Sunday, July 19, 2009

Kesaksian Abimelek "Aby" Letedara : " Tuhan Membuat Hidupku Berarti"


KESAKSIAN ABIMELEK “ABY” LETEDARA :

“TUHAN MEMBUAT HIDUPKU BERARTI”


Manusia sering merasa gagal saat hidup tidak sesuai harapannya. Itu pula yang pernah dialami Abimelek “Aby” Letedara (47 tahun). Ia pernah mencoba bunuh diri. Namun perjumpaannya dengan Yesus Kristus, Sang Guru Kehidupan, menjadikan semuanya berubah. Hidup menjadi teramat berarti baginya. Kini, Aby adalah salah satu pembawa kabar baik (Injil) di suku terabaikan di tanah Papua.


Keluarga Broken Home

Aby terlahir Kristen. Saat kelas 2 SD, orangtuanya bercerai karena papanya menikah lagi. Akibatnya, ia dan tiga saudaranya membantu mamanya mencukupi kebutuhan hidup dan biaya sekolah mereka. Tamat SD, Aby diasuh saudara mamanya di kota Ambon. “Ditengah keluarga orangtua angkat, saya jadi anak paling besar. Tanggung jawab saya pun besar. Hampir seluruh pekerjaan rumah saya yang kerjakan”, kata suami Ria Rahamis ini.

Lulus SMEP, Aby melanjutkan di SMOA ( Sekolah Menengah Olahraga Atas). “Setelah lulus, saya ingin kuliah di Sekolah Tinggi Olahraga. Ternyata mereka setuju. Padahal masa itu tidak banyak orang melanjutkan ke perguruan tinggi, “ ungkap pria kelahiran Pulau Leti serwaru, Maluku Tenggara. Tahun 1979, Aby kuliah di Ujung Pandang. Jauh dari orangtua membuat sesuatu berubah. Aby bak burung lepas dari sangkar. Bebas. Ia mengikuti banyak kegiatan tanpa ada pertimbangan dari orangtua. Ia mati-matian melatih diri menjadi atlet beladiri dan lari jarak jauh. Ia ingin menjadi terkenal.

Jalan itu terbuka. Setahun di Ujung Pandang, Aby dipilih mewakili daerah itu menjadi komandan barisan Tri Lomba Juang. Dari prestasinya ini, Aby mendapat beasiswa dari pemerintah. Penghargaan dari pemerintah dan prestasi yang ia peroleh ternyata tidak cukup membuatnya bangga. Aby merasa itu semua masih jauh dari harapan. Padahal, waktu dan perhatiannya dicurahkan untuk olahraga.

“Saya pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Saya merasa gagal. Namun, pikiran itu saya buang. Tahun 1983, saya benar-benar kacau. Saya capek dengan semua latihan tanpa hasil yang maksimal. Saya merasa hidup tak berharaga. Saya nekad minum minyak kayu putih setengah botol besar. Saya pingsan. Puji Tuhan, saya nggak mati waktu itu, “ tutur Aby mengenang. Aby juga aktif mengikuti paduan suara. Suatu ketika, dia diundang nyanyi dalam acara perpisahan mahasiswa praktik dari STT Batu, Malang. Firman Tuhan yang disampaikan dari Mazmur 112:1-2 tentang keturunan orang benar akan diberkati. Dalam khotbah itu diterangkan hasil penelitian dua keluarga besar di Amerika yang takut Tuhan dan keluarga yang tidak takut Tuhan. Sampai generasi yang ke empat, kedua keturunan itu nampak sangat berbeda.

Khotbah itu menggelisahkan hati Aby. Dia merasa berada dalam keluarga yang tidak takut Tuhan. “Sejak kecil, saya dididik secara Kristen dengan baik dan rajin ke sekolah Minggu. Tapi dihadapkan pada kenyataan orangtua cerai, saya sendiri kacau ! Waktu itu banyak pacar. Jadi, saya ini Kristen macam apa ? Timbul ketakutan yang sangat menganggu pikiran saya,” ujar pria kelahiran Nuwewang 17 Agustus 1958.


Mencari Tuhan dalam Kegelisahan

Kegelisahan itu mendorongnya membaca Alkitab. Ia membaca kisah Raja Yosafat yang ketakutan karena dikepung tentara. Yosafat mencari Tuhan. Waktu ia mencari Tuhan, Tuhan memberi pertolongan. “ Saya membaca kisah itu seperti melihat diri saya sendiri. Saya ketakutan karena dosa-dosa saya. Saya seperti Yosafat, saya mencari Tuhan, “ katanya mengenang.

Aby mulai sering berdoa sendiri. Ada kerinduan baru mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ia aktif di persekutuan YPPII dan PERKANTAS, serta kunjungan doa di rumah sakit. Ia mulai berani bicara mengenai Yesus kepada teman-temannya. Aby kerap mendengar suara yang berkata, “Itu belum cukup”. Suatu siang dalam keadaan lelah setelah pelayanan, ia berdoa di tempat tidur dan berkata pada Tuhan :” Tuhan, apa yang Engkau maksud dengan apa yang saya lakukan belum cukup ?” Siang itu, sesuatu terjadi, saya mendapat penglihatan. Lembah yang sangat hijau dan melihat iblis merantai tangan orang-orang di sana. Lalu terdengar suara, bertolaklah lebih dalam dan tebarkan jala”.

