Sunday, November 15, 2009

Pernikahan Dan Keluarga Kristen : " Cerai ! Bolehkah ? "


PERNIKAHAN DAN KELUARGA KRISTEN : “ CERAI ! BOLEHKAH ? “


“Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak “ ( 1 Korintus 7:1-5 )


Apa jalan keluar terbaik bagi pasangan suami istri yang konfliknya sudah memuncak ? Firman Tuhan dalam Matius 19:6 “….mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia “ ( Mat 19:6).

Kalau begitu tidak perlu menikah, hidup bersama saja tanpa ikatan perkawinan, tanpa komitmen. Gaya hidup seperti ini tidak sesuai dengan firman Tuhan. Di mata Tuhan adalah dosa. Rasul Paulus berkata, daripada jatuh dalam dosa, lebih baik menikah ( Bdk 1 Kor 7:2 ).

Ingatkah dulu waktu anda belum punya pacar, setiap hari khawatir kapan mendapat pacar ? Waktu anda sedang pacaran, anda selalu mennatikan kabar dari dia dan hati anda selalu berbunga-bunga. Anda selalu menantikan saat bertemu si dia.

Lalu setelah menikah, masakan anda berkata : “ Ia sudah terlalu menyakiti hatiku. Aku tak tahan lagi hidup bersama dia. Aku mau cerai saja ! “

Siapa yang berhak memutuskan ikatan perkawinan ? Suami ? Atau istri ? Tidak ada! Tak ada satupun manusia yang berhak memutuskan ikatan perjanjian perkawinan. Rasul Paulus dalam 1 Kor 7:5 dengan tegas menulis, “ Janganlah kamu saling menjauhi,….” Tentunya hal ini berlaku untuk pasangan yang diberkati di gereja yaitu bagi suami dan istri yang sudah mengucapkan janji pernikahan di hadapan Allah dan di hadapan jemaat.

Pernikahan kudus adalah ikatan perjanjian ( covenant ) seperti perjanjian Allah dengan umat-Nya. Salah satu penyataan Allah kepada umat Israel adalah “ Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku “ ( Yes 43:1 ).

Hanya oleh karena anugerah-Nya pasangan suami istri (pasutri) dapat saling memberi diri, saling menerima apa adanya, saling mengampuni, dan saling menguduskan. Kalau anda sedang mengalami konflik dengan pasangan hidup anda, berdoalah ! Mintalah kasih setia Allah memenuhi kembali hati anda. Ingatlah Tuhan Yesus sudah memberi diri-Nya untuk anda dan pasangan hidup anda. Anda dan dia adalah satu di dalam Tuhan. Hai pasutri Kristen, janganlah sedetikpun berpikir untuk cerai. Tidak ada kata “cerai” dalam kamus pernikahan Kristen !

Pernikahan diciptakan sebagai hubungan yang permanen ( Bdk Kej 2;24, Mat 19:4). Alkitab juga berkata bahwa perceraian adalah dosa dan dibenci Tuhan ( Mal 2:16 ).

Cobalah kita baca dan renungkan ayat Firman Tuhan dibawah ini :


“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” ( Maleakhi 2:16 )


Perceraian tidak berasal dari Allah dan tidak pernah direstui Allah baik melalui para nabi maupun melalui para rasul. Perceraian terjadi oleh buatan manusia dan karena kedegilan hati manusia. Umat Israel yang seharusnya menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain justru gagal dan meniru kebiasaan buruk dari bangsa kafir untuk mempraktekkan perceraian di tengah-tengah umat Israel. Tuhan Yesus sendiri melarang perceraian dan pernikahan kembali setelah perceraian.

Membuat pernikahan menjadi lebih baik itu berarti menjauhkan diri dari pemikiran perceraian dari setiap pasangan Kristen. Perceraian bukan jalan yang terbaik dalam pemecahan permasalahan suami istri, melainkan penyelesaian dengan cinta kasih dari Kristus, dengan perdamaian dan usaha keras dari pasutri untuk menjaga pernikahan. Suami-istri harus berusaha menyelamatkan pernikahan dengan sedalam-dalam dan sesempurnanya. Pernikahan yang tetap berdasarkan Firman Allah akan tetap diberkati Allah. Kasih, kesetiaan dan ketaatan terhadap Firman Allah akan melindungi pernikahan Kristen dari segala pengaruh buruk dan kehancuran dari dunia yang berdosa dimana orang percaya diutus. Oleh sebab itu keluarga Kristen harus menolak perceraian dan pernikahan kembali.


