupun bidat-bidat, mengakibatkan selama beratus-ratus tahun gereja abad permulaan menginstropeksi ke dalam iman yang sudah dimiliki sehingga menemukan pengertian Allah Tritunggal yang sedalam-dalamnya. Doktrin ini sudah diteguhkan pada jaman Agustinus untuk menjadi dasar pengajaran gereja segala abad.

Agama Kristen mempunyai konsep Tritunggal yang tidak dimiliki oleh agama lain. Agama Hindu mempunyai 3 (tiga) ilah yang paling tinggi, yaitu : Brahma, Wisnu dan Syiwa. Tetapi konsep ini sama sekali berbeda dari konsep Tritunggal Kristen.Kekristenan bukan percaya kepada 3 Allah, melainkan kepada satu Allah (esa) yang mempunyai 3 pribadi. Ketiga oknum Allah dalam Allah Tritunggal tidak dicipta. Ketiganya berada dari kekal sampai kekal.Kristus selaku Oknum Kedua Allah Tritunggal, tidak lebih rendah dari Allah Bapa yang adalah Oknum Pertama Allah Tritunggal. Roh Kudus, bukanlah suatu Kuasa atau Hukum Alam yang dipakai oleh Allah di dalam segala karya-Nya, melainkan Diri Allah itu sendiri, yaitu Allah Oknum Ketiga. Kristus bukanlah sebutan bagi Allah Oknum Pertama pada saat datang kedunia, sehingga Ia menjadi Oknum Kedua. Juga salah jika kita mengerti bahwa setelah Kristus kembali ke surga, Ia turun lagi ke dunia sebagai Oknum Ketiga, yaitu Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah Kristus, dan Kristus bukanlah Allah Bapa.Allah Tritunggal merupakan doktrin, ajaran yang sedemikian unik di dalam Kekristenan. Doktrin ini merupakan suatu konsep yang tidak ada pada agama-agama lain, bukan suatu konsep yang ditarik sebagai kesimpulan dari hasil pikiran manusia melalui kemampuann rasio yang diciptakan oleh Allah, tetapi hal ini adalah suatu konsep yang tidak dapat dihindari oleh manusia karena Allah telah demikian menyatakan Diri, memperkenalkan Diri-Nya kepada manusia.

Allah yang benar adalah Allah yang tidak terbatas, Allah yang melampaui segala sesuatu, Allah Yang Esa, Allah yang tidak ada bandingnya, dan Allah yang menyatakan diri sebagai Allah Tritunggal. Istilah Tritunggal memang tidak ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Prjanjian Baru. Yang tidak muncul di dalam Alkitab secara istilah bukan berarti bukan konsep Alkitab. Sebaliknya, istilah yang muncul di dalam Alkitab jika ditafsir secara keliru menjadi bukan kebenaran Firman Tuhan. Faktanya, konsep atau doktrin Tritunggal ini terus-menerus muncul di dalam Alkitab.

Tritunggal berarti Tiga Pribadi di dalam Satu Allah, atau di dalam satu esensi diri Allah, ada 3 Pribadi. Sebelum abad pertengahan, gereja di Timur (Yunani Orthodox) dan Barat (Roma Khatolik) mempunyai pengertian yang sangat berbeda dalam hal ini. Di Timur Gereja Orthodox banyak dipengaruhi oleh filsafat-filasafat Yunani, di Barat Gereja Katolik banyak dipengaruhi oleh pikiran-pikiran Latin. Ini mengakibatkan adanya dua cara pendekatan yang berbeda, yang akhirnya menimbulkan dua pandangan ekstrim terhadap doktrin Allah Tritunggal yaitu :

  1. Pandangan yang menganggap adanya tiga Allah
  2. Pandangan yang mengangap adanya satu Allah yang menyatakan diri di dalam tiga pribadi yang berbeda.

Doktrin Allah Tritunggal adalah doktrin Monotheisme (percaya hanya kepada 1 Allah), dan bukan politheisme (percaya kepada banyak allah). Doktrin Allah Tritunggal termasuk monotheisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Dan Allah Yang Maha Esa itu mempunyai 3 pribadi, bukan 1 pribadi yaitu : Pribadi pertama adalah Allah Bapa, Pribadi Kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus), dan Pribadi Ketiga adalah Allah Roh Kudus. Tiga Pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah tidak berarti satu Pribadi. Tiga pribadi itu mempunyai sifat dasar atau esensi ( Yunnani = Ousia, Inggris= Substance) yang sama yaitu “Allah”. Allah Bapa adalah Allah, Allah Anak adalah Allah, dan Allah Roh Kudus adalah Allah, namun ketiganya memiliki Satu Ousia, yaitu esensi Allah. Maka Ketiga Pribadi itu adalah satu Allah.