Aby bingung dengan pengalaman itu. Tapi, Aby ingat pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya. Ya, itu ada di alkitab ! Di Lukas 1:1-4, tentang cerita Yesus memanggil murid-murid yang pertama. Aby seperti mendapat pengertian bahwa itu adalah panggilan misi. “ Saya ambil keputusan drastis, akan berhenti kuliah dan pergi menginjil.Tapi semua dosen tak setuju karena memang saya dipersiapkan untuk jadi dosen. Saya urungkan niat itu dan selesaikan kuliah, “ kata pria yang mengantongi sertifikat mengajar Akta 5 ini. Singkat cerita, Aby dan paduan suara Shalom pergi ke Batu, Malang untuk rekaman kaset bagi penginjilan. Bersama dengan itu, YPII sedang mengadakan kebaktian tahunan. Kotbah Brother Andrew tentang keselamatan dan damai yang hanya diperoleh dalam Yesus menyentuh hati Aby. Usai pemberitaan firman, seorang bernama Jhony Sinaga mendatanginya dan mengajaknya berbincang-bincang. Aby pun menceritakan banyak hal yang menggelisahkan hidupnya. “ Dia ajak saya berdoa dan saya merasakan kedamaian yang luar biasa. Rupanya kekosongan kasih dan kenyataan yang jauh dari harapan membuat saya hampa. Saat itu saya menangis meraung-raung, “ cerita Aby mengenang.


Melayani di Pedalaman

Kerinduan melayani di pedalaman tak dapat dibendung. Namun, Yayasan Misi menolaknya karena tidak memiliki latar belakang theologia. Akhirnya, Aby kuliah di STT III Batu, Malang. Di kampus itu, Aby berjumpa Ria Rahamis yang dinikahinya setelah lulus kuliah. Pasangan ini punya hati yang sama, melayani Tuhan bagi suku terabaikan. Hatinya tertuju bagi banyak jiwa yang sama sekali belum pernah mendengar tentang Yesus. Mereka selalu bergetar setiap kali mendengar dan melihat peta wilayah yang jauh tertinggal dari kemajuan zaman.

Proses panjang dilalui oleh Aby dan Ria. Mereka tidak bisa begitu saja masuk ke daerah pedalaman. Lebih dahulu mereka belajar di Institut Pendidikan Misi dan praktik di pulau Talibu, Maluku Utara. Tahun 1995, Aby mengikuti pertemuan hamba-hamba Tuhan di Sentani. Hati Aby tersentuh ketika mendengar suku Yetfa. Suku di daerah pedalaman yang benar-benar belum tersentuh Injil. Di tahun itu pula, Aby melihat wilyah kesembilan dari 14 suku terabaikan itu. Tahun 1996, bersama istrinya, Aby “ membuka kampung”. Tentu banyak kenangan indah, lucu, dan mengharukan yang akan terus disimpannya. “ Waktu kami datang pertama kali, penduduk di sana terus memandangi kami. Menyentuh tangan kami dan berlari-lari memperlihatkan tangannya yang telah menyentuh tangan kami. Kami mengajari mandi, menggosok gigi, dan memakai sabun Pernah dari mereka sakit perut ternyata ketika kami tanya, mereka makan sabun dan odol yang kami sediakan. Setelah merasa dekat, kami memberi pengertian tentang pentingnya kebersamaan untuk kepentingan bersama. Kami membuat lapangan terbang dengan alat seadanya seperti cangkul, sabit, dan bambu yang kami runcingkan. Tidak ada alat berat. Bagaimana mau masuk kalau tidak ada lapangan udara. Semua transportasi di sana hanya bisa dilakukan dengan pesawat, “ ujar ayah Gabriel, Solagratia, dan Talitakum ini. Lapangan udara hasil kerja bareng masyarakat suku Yetfa yang dikerjakan tahun 1996 sudah bisa dipakai tiga tahun kemudian.

Aby masih terus setia menapaki “ tanah-tanah terabaikan”. Masyarakat di sana sudah memakai pakaian. Anak kecil dan orang dewasa belajar membaca dan menulis di kelas yang sama. Kemajuan yang luar biasa. Kini, di tanah Papua terdengar nyanyian pujian, kesukaan bagi Tuhan…

Aby ! Hidupmu amatlah berarti.


Sumber : “ Karena Dia “, Kumpulan Kisah Nyata Bukti Pertolongan Tuhan Oleh : Niken Maria Simarmata ( Bahana ).


Nyanyian Lagu Pujian :


HIDUPMU BERHARGA


Hidupmu berharga bagi Allah,

Tiada yang tak berkenan dihadapan-Nya

Dia ciptakan kau s’turut gambar-Nya,

Sungguh terlalu indah kau bagi Dia

Dia berikan kasih-Nya bagi kita.

Dia t’lah relakan segala-galanya

Dia disalib ‘tuk tebus dosa kita,

Kar’na hidupmu sangatlah berharga.


Reff :

Buluh yang terkulai takkan dipatahkan-Nya

Dia kan jadikan indah, sungguh lebih berharga

Sumbu yang t’lah pudar, takkan dipadamkan-Nya

Dia kan jadikan terang, untuk kemuliaan-Nya.


Soli Deo Gloria

Pelayanan Kepada Kaum Homoseks



“PELAYANAN KEPADA KAUM HOMOSEKS
( Oleh : Pdt. Bob McKigney, mantan Homoseks )

