Thursday, February 19, 2009

Muzizat ( Benarkah Masih Ada Muzizat ) ?

MUZIZAT ( BENARKAH MASIH ADA MUZIZAT)?

Pengantar


Secara umum kita memahami mujizat sebagai peristiwa yang diluar perhitungan atau jangkauan akal manusia. Misalnya, seseorang divonis dokter karena penyakitnya yang parah tidak akan dapat disembuhkan, tapi ternyata kemudian dia sembuh. Atau orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang sangat fatal, mobilnya ringsek, tapi ternyata dia selamat dengan hanya luka-luka kecil. Atau orang yang dulunya buta, tapi setelah didoakan eh dia bisa melihat.
Pengertian tersebut di atas sebetulnya sudah ada sejak dahulu. Adalah Agustinus, seorang Bapa Gereja, yang mendifinisikan mujizat sebagai suatu kejadian yang berlawanan dengan apa yang diketahui tentang alam. Jadi, mujizat di sini adalah sesuatu yang suprarasional (melampaui rasio kita). Akan tetapi seiring berjalannya peradaban manusia, mujizat juga mengalami perkem
bangan makna. Ada mujizat yang rasional. Di sini mujizat berarti sesuatu yang sebelumnya tak terpikirkan. Sebagai contoh adalah temuan-temuan ilmu dan teknologi. Komputer generasi pertama besarnya sebesar gedung perpustakaan, kini cukup hanya sebesar telapak tangan (palmtop) adalah sebuah mujizat, yang dengannya mengirim surat cukup dengan dua atau tiga detik saja ke berbagai penjuru dunia.


Ada juga mujizat spiritual, yang menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang mencahayai hubungan kita dengan Allah. Misalnya saja ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit karena si sakit merespons kuasa Yesus dengan imannya. Mujizat ini juga merupakan tindakan langsung dari kerahiman (rasa belas kasih) Allah itu sendiri.
Sebenarnya, hal-hal yang biasa dan sehari-hari terjadi juga adalah mujizat. Dan ini yang sering tidak kita sadari. Misalnya, dulu kita adalah seorang bayi yang mungil dan lemah. Namun sekarang kita beranjak menjadi dewasa dengan badan yang lebih besar dan tegap daripada orang tua kita. Pertumbuhan ini kita yakini sebagai mujizat Tuhan (ada karya Tuhan di dalamnya).
Lalu apa dan bagaimana sebetulnya mujizat menurut Alkitab?

Mujizat dalam Perjanjian Lama


Setiap mujizat besar dalam Alkitab selalu didahului oleh mujizat-mujizat yang lebih kecil. Mujizat yang lebih kecil itu sendiri sebenarnya hendak mempersiapkan manusia pada mujizat yang besar itu. Pernyataan ini sama seperti tanda. Sebuah tanda tidak
lah lebih berarti daripada apa yang ditandakan.


Sebenarnya ada banyak hal yang merupakan mujizat dalam PL, misalnya : peristiwa penciptaan di mana kekacaubalauan diubah menjadi suatu ketertiban dan keteraturan; Allah yang berbicara kepada bapa leluhur Israel dan menjawab doa-doa mereka dengan cara-cara yang mengherankan bahkan tak terbayangkan; Allah yang tampil dalam semak belukar yang menyala, api dan awan; Allah yang meluputkan Israel dari serangan Asyur (2 Raj. 20:11) dsb. Namun, peristiwa yang biasanya dianggap mujizat yang khas dari Perjanjian Lama adalah peristiwa keluaran dari Mesir.
Kata yang digunakan untuk menyebut mujizat adalah oth (=tanda) yang dipergunakan untuk sejumlah tulah yang menimpa Mesir (Kel. 7:3). Peristiwa-peristiwa ini tidak harus menjadi peristiwa yang luar biasa karena ia menunjuk pada peristiwa yang lebih agung, yaitu peristiwa keluaran dari Mesir.


Sebenarnya, berbagai tulah di Mesir itu tidak perlu terjadi, seandainya Firaun mau percaya dan taat pada kuasa Allah. Jadi, bisa dikatakan bahwa mujizat yang terjadi saat itu merupakan sarana bagi Allah menyatakan keberadaan dan kuasa-Nya kepada manusia (Firaun dan orang Mesir). Kemudian, tanda-tanda itulah yang bermuara pada peristiwa keluarnya bangsa
Israel dari tanah Mesir sebagai sebuah bangsa yang merdeka.