A. Konsep Allah Yang Esa

Tiga hal penting mengenai konsep allah Yang Esa ini perlu kita perhatikan.


  1. Pertama, konsep Allah Yang Esa ini merupakan sumbangsih terbesar dari orang-orang Israel (Ibrani) kepada dunia. Inilah konsep yang terbesar yang diberikan bangsa Israel kepada dunia. Jikalau kita mempelajari sejarah bangsa Israel di jaman Perjanjian Lama, kita akan menemukan bahwa setiap suku bangsa yang tinggal di sekitar daerah Israel mempunyai dewa-dewa mereka sendiri, dan mereka menyembah lebih dari satu dewa. Mereka saling membandingkan dewa-dewa mereka, dan mereka dapat berpindah ke dewa yang mereka anggap lebih besar atau lebih hebat. Dewa-dewa yang terkenal pada waktu itu adalah Baal, Dagon, Asyera, Asytoret, dan banyak lagi lainnya. Dewa-dewa yang sangat banyak ini dianggap sebagai dewa-dewa pemelihara, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, militer (dalam peperangan), maupun dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, mereka bisa berpaling memuja dan menyembah dewa-dewa yang dianggap sesuai dengan kesejahteraan yang mereka butuhkan. Tetapi bangsa Israel tidak demikian. Mereka berbeda dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Orang Israel tidak mempunyai : “Kita mempunyai Allah kita, mereka (bangsa-bangsa lain) mempunyai allah mereka. Allah kita adalah Allah Israel, allah mereka bukan Allah kita”. Sebaliknya mereka mepunyai konsep : “ Allah orang Israel adalah Allah seluruh alam semesta”. Ini konsep yang sangat besar dan sangat penting. Konsep ini menerobos semua konsep agama yang ada pada saat itu. Sejak permulaan Perjanjian Lama sudah tertulis ayat seperti demikian : “Allah Yahweh yang mengadili seluruh bumi, bukankah Dia adil adanya ? “ ( Kej 18:25). Konsep ini tidak terdapat pada suku-suku bangsa yang lain. Mereka hanya bersembah sujud kepada suatu dewa atau ilah yang berhubungan dengan lingkup kesejahteraan mereka yang kecil dan terbatas. Tetapi, di dalam bangsa Israel, konsep Allah Yang Esa merupakan konsep yang bersifat universal dan supranatural. Konsep Allah Yang satu-satunya ini bukan satu untuk satu suku, melainkan satu untuk seluruh alam semesta. Konsep Allah Yang satu-satunya ini diulangi terus-menerus, sampai sebelum Musa mati, dia mengulanginya lagi sekali di dalam satu ayat yang disebut sebagai Syamma yaitu Ayat Mas, ayat kunci untuk mengerti seluruh Taurat, yaitu Ulangan 6:4-5 : “ Dengarlah, hai Israel : TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa ! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu”.

Ayat ini “ TUHAN itu Allah Yang Esa ! “ merupakan prinsip dasar untuk mengerti seluruh Taurat dan Wahyu Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Orang Israel mengetahui bahwa segala kebajikan di dalam iman kepercayaan dimulai dengan meletakkan iman mereka di atas dasar ini : Allah itu Esa.


  1. Kedua, konsep Allah Yang Esa merupakan pernyataan Allah yang serius, sehingga Dia menuntut sesuatu dari orang-orang yang menerima Wahyu Khusus ini. Allah itu Esa berarti kita tidak bisa sembarangan berserah atau menyerahkan diri kita kepada yang lain. Kita harus menyerahkan diri kita kepada Allah Yang Esa dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan serta akal budi kita untuk mengasihi Dia. Disinilah kita melihat perbedaannya dengan agama. Mengenal Allah Yang Esa mengakibatkan hidup yang bersifat totalitas. Maksudnya, seluruh hidup kita harus merupakan kesatuan di hadapan Allah.

  1. Ketiga, konsep Allah Yang Esa (tidak ada yang seperti Dia) ini menjadi dasar Teologi Tritunggal di dalam mengerti sifat Allah yang :

    • Transenden, artinya Dia lain dari yang lain, dan Dia melampaui segala sesuatu.
    • Kudus atau suci, artinya kesucian-Nya tidak ada bandingnya sekaligus menjadi sumber segala kesucian
    • Mutlak, artinya hanya Dia satu-satunya yang melampaui segala sesuatu yang relatif.
    • Sempurna, artinya Dia adalah satu-satunya yang tidak berkekurangan, yang mencukupi diri-sendiri, serta menjadi sumber dari segala yang lain, dan mencukupi yang lain.
    • Kekal, artinya hanya Dia yang tidak mempunyai permulaan dan tidak mempunyai akhir, serta menjadi sumber dari kekekalan.