Apakah seseorang yang melakukan kegiatan homoseksualitas (baik homoseks maupun lesbian) adalah orang yang memang lahir sebagai homoseks ? Apakah faktor genetik bertanggung jawab dalam gaya hidup seperti ini ? Ataukah ini merupakan suatu pilihan yang dibuat oleh seseorang ? Apakah memang sudah takdir seseorang harus menjalani kehidupan sebagai seorang homoseks, atau adakah pertolongan bagi mereka ?
Berbagai kontroversi terhadap hal ini telah lama bermunculan, dengan para pendukung yang masing-masing merasa memiliki kebenaran sendiri.
Akan tetapi, sebagai seorang yang pernah menjalani kehidupan sebagai homoseks, saya tahu persis bahwa perilaku homoseksual adalah suatu pilihan yang dapat dikembalikan kepada hakikat manusia yang sesungguhnya. Alkitab mengajarkan bahwa kita diciptakan segambar dengan Allah . “ Jawab Yesus : “ Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan ?” ( Mat 19:4-TB). Ketika Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, Ia menempatkan berkat ke atas mereka dengan berkata, “ Beranak cuculah dan bertambah banyak” ( Kej 1:28 –TB) Akan tetapi, dalam tahun-tahun belakangan ini, tuntutan terhadap pernikahan sah homoseks dan perilaku kaum homoseks dijalankan secara normal. Mereka menuntut perbedaan karena apa yang mereka sebut sebagai “ orientasi seksual”.
Mereka mengakui bahwa ini merupakan orientasi pemberian Tuhan, meskipun orang tidak mendukung pemikiran mereka ini.
“ Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab istri-istri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka” ( Roma 1: 24,26,27-TB)

Alkitab Menyebutnya Dosa

Ketika kita memandang homoseksual melalui kacamata Alkitab, maka kita temukan bahwa Alkitab menyebutnya sebagai dosa.
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” ( 1 Kor 6:9-11-TB)
Jika manusia tidak dilahirkan sebagai homoseks, bagaimana dan mengapa mereka terlibat dalam pola hidup seperti itu ? Meskipun banyak sebab yang mempengaruhi keadaan ini, tetapi satu alasan yang paling dalam sehingga orang dapat menjadi seorang homoseks adalah karena kesalahan atau tidak berfungsinya lingkungan keluarga secara baik. Luka yang mereka alami dalam keluarga sering mengakibatkan rendahnya harga diri, kemarahan, rasa bersalah, merasa tidak terampuni, depresi, dan rasa rendah diri atau malu. Orang yang mengalami penderitaan sebagai akibat dari satu sisi negatif tidak berfungsinya keluarga secara optimal dapat mengalami sejumlah rasa kecanduan akan sesuatu hal. Homoseksual adalah salah satu dari bentuk kecanduan itu.
Sikap menekan dari seorang ibu yang dominan dalam rumah tangga dan memiliki seorang ayah yang secara fisik hadir di dalam rumah, tetapi secara emosional tidak, secara langsung mengarahkan saya untuk terlibat dalam kehidupan homoseksual selama 17 tahun. Berusaha untuk mengatasi penderitaan emosi sering memimpin kepada keterlibatan dalam hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual.

Kaum Homoseks Harus Mau Keluar Dari Perangkap

Mereka yang terkurung dalam perangkap homoseksual harus mau menjadi bebas sebelum mereka dapat mengubah gaya hidup mereka. Keselamatan adalah langkah pertama. Setelah saya menjadi seorang Kristen, saya mulai menghadiri suatu kelompok persekutuan Kristen, sebab saya sadar bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang sedang berusaha untuk keluar dari pola hidup seperti ini. Saya dimampukan untuk jujur terhadap diri sendiri, membagi penderitaan saya dengan orang lain, dan menemukan kebebasan yang sejati. Saya juga mendapat konseling pribadi dari pemimpin persekutuan
Keterbukaan dan kejujuran dalam kelompok persekutuan baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini penting, bukan untuk membenarkan perbuatan anggota persekutuan, tetapi untuk mencari jalan keluar yang baik. Alkitab berkata, “ Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri “ ( Roma 15:1). Dan kita harus mengajar “…. mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” ( Mat 28:20 –TB). Kita seharusnya tidak menghindar untuk melayani mereka yang terperangkap dalam kehidupan homoseks. Alkitab Firman Allah menjanjikan pemulihan. Tuhan adalah Dia yang “ menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka “ ( Maz 147:3-TB). Homoseksual dapat diatasi melalui Kristus, dan gereja adalah kepanjangan tangan Kristus untuk menjangkau orang-orang seperti ini.

Tujuannya Bukanlah Supaya Mereka Berbuat Sesuai dengan Kehendak Kita.

Inilah tujuannya. Dalam kenyataan, para hamba Tuhan mantan gay (Homoseks) melaporkan bahwa 85 % para konseli adalah berasal dari gereja. Bukankah semata-mata banyak gereja yang tidak diperlengkapi sebelumnya untuk melayani mereka yang terlibat dalam kehidupan homoseksual, tetapi sering sesama orang percaya tidak berhati-hati dengan perkataan mereka ketika menunjuk kepada mereka yang terkurung dalam perangkap gaya hidup homoseks. Sikap demikian tidak hanya membuat keraguan dalam diri orang percaya berbagi pengalaman dengan sesama jemaat lokal berkenan dengan cara mereka berjuang mengatasi masalah ini. Tetapi, sikap seperti ini juga menciptakan suatu dinding pembatas yang menghalangi mereka yang sangat membutuhkan pertolongan dan dukungan gereja ( pastoral dan konseling )
Gereja harus membuka mata terhadap masalah homoseksual dan mau menjangkau mereka dalam sikap memaafkan. Jika kita hanya menyatakan dosa homoseksual dan bukan memberikan jalan keluar yang hanya dapat ditemukan di dalam Yesus Kristus, maka kita tidak memenuhi Amanat Agung Kristus, “ Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”.

Catatan : Pendeta Bob McKigney dimampukan Tuhan Yesus Kristus untuk menjangkau bukan saja kaum homoseks, tetapi juga para pecandu obat terlarang (narkoba) maupun minuman keras, dan mereka yang memiliki keterlambatan perkembangan jiwa sehingga tidak dapat diajar secara normal karena kehidupan keluarga yang tidak harmonis.