Dalam kehidupan bangsa
Israel pasca Mesir, peristiwa mujizat atau munculnya tanda juga masih terjadi. Dalam Ul. 13:1-3, ada nabi atau pemimpi yang bisa melakukan tanda atau mujizat. Hanya saja, Allah memperingati Israel agar mereka tidak terbujuk oleh nabi atau pemimpi itu untuk mengikuti allah lain. Jadi, terjadinya tanda atau mujizat itu seharusnya menunjuk pada kuasa dan keagungan Allah, bukan si pembuat mujizat atau allah lain.
Mujizat juga bisa merujuk kepada ketepatan waktu Allah dalam menolong dan menye
lamatkan umat-Nya. Misalnya pada peristiwa manna dan burung puyuh ketika bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Juga ketika Musa membelah laut merah dengan tongkatnya. Belakangan para ahli menunjukkan bahwa semua itu adalah peristiwa alam, tapi toh kenyataan ini tidak mengurangi nilai mujizat di dalamnya; bahwa peristiwa alam itu terjadi tepat pada saat yang dibutuhkan, itulah mujizat.

Mujizat dalam Perjanjian Baru


Kata yang digunakan adalah teras (mujizat), selalu dipakai bersama-sama dengan semeion ( tanda), untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud ialah mujizat yang bermakna, bukan mujizat yang melulu keajaiban.
Ada juga kata dunamis (kuasa yang mengagumkan), yang menunjuk pada suatu tindakan Allah yang dapat mengerjakan segala sesuatu, yang merupakan sumber dari segala kekuasaan. Ada juga kata ergon (kuasa). Ada juga tiga buah kata yang semuanya ditemukan dalam pemakaian di dunia Yunani (kafir), yaitu thaumasia (=hal-hal ajaib; Mat. 21:15); paradoxa (hal-hal aneh; hanya terdapat dalam Luk. 5:25); dan aretai (=perbuatan-perbuatan menakjub kan;hanya pada 1 Ptr. 2:9).


Dalam PB, mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus (penyembuhan, pengusiran roh jahat, mujizat alam) maupun mujizat yang terjadi karena kuasa Allah (gempa bumi, robeknya tirai Bait Suci) merupakan mata rantai awal di dalam penyingkapan rahasia kemuliaan Allah yang akhinya tersingkap di salib. Tanda dan mujizat yang Yesus lakukan itu sebenarnya hendak menantang manusia (orang Yahudi saat itu) untuk merespons pada suatu zaman di mana Allah memerintah secara definitif yang ditandai dengan hadirnya Kerajaan Allah dan kuasa penebusan Allah yang tengah dilakukan yang berpuncak pada peristiwa salib. Jadi, sebenarnya tanda dan mujizat itu tidak lebih penting dari peristiwa yang ditandakannya, yaitu hadirnya Kerajaan Allah (bnd. Mat.
12:28) dan peristiwa salib itu sendiri.