Pada waktu Yesus di dunia Dia mengajarkan Doa Bapa kami dengan kata-kata, “ Bapa kami yang di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu…” Allah Yang Esa adalah Allah yang harus dikuduskan, karena berbeda dengan yang lain. Pada waktu dewa-dewa dibandingkan dengan Allah menjadi begitu nampak kepalsuan dan kenajisannya. Pada waktu Allah Yang Esa menyatakan diri-Nya, Dia selalu menggabungkan keesaan-Nya ini dengan kekekalan-Nya, sehingga Dia berkata, “ Siapakah yang dapat kau bandingkan dengan Aku ? Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian. Siapakah yang mengatakan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang ? Bukankah Aku, Tuhan ? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku” ( Bdk. Yesaya 44:6-8, Yes 45:20-22, Yes 46:9-10). Pada waktu tuanya Musa juga pernah menulis Mazmur dengan kalimat-kalimat : “ Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah ( Mazmur 90). Engkaulah Allah yang melampaui segala ciptaan”.

Allah itu Esa. Kalau Allah itu Esa, bagaimana kita bisa percaya bahwa di dalam keesaan Allah itu mempunyai tiga pribadi ? apakah ketiga Pribadi itu tidak bertentangan dengan Keesaan Allah ? sebaliknya, kalau Allah itu Tritunggal, mempunyai tiga Pribadi, bagaimana kita bisa percaya bahwa ketiga di dalam Ketritunggalan Allah itu tetap adalah Allah Yang Esa? Di dalam satu ada tiga dan di dalam tiga tetap mempunyai Keesaan. Apakah ini konsep yang terikat oleh hukum matematika dan hukum logika manusia? Tidak ! Sebab Allah adalah Allah yang transenden. Dia melampaui rasio dan logika manusia, melampaui segala sesuatu. Karena Allah adalah Allah yang bukan merupakan refleksi dari pikiran manusia tentang yang supra-natural, maka Allah tidak diikat oleh logika, tidak diikat oleh matematika dan mempunyai sifat supranatural yaitu : “transenden”.

Kita telah melihat, pengertian yang salah terhadap doktrin Tritunggal. Ini bisa mengakibatkan manusia jatuh ke dalam 2 kutub ekstrim yang salah yaitu :

  1. Monoteisme, yang percaya kepada satu Allah dengan Pribadi Allah dan tidak bisa menerima konsep Oknum Allah yang lebih dari satu.
  2. Politheisme yang percaya kepada tiga Allah yang tidak mungkin Esa, tidak mungkin mempunyai substansi yang sama. Kedua pandangan itu sesat dan merusak pengenalan kita terhadap Allah yang benar.

Untuk mencegah konsep yang salah itulah Allah terlebih dahulu menegakkan konsep dasar : “Allah itu Esa, Allah yang tunggal, Allah yang satu-satunya. Apakah ini berarti bahwa konsep Tritunggal tidak diwahyukan oleh Tuhan sejak permulaan ? Apakah konsep Tritunggal baru muncul belakangan ? Tidak ! Konsep Tritunggal sudah diwahyukan sejak mula sekali, sejak di permulaan kitab Kejadian.


B. Istilah Yang Mengindikasikan Keesaan Allah


  1. Pemakaian kata “ Kita” dalam kitab Kejadian.

Pada waktu Tuhan Allah memberikan wahyu tentang diri-Nya di dalam Kejadian 1:26, Kej 3:22, Kej 11:7, Yes 6:8, Allah memakai kata ganti Kita untuk menyebut diri-Nya sendiri, bukan Saya. Berfirmanlah Allah, “ Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita….,” ( Kejadian 1:26). Siapakah yang dimaksud Kita di dalam ayat ini ? Kita bukan menunjukkan satu pribadi tunggal, melainkan jamak, lebih dari satu. Ada yang menafsirkan Kita di sini menunjukkan perundingan antara Allah dan malaikat. Benarkah Allah bersama-sama malaikat dalam menciptakan manusia ? Ini sama sekali salah ! Jikalau Kita di sini menunjukkan perundingan Allah dengan malaikat, maka berarti manusia tidak diciptakan langsung oleh Allah Pencipta, melainkan oleh Pencipta yang bekerjasama dengan yang dicipta, sebab di dalam Yehezkiel dikatakan malaikat-malaikatpun adalah mahluk (creatures) yang diciptakan Allah ( Bdk Yeh 1:5-14, Yeh 9:3, Yeh 10:1-22) dan bandingkan juga dengan ( Kejadian 3:24 yang disebut Kerub atau Kerubim). Di dalam seluruh Alkitab tidak pernah dikatakan bahwa malaikat adalah pencipta, belum pernah dikatakan bahwa malaikat adalah pencipta, belum pernah dikatakan bahwa malaikat mencipta atau mengambil bagian di dalam karya Allah yang pertama, yaitu mencipta. Karya atau pekerjaan Allah sangat banyak, dan yang pertama adalah mencipta. Dan Allah disebut Allah, karena yang pertama Dia adalah Pencipta. Dia menciptakan segala sesuatu dari tidak ada ( creatio ex nihilo). Menciptakan dari kekosongan atau dari ketidakadaan. Ini adalah tindakan atau pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Betapapun besarnya kuasa dan kemuliaan malaikat atau penghulu malaikat, tidak dapat membuat mereka loncat dari derajat “yang dicipta” menjadi “ Yang Mencipta”. Mencipta adalah pekerjaan Allah sendiri. Lagi pula manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, bukan menurut gambar dan rupa malaikat.