Wednesday, July 8, 2009

Yang Utama Dalam Penginjilan


YANG UTAMA DALAM PENGINJILAN


“ Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia”. ( 1 Kor 1 : 18-25 )


Menurut Anda, apa masalah penginjilan untuk orang kristen dan gereja masa kini ? Yang utama agar kita jadi bagian dalam tugas yang Kristus percayakan itu. Yaitu mengetahui isinya, bagaimana melakukannya, dan mengapa harus dilakukan ?

Yang kita perlukan adalah kesadaran tentang mengapa kita perlu terlibat dalam penginjilan. Jika alasan untuk penginjilan tidak jelas dan api semangat penginjilan telah redup, kedua pertanyaan diatas percuma saja dibahas. Jadi mengapa perlu mendoakan, memikirkan, mendukung, dan terlibat dalam pewartaan Injil ? Jawabnya sederhana dan gamblang. Karena inti kabar baik Injil adalah salib Yesus. Jika ada jalan keluar lain bagi masalah hakiki manusia, mengapa sampai Yesus rela disalibkan ? Jika ada cara yang dapat memberikan jaminan hidup kekal, mengapa Yesus harus mati ? Salib membentangkan hati Allah kepada manusia, tetapi juga menelanjangi keadaan riil hati manusia.

Pernahkah kita mengijinkan cara pandang Kristus membuat kita melihat lebih dalam ke balik penampakan luar hidup orang yang kita jumpai dalam keseharian kita ? Dibalik keberhasilan material mereka, di balik posisi yang mereka capai dalam pekerjaan, di balik canda bahagia rumah tangga mereka, adakah kebahagiaan dan kesukaan kekal dari mengenal anugerah Allah dalam Kristus ? Pada orang-orang yang wajahnya kuyu, tubuhnya lemah tertekan beban berat dan terlibat kemelut kehidupan, adakah dalam hati kita penilaian Kristus yang penuh dengan kehangatan cinta ingin mengubah dan memperbarui mereka ?

Gereja dan orang Kristen masa kini perlu memohon agar diberikan belas kasih Kristus, sehingga tergerak oleh Injil untuk mewartakannya kepada orang yang kita jumpai sehari-hari yang tentunya dengan hikmat dan pimpinan Allah. Sebab apa yang dinyatakan dalam Injil bukan hanya kekuatan Allah dan keilahian-Nya, melainkan kasih-Nya yang menyelamatkan umat manusia yang kena murka-Nya dan yang berada di bawah kuasa dosa ( Bdk Roma 1:18-32 ).

Kita perlu sentakan Roh bahwa dengan menahan kabar baik itu dari sesama kita, kita sungguh tidak berbelas kasihan. Allah tidak ingin seorang pun binasa dalam dosa. Apakah desakan hati Allah ini Anda rasakan juga ? Jika ya, Anda pasti akan banyak berdoa untuk kenalan yang belum percaya Yesus. Anda pasti akan memberi diri didorong oleh Roh Kristus untuk berinteraksi sosial secara otentik menjadi Injil yang hidup untuk dibaca orang. Kiranya Roh Kudus menolong kita dalam mewujudkan kemuliaan Allah dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan kita.


Soli Deo Golria

Menyikapi Ketidakadilan


MENYIKAPI KETIDAKADILAN


“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud. Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? Apakah kamu hakimi anak-anak manusia dengan jujur? Malah sesuai dengan niatmu kamu melakukan kejahatan, tanganmu, menjalankan kekerasan di bumi.Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat. Bisa mereka serupa bisa ular, mereka seperti ular tedung tuli yang menutup telinganya, yang tidak mendengarkan suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera yang pandai. Ya Allah, hancurkanlah gigi mereka dalam mulutnya, patahkanlah gigi geligi singa-singa muda, ya TUHAN! Biarlah mereka hilang seperti air yang mengalir lenyap! Biarlah mereka menjadi layu seperti rumput di jalan! Biarlah mereka seperti siput yang menjadi lendir, seperti guguran perempuan yang tidak melihat matahari. Sebelum periuk-periukmu merasakan api semak duri, telah dilanda-Nya baik yang hidup segar maupun yang hangus. Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik. Dan orang akan berkata: "Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi." ( Mazmur 58:1-12 )


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan lembaga yang sedang populer dan disegani saat ini. Karena prestasinya dalam mengungkap kasus korupsi, KPK diharapkan orang banyak untuk menyatakan kebenaran dan keadilan, khususnya atas aparat pemerintah yang tersangkut.

Kebobrokan aparat pemerintah juga sudah terjadi pada zaman raja Daud. Bagaimana reaksi Daud ? Ia marah kepada para penguasa yang telah berlaku lalim dan tidak adil ( Maz 58:2 ). Mereka dengan sadar telah merancang dan melakukan ketidakadilan, kekerasan, dan kejahatan demi memuaskan keinginan mereka. Jabatan yang dipercayakan kepada mereka bukan dipergunakan untuk melayani dan menyejahterakan masyarakat, melainkan sebagai sarana utuk memuaskan hawa nafsu. Mereka memutuskan perkara sesuai kemauan hatinya dan bukan atas dasar keadilan dan kebenaran ( Maz 58:3-6). Ditengah kondisi seperti itu, Daud berseru meminta Tuhan menghukum para penguasa yang lalim itu ( Maz 58:7-10). Ia percaya bahwa Tuhan bertindak adil sehingga penguasa bobrok dihukum dan orang benar akan mendapat bagiannya ( Maz 58:11-12 )

Apa yang terjadi di zaman Daud tidak jauh berbeda dengan zaman kita sekarang ini. Akan sulit bagi kita mencari keadilan dan kebenaran di lembaga-lembaga pemerintahan. Mulai dari jual beli perkara, penyuapan, penyalahgunaan jabatan, hingga premanisme yang dilakukan atas nama agama. Lalu bagaimana kita, sebagai rakyat, harus bertindak ? Apakah kita harus mendiamkan semua itu ? Atau ramai-ramai mengadakan demontrasi ?