Yang menarik dari mujizat kesembuhan yang Yesus lakukan adalah bahwa kadang Ia menjadikan iman sebagai syarat dari kesembuhan seseorang (Mat. 8:5-10), tetapi kadang Ia langsung menyembuhkan si sakit (Mrk.
7:31-37). Lalu, adakalanya Yesus dipaksa untuk melakukan mujizat dengan cara yang lain (Mrk. &:31-37). Pada perikop yang sama juga ditampilkan sosok Yesus yang menolak publisitas (bahkan pada kesempatan yang lain pun), bahkan ketika Ia menyembuhkan orang yang tuli dan gagap, itu dilakukanNya dalam kesendirian. Yesus memberi teguran pada para ahli Taurat dan orang Farisi yang suka meminta tanda ( Mat. 12:38-39; Mrk. 8:11-12) – sebenarnya ini adalah kecenderungan manusia. Bagi Yesus, permintaan mereka itu menunjukkan ketidak percayaan mereka akan kuasa dan wibawa ilahi yang dimiliki oleh Yesus. Jadi, tanda dan mujizat itu sebenarnya bukanlah syarat bagi munculnya iman dalam diri manusia. Artinya lebih jauh adalah iman atau kepercayaan kepada Yesus seharusnya muncul dengan atau tanpa tanda dan mujizat sekalipun.
Lagipula, Yesus memberikan peringatan kepada kita bahwa akan datang suatu masa di mana mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mengadakan tanda dan mujizat. Namun semua yang mereka lakukan itu dengan maksud menye
satkan orang-orang percaya (Mrk. 13:22). Jadi, dengan tegas Tuhan Yesus menga jarkan bahwa tanda dan mujizat itu bukanlah satu-satunya cara untuk membuat kita percaya akan kuasa dan karya Allah.
Selain mujizat yang dilakukan Yesus, PB juga mencatat bahwa para murid Yesus pun melakukan banyak mujizat (Mrk. 6:7-13). Lalu pada zaman para rasul, Paulus menyaksikan bahwa dirinyapun melakukan mujizat ( Kis. 20:7; Kis.14:8; Kis.28:8; 2 Kor. 12:12; Rm. 15:18-19a; Gal. 3:5). Tentunya, tanda dan mujizat yang dilakukan oleh para murid dan rasul ini hendak menunjukkan kuasa Allah kepada bangsa-bangsa yang belum percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Jadi, keberadaan tanda dan mujzat itu berkaitan erat dengan pertumbuhan gereja.
Selain itu, berkenaan dengan perbuatan-perbuatan ajaib yang dialami oleh orang-orang kafir (non-Yahudi), Paulus menegaskan dalam Korintus. 12:12-6 bahwa Allah menger
jakan semua perbuatan ajaib itu dalam semua orang. Jadi, dengan tegas diyakini bahwa Allahlah yang melakukan perbuatan-perbuatan ajaib itu, tanpa memandang apakah orang yang mengalaminya sudah percaya atau tidak.

Memaknai Mujizat Kini: Bercermin pada Nabi Elia (1 Raj. 19:9-18) dan Pengajaran Yohanes Calvin


Rasanya kita perlu mengakui bahwa manusia menyukai hal-hal yang bersifat spekta
kuler dan itu sangat mempengaruhi spiritualitasnya. Misalnya, peristiwa yang diyakini sebagai penampakan Yesus pada dinding sebuah rumah di Jl. Karmat V beberapa tahun yang lalu mengundang perhatian banyak orang. Namun, satu hal yang sering dilupakan adalah bahwa Allah mampu bekerja baik secara supra-alami (hal-hal yang tidak biasa/alami) maupun secara alami (hal-hal yang biasa terjadi).


Dari fenomena ini sebenarnya kita dapat belajar banyak dari kisah Nabi Elia. Siapakah Elia? Oh..., Elia adalah nabi yang sangat spektakuler. Ia mampu memberikan makan seorang janda denga tepung dalam tempayan dan sedikit minyak di buli-buli (1 Raj.
17:12-15). Ia mampu menghidupkan anak yang mati ( 1 Raj. 17:18-22). Ia pernah membunuh 450 nabi baal sekaligus. Ia pernah berdoa mendatangkan hujan (1 Raj. 18:36-46). Bahkan ia terangkat ke sorga dengan kereta berapi (2 Raj. 2:11).


Dengan serangkaian peristiwa spektakuler yang ia alami tersebut, tentunya Elia mengalami bahwa Allah berkarya di balik semua itu. Namun, pernah suatu ketika ia mengalami keputusasaan dengan sikap
Israel terhadap Allah (1 Raj. 19:9-18). Lalu Tuhan menyatakan diri kepadanya di Gunung Horeb. Apa yang terjadi? Tuhan tidak dijumpai dalam angin besar dan kuat, gempa dan api yang terjadi secara spektakuler itu. Tuhan dijumpai dalam angin sepoi-sepoi, suatu peristiwa yang biasa sebenarnya. Hal ini sebenarnya teguran kepada Elia, agar ia melaksanakan tugasnya dengan penuh kesetiaan, dengan apa yang bisa ia kerjakan, tidak melulu melakukan hal-hal yang spektakuler dan luar biasa.