Pada waktu Allah Pencipta mengatakan, “ Marilah Kita menciptakan manusia…” di sini Dia mewahyukan suatu pikiran yang penting, meskipun tidak terlalu jelas, bahwa Allah itu lebih dari satu Pribadi. Kita di dalam Kejadian 1:26 ingin menunjukkan bahwa itu adalah perundingan di antara Pribadi-Pribadi yang berada di dalam Diri Allah Yang Esa. Disini doktrin Tritunggal sudah dinyatakan walaupun dalam bentuk yang tidak jelas.


  1. Sebutan “Elohim” bagi Allah

Istilah atau sebutan Allah yang dipakai selalu dalam bentuk jamak, yaitu Elohim, bukan dalam bentuk tunggal, El. Di dalam tata bahasa Indonesia konsep ini tidak ada. Dalam bahasa Inggris kita masih melihat hal yang seperti demikian, misalnya bentuk tunggal ditambah “s” untuk menunjukkan jamak. (one boy, two boys, atau many boys). Tetapi di dalam bahasa Ibrani selain bentuk tunggal (singular) dan jamak (plural) juga ada bentuk dua atau ganda (dual). Hal ini sangat unik dan tidak terdapat dalam bahasa Yunani, bahasa Inggris dan bahasa-bahasa di Eropa atau di dunia Barat lainnya, maupun bahasa-bahasa di Timur. Allah begitu teliti di dalam memilih bahasa yang akan dijadikan-Nya sebagai media untuk memperkenalkan diri melalui Wahyu-Nya. Di dalam Alkitab, di dalam bahasa Ibrani, sebutan yang dipakai untuk Allah tidak memakai bentuk tunggal (singular) ataupun dua atau ganda (dual), melainkan bentuk jamak (plural).

Bukan saja sebutan TUHAN selalu muncul dalam bentuk jamak, namun juga sering kali sebutan TUHAN atau ucapan terhadap TUHAN muncul diulangi tiga kali. Misalnya : setiap kali Musa dan Harun memberkati bangsa Israel mereka mengucapkan doa berkat, sebagaimana yang diperintahkan Tuhan Allah sendiri, sebagai berikut :


TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;

TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;

TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.

( Bilangan 6:24-26)


Demikian juga dalam penglihatan Yesaya para serafim memuji kepada Tuhan Allah :

Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam,

Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya ( Yesaya 6:3)

Rupanya ada kebiasaan diantara orang-orang Israel menyebut bait TUHAN juga tiga kali ( Yeremia 7:4). Hal ini bukan sesuatu yang secara kebetulan muncul berkali-kali di dalam Alkitab, namun mengindikasikan bahwa konsep Allah Yang Tritunggal sudah mulai diwahyukan dan ditanamkan, khususnya kepada bangsa Israel, sejak mula-mula sekali. Ada bantahan yang mengatakan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang umum dalam pembentukan bahasa-bahasa di Timur Tengah. Pada waktu mereka menyebut dewa atau ilah mereka, mereka juga tidak pernah memakai bentuk tunggal, melainkan bentuk jamak, sebagai indikasi yang menunjukkan penghormatan mereka terhadap yang harus lebih dihormati dari manusia, yaitu dewa atau ilah mereka. (Di daerah-daerah tertentu di Indonesia penggunaan kata kita atau kami juga sering dipakai sebagai kata ganti orang dalam pengertian tunggal). Hal ini bukan berarti kita bisa menyangkal bahwa Allah telah menyatakan diri dengan cara berbeda dari cara bangsa-bangsa lain menyebut dewa-dewa mereka. Lagi pula, kebiasaan menyebutkan dewa atau ilah mereka dengan bentuk jamak ini baru muncul jauh sesudah Kitab Kejadian dituliskan melalui Musa.