Sebagai orang percaya, kita harus berdoa untuk para penguasa lalim dan para penegak keadilan yang malah menginjak-injak kebenaran. Meskipun seandainya kita memiliki kuasa untuk menghukum mereka, kita harus terlebih dahulu datang kepada Allah yang punya kuasa dan menyerahkan semua itu kepada Dia. Karena itu mari kita berdoa agar Tuhan menegakkan kasih dan keadilan-Nya di tengah-tengah bangsa kita Indonesia yang tercinta.


Soli Deo Gloria

Monday, July 6, 2009

Opini Tentang Injil Palsu Yaitu : " Injil Barnabas"


Refleksi Teologis

OPINI TENTANG INJIL PALSU YAITU : “INJIL BARNABAS”

“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”. ( 2 Kor 11: 3-4 )


Apakah Injil Barnabas itu dan bagaimana sejarahnya sehingga menjadi ada?


Pada tahun 1709, John Toland di Amsterdam menerima dari Cremer, kanzelir Raja Prusia, sebuah naskah berjudul 'Injil Barnabas' dalam bahasa Itali, naskah mana sampai saat ini masih disimpan di perpustakaan di Wina. Pada tahun 1718 'Injil Barnabas' mulai disebut dalam karangan John Toland yang berjudul 'Nazarenus or Jewish, Gentile and Mahometan Christianity'.

Kitab ini mulai menghebohkan ketika diterbitkan terjemahannya ke dalam bahasa Inggeris oleh Lonsdale dan Laura Rag dengan diberi judul 'The Gospel of Barnabas' (Oxford, 1907). Pada tahun 1908 kitab ini diterjemahkan oleh Khalil Saada ke dalam bahasa Arab, dan pada akhirnya diperkenalkan ke Indonesia oleh Ahmad Shalaby. Beberapa terjemahan dalam bahasa Indonesia ditulis antara lain oleh J. Bachtiar Affandie (Jasana, 1969), Husein Abubakar & Abubakar Basjmeleh (Pelita, 1970, diterjemahkan dari bahasa Arab), dan Rahnip M. (Bina Ilmu, 1980).

Apakah benar bahwa Injil Bernabas sebuah 'Injil' dan ditulis 'Barnabas' seorang rekan kerja rasul Paulus? Masalah ini sering dipersoalkan orang sehingga ada baiknya diangkat sebagai bahan diskusi.


APAKAH 'INJIL' ITU DAN SIAPAKAH 'BARNABAS' ITU?


Kata 'Injil' berasal dari kata 'evangelion' (kabar baik) atau tepatnya 'kabar baik perihal Yesus.' Istilah ini digunakan untuk menyebut ke-empat kitab awal dalam Alkitab Perjanjian Baru (Injil Kanonik : Matius, Markus, Lukas & Yohanes). Disebut demikian karena ke-empatnya menceritakan 'Riwayat Hidup Yesus', khususnya 'ke-tiga kitab pertama (Matius, Markus & Lukas) menyorot kehidupan itu dari sudut pandangan yang sama karena itu disebut 'Injil Sinoptis' sedangkan kitab Yohanes melihatnya dari sudut berbeda yaitu sudut ke'Allah'an Yesus.

Memang dalam Alkitab ada seorang bernama Barnabas (anak penghiburan) yang merupakan gelar dari Yusuf seorang Lewi dari Siprus (Kisah 4:36), rekan kerja Paulus (Kisah 9:27), dan bekerja bersama Paulus di Anthiokia (Kisah 11:22-26). Ia menemani Paulus dalam perjalanan pertama (Kisah 13,14) dan menghadiri sidang di Yerusalem (Kisah 15). Barnabas berpisah dengan Paulus karena persoalan Markus (Kisah 15:36-41), namun dalam surat-suratnya, Paulus menunjuk Barnabas sebagai seorang rekan kerja (1.Korintus 9:6,Galatia 2:1,9,13, Kolose 4:10).

Memang ada kitab 'Kisah Barnabas' yang merupakan kitab Apokrifa yang didasarkan kitab 'Kisah Para Rasul' dan menceritakan dengan lebih jelas perjalanan Barnabas dan Paulus, dan pertentangan soal Markus. Kitab ini memberi kesan ditulis oleh Markus, tetapi menurut penelitian diketahui bahwa kitab ini ditulis sekitar abad-II-V. Ada juga 'Surat Barnabas' yang mempersoalkan apakah Perjanjian Lama itu untuk orang Yahudi atau juga untuk orang Kristen dan juga berisi beberapa pengajaran moral. Kitab ini tidak diakui sah, dan diperkirakan ditulis seorang pemimpin gereja sesudah ditulisnya kitab terakhir dalam Alkitab (abad-II).


APAKAH INJIL BARNABAS ITU?


Yang disebut Injil Barnabas (IB) adalah kitab yang berisi 222 Bab yang isinya kira-kira sama banyaknya dengan gabungan ke-empat Injil ditambah dongeng tradisi Yahudi, Kristen dan Islam, yang disatukan dengan cerita-cerita ke-empat Injil kanonik. Jadi IB merupakan usaha untuk menyelaraskan ke-empat Injil menjadi satu Injil yang dibumbui dengan tradisi ketiga agama di atas.