Pengajaran yang serupa tentang hal ini kita dapatkan dari Yohanes Calvin, seorang reformator. Ia mengkritik secara tajam praktik gereja waktu itu. Gereja Abad Pertengahan melakukan hal yang menurutnya berlebihan, yaitu berdoa kepada tokoh Alkitab dan orang-orang kudus, pemujaan kepada sisa-sisa tubuh mereka (relikwi), serta kepada kuasa imamat para imam yang dasarnya tak jelas bagi kita. Lalu, Calvin memandang bahwa semua kehidupan (seharusnya) mengingatkan kita akan kehadiran dan pemeliharaan-Nya yang bersifat sakramental dan mujizat. “Kita tidak perlu memerlukan bukti luar biasa akan kehadiran dan kekuasaan Allah, karena kita memiliki begitu banyak hal yang mengingatkan itu ke mana pun kita memandang,” kata Calvin. Sebagai contoh, Yesus mengajak kita memandang bunga bakung di padang bukan hanya sebagai bunga bakung, melainkan sebagai bunga yang didandani Allah lebih dari Salomo.
Jadi, Calvin mengajarkan agar kita mencari mujizat dalam keutuhan ciptaan, dalam cara sehari-hari di mana Allah menyediakan kesehatan dan kesejahteraan kita, dan dalam Firman Allah yang terus menerus berbicara kepada kita dan mengingatkan kita akan kehadiran-Nya yang penuh kasih. Disini kita dapat melihat bahwa dalam gereja Protestan ada beberapa perbedaan dalam cara pandang orang Kristen memandang mujizat. Yang terpenting bagi Calvin adalah orang Kristen memandang mujizat Tuhan dalam keseharian, kesederhanaan dan hal-hal yang umumnya dianggap biasa, sebab di dalamnya Tuhan memperlihatkan kuasa penciptaan dan pemeliharaan-Nya yang melampaui akalbudi manusia (mujizat supra-rasional).


Dari pemaparan di atas, rasanya kehidupan kita tidak dapat disandarkan kepada peristiwa-peristiwa luar biasa saja, karena peristiwa mujizat bukan hal yang biasa dan agak jarang terjadi. Di sisi lain, kehidupan kita boleh dikuatkan oleh kekaguman kita akan perbuatan Allah yang melampaui akal dan nalar manusia. Tak seorangpun dapat menangkap habis-habis misteri ilahi dalam pekerjaan Allah, Kristus dan Roh Kudus. Hanya saja, kita harus menjaga agar kekaguman dan ketakjuban kita tidak jatuh pada peristiwa irasional (melawan akal).

Penutup


Dapat disimpulkan bahwa mujizat bukan hanya merupakan kejadian spektakuler yang luar biasa. Mujizat adalah juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui peristiwa biasa. Ketika kita dapat merasakan kehadiran Allah dalam setiap apa yang kita alami, setiap tarikan dan hembusan napas kita, lalu kita dapat bersyukur karenanya, itu adalah mujizat.
Manakala kita percaya akan pemeliharaan Allah atas kesejahteraan kita, maka kita mesti percaya pula akan kehadiran Allah bersama kita dalam penderitaan kita. Pembaruan pengharapan dan pemahaman kita akan mujizat memampukan kita untuk merasakan tangan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita dan bersyukur kepada Allah atas mujizat pengampunan Kristus, mujizat kasih karunia Allah, mujizat penghiburan Roh Kudus dan mujizat kehidupan itu sendiri.

Disadur dari : Sahabat Surgawi

Wednesday, February 18, 2009

The Power Of Pentecost ( Kuasa Pentakosta)


The Power Of Pentecost

Pdt. Sutjipto Subeno

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
(Kis. 1:8)

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
(Kis. 2:4)

Pada hari Pentakosta, Tuhan mencurahkan kuasa-Nya atas para murid sehingga berita Injil yang disampaikan berbeda dari berita-berita lain yang ada di dunia. Murid-murid memberitakan Injil yang sejati, yaitu Kristus yang dibunuh oleh manusia berdosa itu telah bangkit, Kristus telah menang atas kuasa maut sehingga melalui kematian-Nya, Ia memastikan kita tidak lagi akan mengalami kematian, atau melalui kematian-Nya, Ia telah menebus kita supaya beroleh hidup dan melalui kematian Kristus, Ia mematikan kedagingan kita agar kita tidak menyerahkan lagi anggota tubuh kita untuk melakukan kejahatan tapi membiarkan diri kita dipimpin Roh Kudus, menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi dan menggenapkan apa yang menjadi kehendak Tuhan di muka bumi.