Di dalam Alkitab pada waktu Allah menyebut diri-Nya sendiri dengan sebutan Kita, dia menyatakan diri-Nya sebagai Pencipta (Creator), Penebus ( Redeemer), dan Pewahyu (Revealer). Inilah tiga karya yang hanya dapat dikerjakan oleh Allah sendiri yaitu :

  • Penciptaan (Creation)
  • Penebusan ( Redemption)
  • Penyataan/Wahyu (Revelation)

Hanya Allah sendiri yang dapat melakukan ketiga pekerjaan itu, dan di dalam ketiga karya itu tidak ada campur tangan dari pribadi atau oknum yang lain. Sebagai Pencipta, Allah bukan saja telah menciptakan segala sesuatu yang diciptakan-Nya sampai pada waktu yang ditetapkan menurut kehendak-Nya. Maksudnya, kalau segala sesuatu bisa ada, itu adalah karena kuasa penciptaan Allah. Dan kalau yang ada itu bisa berada terus di dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Tuhan, itu adalah karena kuasa penopangan-Nya. Dan sebagai Pencipta, dia juga akan menyempurnakan atau menggenapi segalanya. Segala yang ada akan disempurnakan menurut waktu dan rencana-Nya. Allah Pencipta, Penebus, dan Pewahyu, yang menyebut diri dengan sebutan “Kita” inilah yang telah mewahyukan atau menyatakan diri kepada manusia bahwa Dia adalah Allah yang lebih dari satu Pribadi, bukan satu Pribadi, juga bukan dua pribadi, melainkan 3 Pribadi. Mengapa bukan empat, lima dan seterusnya? Karena selain Ketiga Pribadi yang tersembunyi dan dinyatakan di dalam Wahyu yang bersifat progressif ini, tidak ada pribadi lainnya lagi. Tiga menjadi angka eksklusif dan sempurna dari diri Allah. Tiga merupakan angka mutlak bagi Allah Tritunggal dan tidak dapat ditambahkan lagi.


Penutup


Masih ada banyak hal yang tersembunyi, dan masih banyak rahasia yang belum terpahami. Kalau manusia terikat dengan ruang dan waktu, tidak demikian dengan Allah. Bagi Allah, tak ada kemarin, sekarang dan yang akan datang. Ia kekal, Maha Hadir dan Maha Tahu (Eternal,Omnipresence dan Omniscience) dan sekaligus Dia juga adalah Allah Sang Pencipta Waktu. Ia berada diluar ikatan ruang dan waktu. Tidak heran jikalau Allah Abraham, Allah Israel pada jaman primitif itu adalah juga Allah yang sama dari orang percaya di jaman Post-Modernisme ini. Bahkan seribu tahun, bagi-Nya tak berbeda dari satu hari ( Bdk. 3 Pet 3:8). Dia yang hadir dalam keutuhan satu pribadi “Malakh Yahweh” dalam Perjanjian Lama adalah Dia yang berbicara dengan Paulus di dekat Damaskus. Sebagai satu pribadi Allah, Allah Anak bukanlah Pribadi Allah Roh Kudus yang turun keatas para rasul dan orang-orang percaya di hari Pentakosta. Roh Kudus adalah “ allon Parakleton ( Penolong yang lain tetapi yang sehakekat)”.Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah pribadi-pribadi yang berbeda dari satu Allah Yang Esa.


Solideo Gloria


Friday, April 17, 2009

Iman Dan Pertobatan


“IMAN DAN PERTOBATAN”


“Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." ( Kisah Para Rasul 2:37-39)