Sekalipun disebut sebagai 'Injil' kenyataannya isinya banyak berbeda dengan ke-empat Injil kanonik, seperti misalnya dapat dijumpai dibanyak bagian kitab ini. Dalam Bab-82 disebut bahwa 'Tahun Jobel' dirayakan setiap 100 tahun, padahal dalam Perjanjian Lama (Imamat 25:8-55;27:16-25) disebut bahwa tahun Jobel lamanya 50 tahun. Ini menunjukkan bahwa kitab IB baru ditulis setelah tahun 1300 karena pada tahun itu Paus Bonifacius VII mendekritkan perubahan tahun Jobel menjadi 100 tahun. Memang Abubakar/Basjmeleh dalam terjemahannya mengemukakan bahwa mungkin hal itu terjadi karena tidak jelasnya perbedaan antara angka L (50) dan C (100), tetapi harus diingat bahwa dalam bahasa Italinya tidak disebut C (angka Latin) tetapi 'cento' yang artinya 'seratus.'.

Pada pembuka kitab IB disebutkan bahwa Barnabas salah seorang murid Yesus, yang bersama-sama dengan Petrus, Yohanes dan Yakobus hadir waktu Yesus dimuliakan di atas gunung (Bab-42). Yesus mengatakan kepada Barnabas bahwa Ia tidak akan disalibkan (Bab-112), bahkan Yesus memerintahkan Barnabas untuk menulis Injil (Bab-221). Fakta ini jelas berbeda dengan ke-empat Injil. Dalam Injil kanonik tidak dikenal murid bernama Barnabas, ia baru muncul di masa Kisah Para Rasul sesudah Yesus (Kisah 4:36).


KEJANGGALAN GEOGRAFI DAN BUDAYA DALAM INJIL BARNABAS


Ada beberapa kejanggalan geografi dan budaya dalam IB yang menunjukkan fakta kuat bahwa Barnabas bukan 'saksi mata'. Disebutkan bahwa Yesus naik kapal ke Nazaret (Bab-20), padahal Nazaret ada di pegunungan. Yesus disebut naik dari Nazaret ke Kapernaum (Bab-21) padahal Kapernaum lebih rendah dari Nazaret. Pada Bab-145-150 disebut bahwa kaum Farisi menjadi rahib, tidak kawin, dan berjubah istimewa, dan berasal nabi Elia. Ini sebenarnya gambaran kekristenan pada abad-abad pertengahan setelah timbulnya kerahiban.

Disebutkan bahwa prajurit romawi berguling seperti tong anggur kosong ke luar dari bait Allah (Bab-152). Kenyataannya, pada masa Yesus orang Romawi tidak diperkenankan masuk bait Allah, dan pembuatan tong-tong anggur dari kayu adalah budaya abad pertengahan. Bab-69 menyebut para imam berpakaian indah dan naik kuda, padahal dalam Injil kanonik para Imam tidak pernah disebut naik kuda. Pada Bab-56-58,135 ada diskripsi tentang tujuh dosa pokok dan tujuh tingkat dalam neraka. Ini adalah hasil teologia Katolik abad pertengahan.


NAFAS ISLAM DALAM INJIL BARNABAS


Dalam IB ternyata banyak bagian-bagian yang sebenarnya bernafaskan ajaran Islam, ini menunjukkan bahwa kitab IB tentu di tulis sesudah kehadiran agama Islam. Beberapa contoh mengenai hal ini adalah:

  • Pada Bab-44 disebutkan bahwa Abraham mengorbankan Ismail dan menunjuk Muhammad sebagai nabi Besar, dan disebutkan bahwa Adam berseru: 'Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah itu." (Bab-39,54,97).
  • Yesus dihadapan Sanhedrin disebut menyangkal dirinya sebagai 'Mesias' dan menunjuk nabi yang akan datang sesudahnya (Bab-72,96). Yesus dianggap bukan 'Anak Allah' (Bab-48,98,222), malah pengakuan Petrus bahwa 'Yesus adalah Anak Allah' dianggap dosa besar (Bab-70, bandingkan Matius 16:16). Yesus juga tidak disalib karena digantikan oleh Yudas (Bab-217) dan Yesus tidak mati maupun bangkit (Bab-221-222).
  • Ada anggapan bahwa Mesias adalah dari keturunan Ismael (Bab-43,55). Dalam Bab-192-192, Nikodemus dikatakan menemukan kitab Musa di bait Allah dan membaca bahwa 'Ismael adalah ayah Mesias' dan 'Ishak adalah ayah utusan Mesias.' Jadi, Yesus dalam kitab IB seakan-akan 'Yohanes Pembaptis' bagi Muhammad, itulah sebabnya dalam kitab ini Yohanes Pembaptis tidak disebut-sebut.
  • Dalam IB ada ungkapan mengenai 'kelima waktu sembahyang' dan 'Uraian mengenai Allah dan sifat-sifatnya' yang dengan jelas kita ketahui sebagai hasil teologi Islam.

KESIMPULAN


Kitab IB menuntut sebagai kitab 'Injil Tunggal' dan mendiskreditkan ke-empat Injil kanonik. Nada kitab IB menyalahkan Alkitab (khususnya Perjanjian Baru) dan menonjolkan ajaran Islam. Namun, kamus Islam sendiri menyebut tentang kitab ini bahwa: "Sehubungan dengan Injil Barnabas tidak ada yang keberatan atasnya sebagai suatu kepalsuan zaman pertengahan .... Ia mengandung sejumlah pertentangan yang dipastikan bermula sejak abad pertengahan dan tidak pada zaman sebelum itu." Bahkan, disebutkan pula bahwa buku itu malah tidak sesuai dengan aqidah Islam sendiri: "Ia memutar balikkan keutuhan doktrin Islam, menyebut Isa dengan "al-Masi'ah" yang Islam tidak membenarkannya. Selain ia merupakan pemikiran yang asing dalam sejarah kekeramatan, gaya bahasanya cenderung mengejek Injil, sebagaimana tulisan-tulisan Baha' al-Allah terhadap al-Quran." (Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, hlm.53).