Friday, November 6, 2009

Serahkanlah Perkaramu Dan Kuatirmu Kepada Tuhan


SERAHKANLAH PERKARAMU DAN KUATIRMU KEPADA TUHAN


“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud, ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk membunuh dia. Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah. Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap-siap. Marilah mendapatkan aku, dan lihatlah! Engkau, TUHAN, Allah semesta alam, adalah Allah Israel. Bangunlah untuk menghukum segala bangsa; janganlah mengasihani mereka yang melakukan kejahatan dengan berkhianat! Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. Sesungguhnya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka, sebab -- siapakah yang mendengarnya? Tetapi Engkau, TUHAN, menertawakan mereka, Engkau mengolok-olok segala bangsa. Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Allah adalah kota bentengku. Allahku dengan kasih setia-Nya akan menyongsong aku; Allah akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku. Janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku tidak lupa, halaulah mereka kian ke mari dengan kuasa-Mu, dan jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, perisai kami! Karena dosa mulut mereka adalah perkataan bibirnya, biarlah mereka tertangkap dalam kecongkakannya. Oleh karena sumpah serapah dan dusta yang mereka ceritakan, habisilah mereka dalam geram, habisilah, sehingga mereka tidak ada lagi, supaya mereka sadar bahwa Allah memerintah di antara keturunan Yakub, sampai ke ujung bumi.Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. Mereka mengembara mencari makan; apabila mereka tidak kenyang, maka mereka mengaum. Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya” ( Mazmur 59 : 1-18 )


Bagaimana cara kita memandang masalah ? Seberapa sering kita menyerahkan masalah kita kepada Tuhan ? Apakah kita percaya bahwa Tuhan Yesus lebih besar dari masalah kita ? Daud menghadapi masalah yang sangat berat. Ia dikejar-kejar dan nyawanya terancam. Yang memburu dia adalah Saul, raja Israel. Ironisnya ia sama sekali tidak melakukan perbuatan yang membuat dia layak diperlakukan sebagai buronan dengan ancaman hukuman mati ( Mazmur 59 : 4-5a ). Lalu kenapa Saul begitu bernafsu menghabisi nyawanya ? Karena Saul merasa kedudukannya terancam akibat keberhasilan Daud dalam perang. Daud tidak dianggap sebagai pahlawan bangsa, tetapi justru sebagai rival yang mengancam tahta. Ia khawatir jabatannya beralih ke tangan Daud. Maka satu-satunya cara untuk mengatasi hal itu, Daud harus disingkirkan.

Bagaimana Daud menanggapi ancaman maut dari Saul ? Ia berseru kepada Allah dan memohon kelepasan dari penyerangannya, orang yang bermaksud membunuh dia ( Mazmur 59: 2-3, 5b-8 ). Ia mengibaratkan orang itu seumpama anjing yang memanfaatkan senja untuk menyerang orang ( Mazmur 59: 7-8, ayat 15-16). Bagaimana Daud memandang masalahnya dari sudut pandang Tuhan ? Ia tahu bahwa Tuhan menertawakan orang itu ( Mazmur 59:9). Artinya Tuhan memandang remeh tindakan orang itu. Maka tidak ada keraguan bagi Daud untuk menyerahkan perkaranya kepada Tuhan ( Mazmur 59:10-14). Ia berharap Tuhan memakai mereka sebagai pelajaran agar orang tahu bagaimana Allah menghukum orang yang melawan Dia dan yang diurapi-Nya ( Mazmur 59:12 ).

Masalah berat dengan ancaman nyawa tidak membuat Daud panik dan melupakan Tuhan. Meski berhadapan dengan penguasa yang bisa saja membinasakan dirinya, Daud tahu bahwa semua itu tidak berarti apa-apa bagi Tuhan.

Mazmur Daud ini kiranya menguatkan kita tatkala kita menghadapi orang-orang yang memusuhi kita. Kita dapat berdoa dan meminta Tuhan campur tangan dalam setiap masalah dan pergumulan hidup kita. Percayalah bahwa Allah tidak akan tinggal diam. Dia tidak akan membiarkan kejahatan berjaya dan tidak akan membiarkan sesuatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih setia-Nya ( Bdk. Roma 8: 31-39 ).


Soli Deo Gloria