Apakah syarat utama yang Tuhan tuntut apabila kita ingin memiliki relasi yang baik dengan-Nya? Bermoral terpuji ? Penuh perbuatan kebajikan kepada sesama ? Aktif dalam berbagai bentuk pelayanan ? Jawaban Alkitab mengejutkan sekali ! Meski semua itu penting, tetapi bukan itu yang Tuhan tuntut sebagai syarat ! Ia hanya menuntut kita memiliki iman (Bdk Ibr 11:6) dan berpaling kepada-Nya melalui Yesus Kristus yang mana baptisan adalah materai (tanda,lambang)-nya, meninggalkan kepercayaan dan perbuatan yang sia-sia. Maka iman dan pertobatan adalah syarat mutlak untuk beroleh hubungan yang baik dengan Allah ! Kita melihat bahwa Alkitab menyaksikan Allah di dalam Kristus melakukan tindakan objektif sebagai landasan keselamatan kita. Ia mengalahkan kuasa-kuasa yang membelenggu kita dalam perhambaan dosa. Lalu melalui Roh-Nya, Ia melakukan pembaruan dalam hati kita, supaya dari keadaan lumpuh dan mati rohani, kita dimungkinkan untuk bangkit merespons Tuhan dengan benar. Nah, respons yang benar yang Allah inginkan itu adalah iman dan pertobatan. Allah melalui karya objektif Kristus dan karya pembaruan hati yang dialami secara subjektif itu, kini mengundang kita untuk beriman kepada Kristus dan bertobat meninggalkan jalan hidup kita yang tanpa Allah ! Semua hal yang perlu untuk keselamatan kita sudah Allah lakukan. Itulah anugerah-Nya yang ajaib bagi kita manusia berdosa. Dan janji anugerah-Nya itu kita terima di dalam baptisan sebagai materai dari kebenaran berdasarkan iman ( Bdk. Roma 6:1-14, Roma 4:11 ). Namun kita harus menyambut Yesus Kristus dengan iman, dan sebagai akibat datang kepada Kristus kita akan meninggalkan kehidupan lama kita yang kita jalani tanpa Tuhan dan diluar firman-Nya. Maka iman yang sejati pasti mengakibatkan pertobatan. Dan pertobatan yang sejati pasti disebabkan atau digerakkan oleh adanya iman yang sejati.Tanpa keduanya, tidak mungkin kita menikmati keselamatan, tidak mungkin kita mengenyam relasi indah dengan Tuhan dalam keseharian kita !. Jika kita serius akan hidup kini dan kelak, kita harus periksa kesejatian iman dan pertobatan kita kepada Tuhan Yesus. Hanya dengan syarat inilah kita dapat mengenyam indahnya relasi hidup dengan Tuhan, kini dan kelak.

Soli Deo Gloria

Kemana Tempat Dan Keadaan Orang Setelah Mati ?



Refleksi Teologis

KEMANA TEMPAT DAN KEADAAN ORANG

SETELAH MATI?

"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." ( Lukas 16:19-31)

Judul diatas adalah sebuah pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak kita. Pertanyaan ini muncul begitu saja karena sebagai manusia, kita memiliki rasa ingin tahu yang besar. Kematian buat sebagian besar orang, adalah peristiwa yang menakutkan, namun tidak bisa dihindari bahwa semua orang pasti akan mengalaminya. Ketakutan orang terhadap kematian kebanyakan disebabkan oleh tidak ingin berpisah dengan orang yang kita kasihi; tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kita meninggal.

Salah satu pertanyaan teologis yang menjadi polemik ketika kita bicara tentang keadaan setelah orang meninggal adalah masalah apakah ada tempat perhentian. Sebab di satu sisi ketika kita melihat jenazah, kita akan berkata, “dia telah kembali ke rumah Bapa di sorga.” Sementara itu kita ingat akan pemahaman iman Kristen bahwa akan ada hari penghakiman pada saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Hal ini membuat kita bertanya kritis, “apakah orang yang telah di rumah Bapa itu akan turun lagi untuk dihakimi? Atau benarkah orang yang meninggal langsung menuju sorga?”

Dalam pemahaman orang Yahudi dan ini nyata dalam Alkitab PL, mereka mengenal satu tempat bagi orang-orang yang sudah meninggal, yang disebut dunia orang mati (Ibrani: sye’ol – har: dunia bawah). Dunia orang mati digambarkan sebagai tempat yang mengerikan; selain tidak ada kehidupan dan keterpisahan dengan orang yang hidup, dunia ini diperuntukkan bagi orang-orang fasik dan berdosa (Bdk. Bil. 16:33; Maz. 9: 18). Namun dunia orang mati ini tidak bisa dihindari oleh setiap orang yang meninggal (Bdk. 2 Sam. 22: 6; Maz. 139: 8). Dunia orang mati adalah tempat yang suram dan ingin dihindari. Gambaran dunia orang mati dalam Alkitab PB tidak jauh berbeda dengan PL. Orang-orang yang telah meninggal akan masuk dalam kerajaan maut (Yunani: hadesy); (Bdk. Kisah 2: 27; Wah. 20: 13-14). Bahkan ada satu istilah Yunani yang ingin menggambarkan gelapnya dunia orang mati itu yaitu abysos (tempat yang tidak terduga dalamnya). Pertanyaannya sekarang adalah mengapa dunia orang mati/kerajaan maut digambarkan begitu mengerikan dan suram; dan kalau bisa dihindarkan? Karena tradisi Yahudi memahami dunia ini terdiri dari tiga bagian: dunia atas di mana Allah yang berkuasa; dunia tengah dimana manusia yang menguasainya; dan dunia bawah yang dikuasai oleh iblis. Pemahaman inilah yang kemudian mempengaruhi pandangan tentang dunia orang mati sebagai tempat iblis dan maut berkuasa (Bdk. Wah. 20: 13 kata maut dan kerajaan maut digandengkan). Satu hal yang dapat kita simpulkan dalam pandangan PL dan PB ini adalah setelah manusia meninggal, siapapun juga orangnya, akan masuk dunia orang mati/kerajaan maut.