Penulis kitab IB bukanlah Barnabas dalam Alkitab Perjanjian Baru, melainkan seorang Eropah (Italia?) yang hidup pada akhir abad pertengahan yang tidak menguasai geografi Israel, dan kurang memahami adat-istiadat budaya abad pertama dimana Barnabas 'yang asli' hidup. Cara penulisan dan kertas yang digunakan menunjukkan produk abad itu, demikian juga bahasa asli kitab IB merupakan campuran dari dua dialek Italia yaitu 'Tuska & Venezia', padahal bahasa ini belum lahir pada saat Yesus hidup dan baru pada abad-XIII merupakan bahasa tulisan. Kesalahan-kesalahan dalam penulisan bahasa Itali pada kitab IB menunjukkan bahwa penulisnya mempunyai latar belakang Spanyol.

Karena itu, kitab IB ini kemungkinan dikarang oleh seorang Yahudi Spanyol yang tinggal di Italia yang pada abad pertengahan itu dipaksa masuk agama Kristen Katolik, karena itu untuk pembalasan ia berpindah ke agama Islam dan berusaha menyesuaikan kitab Injil dengan ajaran agama Yahudi (panyangkalan Yesus sebagai Mesias) dan Islam (Penonjolan Muhammad). Kitab IB ini ditulis sesudah agama Islam berdiri (abad-VII) karena banyak ajaran Islam ada di dalamnya, tetapi lebih tepat diantara abad-XIII s/d XVI karena mencerminkan beberapa teologi Katolik yang lahir pada abad-abad tersebut. Dan coba kita bandingkan dan renungkan bahwa Alkitab yang isinya 66 kitab ( 37 kitab PL dan 29 kitab PB) telah selesai dikanonkan oleh bapak-bapak gereja pada Konsili Kartago tahun 397 M ( Akhir abad ke III).

Kiranya informasi ini memperjelas mengenai apa dan bagaimana sebenarnya yang disebut sebagai kitab 'Injil Barnabas' itu sehingga diskusi bisa beranjak dari kenyataan sejarah. Semoga berguna.


Sumber : YABINA Ministry, Pdt. Ir. Herlianto,MTh

Sunday, July 5, 2009

TUHAN, Gembalaku Yang Baik


TUHAN, Gembalaku Yang Baik

Mazmur Daud

( Mazmur 23)


“Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”. (Mazmur 23 : 1-6 )


TUHAN . Mazmur ini, yang bersumber dari pikiran Tuhan dan diilhamkan oleh Roh Kudus, yang mengungkapkan perhatian dan pemeliharan-Nya yang tekun atas mereka yang mengikut Dia. Mereka merupakan sasaran kasih Ilahi yang sangat dihargai-Nya. Dia mempedulikan masing-masing mereka sebagaimana seorang ayah mempedulikan anak-anaknya dan sebagaimana seorang gembala mempedulikan domba-dombanya.


GEMBALAKU. Dengan mempergunakan metafora yang sering terdapat dalam Perjanjian Lama/PL ( Bdk Maz 28:9, Maz 79:13, Maz 80:2, Maz 95:7, Yes 40:11, Yer 31:10, Yeh 34:6-19), Allah menyamakan diri-Nya dengan seorang gembala untuk melukiskan kasih-Nya yang besar bagi umat-Nya. Tuhan Yesus sendiri menggunakan metafora yang sama untuk menyatakan hubungan-Nya dengan umat-Nya ( Bdk Yoh 10:11-16, Ibr 13:20, 1 Ptr 5:4, Why 7:17 ). Dua kebenaran ditekankan disini yaitu :

  1. Allah, melalui Kristus dan oleh Roh Kudus, demikian memperhatikan setiap anak-anak-Nya sehingga Ia ingin mengasihi, memelihara, melindungi, membimbing, dan dekat dengan anak itu, sebagaimana dilakukan oleh seorang gembala yang baik dengan domba-dombanya sendiri ( Bdk Yoh 10 :11,14)
  2. Orang percaya adalah domba-domba Tuhan. Kita adalah milik-Nya dan menjadi sasaran khusus kasih sayang dan perhatian-Nya. Sekalipun “ kita sekalian sesat seperti domba” (Bdk Yes 53:6), Tuhan telah menebus kita dengan darah-Nya yang tercurah ( Bdk 1 Ptr 1:18-19), dan kini kita menjadi milik-Nya. Selaku domba-domba Allah kita dapat menagih janji-janji Mazmur ini waktu kita menanggapi suara-Nya dan mengikut Dia ( Bdk Yoh 10:3-5, Yoh 10:28).

TAKKAN KEKURANGAN AKU. “ Takkan kekurangan “ artinya :

  1. Aku tidak kekurangan apapun yang diperlukan bagi pelaksanaan kehendak Allah dalam kehidupanku ( Bdk 3 Yoh 2).
  2. Bahwa aku akan puas dengan pemeliharaan Gembala yang Baik serta perhatian-Nya kepadaku bahkan pada saat-saat mengalami kesulitan pribadi, karena aku mengandalkan kasih dan komitmen Allah kepadaku ( Bdk Yoh 10:11, Flp 4 : 11-13)

IA MEMBARINGKAN AKU. Kehadiran dan kedekatan sang Gembala membuat aku dapat “membaringkan diri” dengan tenang, bebas dari segala ketakutan. Roh Kudus selaku Penghibur, Penasihat, dan Penolong meyampaikan perhatian dan kehadiran Kristus sebagai Gembala dalam hidupkku ( Bdk Yoh 14:16-18, 2 Tim 1:7)

  1. Istirahatku yang aman dalam kehadiran-Nya akan dialami “ di padang yang berumput hijau”, yaitu di dalam Yesus Kristus dan Firman Allah, yang dibutuhkan untuk kehidupan yang berlimpah ( Bdk Yoh 6: 32-35,63, Yoh 8:31, Yoh 10:9, Yoh 15:7)
  2. “Ia membimbing aku ke air yang tenang” dari Roh Kudus-Nya ( Bdk Maz 1:3, Yer 2:13, Yoh 7:37-39).

IA MENYEGARKAN JIWAKU. Ketika aku menjadi putus asa ( Bdk Maz 42 : 12), Gembala yang Baik membangkitkan dan menghidupkan kembali jiwaku melalui kuasa dan kasih karunia-Nya ( Bdk Ams 25:13). “Ia membimbing aku” dengan Roh Allah ( Bdk Rm 8:14) pada jalan yang benar, yang sesuai dengan jalan kekudusan-Nya (Bdk Rm 8:5-14). Tanggapanku adalah ketaatan : aku mengikuti Gembala dan mendengarkan suara-Nya ( Bdk Yoh 10”3-4), aku tidak akan mengikuti “suara orang-orang asing” ( Bdk Yoh 10:5).


ENGKAU BESERTAKU. Pada saat-saat bahaya, kesulitan dan bahkan kematian, aku tidak takut bahaya, Mengapa ? Karena “Engkau besertaku” di dalam setiap situasi kehidupan ( Bdk Mat 28:20 ). “Gada” (tongkat pendek) menjadi senjata pertahanan atau disiplin, melambangkan kekuatan, kuasa dan wibawa Allah ( Bdk Kel 21:20, Ayb 9:34). “Tongkat” (tongkat ramping panjang yang salah satu ujungnya melengkung) dipakai untuk mendekatkan domba-domba dengan gembalanya, menuntunnya pada jalan yang benar atau meyelamatkannya dari kesulitan. Gada dan tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan kita ( Bdk. Maz 71:12, Maz 86 :17).


MENYEDIAKAN HIDANGAN. Allah digambarkan sebagai memperhatikan semua kebutuhanku di tengah-tengah berbagai kekuatan jahat yang berusaha merusak kehidupan dan jiwaku ( Bdk Rm 8:31-39) yang dapat diterangkan sebagai berikut :

  1. Hari lepas hari aku dihadapkan pada Iblis dan dikelilingi masyarakat fasik, namun aku dibekali dengan cukup kasih karunia untuk hidup dan bersukacita di hadapan Allah ( Bdk. 2 Kor 12 :9-10). Aku bisa makan di meja Tuhan dalam iman, ucapan syukur, dan harapan, tenteram dan terlindung oleh darah yang tercurah dan tubuh yang terluka dari Gembala Yang Baik ini ( Bdk 1 Kor 11:23).
  2. “Mengurapi kepalaku dengan minyak” mengacu kepada perkenan dan berkat khusus dari Allah melalui Roh Kudus sebagai urapan Allah atas tubuh, pikiran dan rohku ( Bdk Efesus 5:18)
  3. “Pialaku penuh melimpah” secara harafiah berarti, “Pialaku memberiku minuman berlimpah “. Piala disini menunjuk kepada piala seorang gembala yang merupakan sebuah batu besar yang dilubangi dan dapat berisi 150-188 liter air dan menjadi tempat minum domba-domba.

KEBAJIKAN DAN KEMURAHAN ( Versi Inggris NIV- Kebajikan Dan Kasih ). Dengan sang Gembala yang menemani aku sepanjang jalan hidup ini, aku akan menerima pertolongan, kemurahan dan dukungan. Tidak perduli apa yang terjadi aku dapat mempercayai Gembala Yang Baik akan bekerja melalui segala sesuatu demi kebaikanku ( Bdk Rm 8:28 , Yak 5 :11). Sasaran dari mengikuti sang Gembala serta mengalami kebaikan dan kasih-Nya ialah agar pada suatu saat aku akan bersama Tuhan selama-lamanya (Bdk 1 Tes 4:17), melihat wajah-Nya ( Bdk Why 22:4), dan melayani Dia sepanjang masa di rumah-Nya, rumah Bapa sorga yang mulia ( Bdk Why 22:3, Yoh 14:2-3 ).


Soli Deo Gloria


TUHAN, KAU GEMBALA KAMI


LAGU PUJIAN :Kidung Jemaat No. 407


Tuhan, Kau Gembala kami,

Tuntun kami domba-Mu

B’rilah kami menikmati

Hikmat pengurbanan-Mu

Tuhan Yesus, Juru’slamat

Kami ini milik-Mu,

Tuhan Yesus, Juru’slamat,

Kami ini milik-Mu


Kau Pengawal yang setia,

Kawan hidup terdekat

Jauhkan kami dari dosa,

Panggil pulang yang sesat,

Tuhan Yesus, Juru’slamat

Kami mohon, bri berkat

Tuhan Yesus, Juru’slamat

Kami mohon, bri berkat


Janji-Mu, Kau t’rima kami,

Walau hina, bercela

Yang berdosa Kausucikan,

Kaubebaskan yang lemah.

Tuhan Yesus, Juru’slamat,

Kini kami berserah.

Tuhan Yesus Juru’slamat

Kini kami berserah


Kehendak-Mu kami cari,

Ingin turut maksud-Mu

Tuhan, isi hati kami

Dengan kasih-Mu penuh.

Tuhan Yesus, Juru’slamat,

Tak terhingga kasih-Mu

Tuhan Yesus, Juru’slamat,

Tak terhingga kasih-Mu


Daftar Pustaka :

ALKITAB PENUNTUN HIDUP BERKELIMPAHAN ( FULL LIFE STUDY BIBLE)