Firman Allah membukakan keadaan orang-orang yang sudah mati. Alkitab adalah buku yang paling dibenci oleh Iblis, karena kedoknya ditelanjangi habis-habisan dalam Kitab Suci yaitu di dalam Alkitab. Iblis dan semua roh jahat tidak akan senang kepada anda, apabila anda membaca, merenungkan,memberitakan, mempercayai Alkitab Firman Allah. Anda akan dilawan habis-habisan melalui hal mengantuk, melalui kritik teologi Liberal, melalui antek-antek iblis di dunia ini. Semua orang yang tidak percaya Alkitab adalah Firman Allah adalah mangsa Iblis yang sangat empuk, dan juga semua orang yang membenarkan praktek berhubungan dengan orang mati, juga menjadi mangsa kuasa-kuasa kegelapan. Banyak orang menyangka bahwa orang mati masih dapat berhubungan dengan orang hidup di bumi ini atau sebaliknya. Dalam Perjanjian Lama ada 2 jenis kematian, yaitu kematian orang saleh seperti Abraham, Ishak dan Yakub ( Bdk Maz 116:15) dan ada juga kematian orang fasik ( Bdk Kej 7:23, Yeh 18:23, Yeh 33:11). Keadaanya berbeda sama sekali.Kondisi keduanya tidak sama. Keadaan orang beriman yang mati di dalam Tuhan ada dalam keadaan yang menyenangkan, sementara keadaan orang fasik (orang berdosa) yang mati di luar Tuhan, dalam keadaan yang sangat menyedihkan, tersiksa, menderita berat dalam alam maut. Perjanjian baru menyaksikan keadaan orang yang sudah mati sebelum Kristus disalib, dengan sangat jelas dan gamblang. Coba kita baca, renungkan dan uraikan firman Tuhan dalam Luk 16:19-31. Menurut tradisi orang Yahudi, orang yang sudah mati masuk dalam hades yang berarti kerajaan maut. Dan kerajaan maut ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu tempat siksa orang fasik ( gehena) dan tempat bahagia orang saleh ( firdaus). Luk 16:19-31 bukanlah perumpamaan, tapi peristiwa nyata, karena tokoh Abraham dan Musa serta para nabi bukan merupakan legende atau mitos , tetapi merupakan fakta historis yang sangat nyata. Nama Abraham dan Musa tidak hanya dipakai dalam Luk 16:19-31. Nama Abram dipakai dalam 57 ayat, nama Abraham dipakai dalam 233 ayat dan nama Musa dipakai dalam 803 ayat. Jadi ini bukan perumpamaan.

A. Keadaan orang yang mati sebelum Tuhan Yesus disalibkan

  1. Orang yang mati dalam Tuhan (seperti Lazarus) pada waktu mati tubuhnya kembali jadi tanah, sedangkan jiwanya dibawa oleh para malaikat ke pangkuan Abraham yaitu tempat bahagia orang saleh ( Bdk. Luk 16 : 20-22). Inilah kepastian keselamatan kekal.
  2. Orang yang mati dalam dosa (seperti orang kaya itu), waktu mati tubuhnya kembali jadi tanah juga dan jiwanya dibuang kedalam alam maut, yaitu tempat penderitaan dan siksaan bagi orang fasik ( Luk 16:23-25), tempat tahanan sementara, belum neraka. Neraka adalah bagian akhir dari dunia kegelapan, yaitu tempat untuk menghukum orang fasik/orang berdosa sesudah pengadilan arasy putih yaitu Tahta Putih ( Bdk Why 20:11-14). Pada waktu Tuhan Yesus datang kembali (hari kiamat) barulah orang-orang fasik ini dibawa kedepan pengadilan Allah diadili lalu dibuang ke neraka ( Why 20:14). Inilah kematian kedua, kematian kekal selama-lamanya.
  3. Orang yang sudah mati saling mengenal satu sama yang lain dengan baik dan jelas sekali ( Bdk Luk 16:23-31). Orang kaya yang menderita di alam maut itu mengenal Abraham denga jelas sekali. Juga Abraham yang ada di tempat bahagia mengenal orang kaya itu dengan sangat jelas. Kalau orang dari alam maut mengenal mereka yang ditempat bahagia, pastilah mereka yang berada di tempat bahagia, pastilah mereka yang berada di tempat bahagia sangat mengenal satu dengan yang lainnya.
  4. Antara orang yang ditempat bahagia (pangkuan Abraham) dan alam maut ada jurang yang tidak bisa diseberangi, sehingga orang dari tempat bahagia tidak bisa ke alam maut dan orang dari alam maut, tempat sengsara tidak bisa lagi pergi ke tempat bahagia ( Luk 16:26). Itu berarti dalam dunia orang mati tidak ada perpindahan tempat. Semua usaha untuk mendoakan dan memindahkan orang dari alam maut ke tempat bahagia adalah usaha yang kosong dan sia-sia dan tidak sesuai dengan apa yang disaksikan oleh Alkitab. Ini adalah kesesatan besar.
  5. Orang yang sudah mati, hanya tubuhnya yang hancur dan tidak berfungsi lagi, tapi jiwanya ada dalam keadaan sadar sepenuhnya sehingga bisa merasakan siksaan ( Luk 16:23), bisa melihat ( Luk 16:23), bisa berseru ( Luk 16:24), bisa memohon ( Luk 16:27), dan bisa berargumentasi (Luk 16:29-31). Orang mati dalam keadaan sadar sepenuh-penuhnya.
  6. Orang yang sudah mati yang masuk alam maut menyadari pentingnya peringatan untuk bertobat, tapi sayang sekali sudah terlambat ( Luk 16:27-28)
  7. Ternyata orang yang sudah mati dalam dosa tidak bisa ketempat orang hidup di bumi. Orang kaya itu tidak bisa ke rumah keluarganya, itu sebabnya dia minta tolong Abraham untuk mengirim Lazarus ke sana ( Luk 16 : 27-28). Kalau orang kaya itu bisa kerumahnya, dia tidak perlu berseru minta tolong kepada Abraham. Ternyata dia tidak bisa ke dunia orang hidup.
  8. Orang yang mati dalam Tuhan, juga tidak bisa ketempat orang hidup di bumi. Abraham tidak mengabulkan permintaan orang kaya itu mengirim Lazarus ke rumah keluarga orang kaya itu ( Luk 16:27-31)

B. Tempat Dan Keadaan orang Mati Sebelum Kedatangan Tuhan Yesus Yang Kedua Kalinya

Dalam periode ini yaitu dalam jaman anugerah, kalau seorang mati, maka tubuhnya hancur jadi tanah kembali. Jiwa orang benar (orang beriman) yang mati di dalam Tuhan langsung masuk sorga rumah Bapa ( Bdk Flp 1:21-23, 2 Kor 5:6-8 ) sedangkan jiwa orang fasik (berdosa) masuk dalam alam maut tempat siksaan dan penderitaan menunggu hari pengadilan besar ( Bdk Why 20:11-15).

C. Tempat Dan Keadaan Orang mati Pada Waktu Tuhan Yesus datang Kedua Kalinya ( Hari Kiamat)

Orang-orang benar yang sudah meninggal dunia di dalam Tuhan , jiwanya berada bersama Tuhan di sorga dan diberikan tubuh kebangkitan, tubuh kemuliaan, tubuh sorgawi. Tetapi jiwa orang-orang fasik yang ada di alam maut akan dibangkitkan yaitu pada hari kiamat untuk menghadap pengadilan Allah, dan setelah diadili lalu dibuang ke Neraka yang kekal yaitu lautan api dan belerang tempat iblis dan malaikat-malaikatnya, nabi palsu, anti-Kristus dan pengikut-pengikutnya. Dan disanalah kematian yang kedua yaitu kematian kekal selama-lamanya di Neraka. ( Bdk. Mat 25:41, Why 21:8, Why 20 : 11-15) )

Kesimpulan :

  • Alkitab menyaksikan bahwa roh dan jiwa orang benar yang mati di dalam Tuhan yang namanya tertulis di dalam buku kitab kehidupan Anak Domba Allah (Tuhan Yesus Kristus) ada bersama Tuhan di tempat yang bahagia, sorga mulia, rumah Bapa yang penuh damai sejahtera.
  • Tetapi sebaliknya Alkitab juga menyaksikan bahwa roh dan jiwa orang fasik (orang berdosa) yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba Allah (Tuhan Yesus Kristus) akan berada di tempat penderitaan dan siksaan kekal di Neraka dan terpisah dari kekuatan dan kemuliaan Allah selama-lamanya.

Soli Deo Gloria

Doa : Bapa…., kami tahu bahwa hidup kami singkat di bumi ini. Ajar dan bimbinglah kami senantiasa supaya kami tetap setia mengikut Tuhan dan hidup dalam pertobatan tiap-tiap hari. Peliharalah iman percaya kami supaya kami dapat memenangkan pertandingan iman sampai garis finish. Oleh karena Tuhan Yesus Kristus , Tuhan Allah dan Juruselamat kami, kami datang memohon kepada-Mu. Amin.