Di tengah dunia ini begitu banyak pengajaran tentang kuasa Roh Kudus tetapi kuasa yang seperti apa? Apakah kuasa Roh Kudus yang dimaksud seperti di hari Pentakosta pada jaman perjanjian baru? Yakni kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk memberitakan Injil dan menjadi saksi-Nya. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak gereja ingin kembali mengalami kuasa Roh Kudus seperti pada jaman PB, yaitu Roh Kudus yang turun berupa lidah-lidah api tapi saat ini kita tidak melihat implikasi dari kuasa Roh Kudus seperti yang Tuhan firmankan, mereka hanya menginginkan Roh Kudus yang secara fenomena dapat dilihat, yaitu yang berupa lidah-lidah api. Bukankah pada jaman PB, Roh Kudus tidak turun pada 3000 orang sekaligus melainkan hanya kepada para rasul? Tapi 3000 orang yang bertobat tersebut tidak mempertanyakan bahkan mereka tidak meminta supaya turun lidah-lidah api ke atas mereka karena lidah api hanyalah simbol. Hanya kuasa Roh Kudus yang bekerja, yang memenuhi, memimpin dan mempertobatkan seseorang. Jadi, masalah bukan terletak di apinya atau pada bahasanya tapi bahasa Roh yang dimaksud adalah bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap suku bangsa sehingga mereka dapat mendengar Injil dan bertobat. Sedangkan saat ini kita melihat bahasa Roh justru malah membingungkan karena bahasanya tidak dapat dimengerti. Maka tidaklah heran kalau pada jaman sekarang terjadi kesenjangan dimana hari Pentakosta pada jaman PB disalahtafsirkan, yaitu pentakosta berarti harus ada lidah api yang turun dan harus bisa berbahasa lain.

Apa implikasi dari turunnya Roh Kudus pada diri kita? Pada hari Pentakosta dalam surat Kisah Para Rasul, kita melihat situasi dan kondisi yang berbeda dan kita melihat kalau Roh Kudus turun atas kamu maka Dia akan memberikan kuasa ke atasmu. Kuasa yang seperti apa? Kenapa perlu kuasa? Kalau kita melihat konteks pada jaman itu maka permusuhan dunia terhadap anak Tuhan telah mencapai klimaksnya. Para murid saat mengikut Yesus, melayani Tuhan, mereka tidak merasa takut dan gentar karena mereka dapat mengandalkan Yesus, Yesus akan menolong bila mereka menghadapi ancaman, kesulitan, mara bahaya dan lain-lain. Akan tetapi setelah kematian Tuhan Yesus, murid-murid berada dalam situasi yang mencekam, murid-murid merasa takut akan ancaman pembunuhan; tetapi setelah Tuhan Yesus bangkit, murid-murid merasa damai dan tentram karena meski Tuhan Yesus tidak beserta dengan mereka selama 24 jam lagi tapi Tuhan Yesus hadir saat diperlukan, yaitu saat murid-murid merasa takut, Yesus akan datang menghibur. Kemudian Tuhan Yesus naik ke sorga dan meninggalkan murid-murid untuk yang kedua kali mereka merasakan ketakutan karena bahaya musuh masih mengancam ketika para murid berada dalam masa penantian penggenapan janji Tuhan akan turunnya Roh Kudus di Yerusalem. Ketakutan para murid tersebut telah mencapai klimaks sehingga hal inilah yang membuat murid-murid hanya berkumpul di atas loteng tanpa berani berbuat apapun.

Puji Tuhan, Kristus menjanjikan Penolong yang lain yang akan menyertai kita selama-lamanya (Yoh. 14:16), yaitu kuasa Roh Kudus akan turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Kuasa Roh Kudus diberikan kepada anak-anak Tuhan supaya misi Kristus dapat digenapkan di dunia, yaitu:

I. Menjadi saksi Kristus dengan demikian berita Injil akan tersebar hingga ke ujung bumi.

Kalau di sepanjang jaman dan sejarah, orang Kristen selalu berada dalam situasi ketakutan, selalu berhadapan dengan musuh dunia maka itu bukanlah suatu hal yang aneh karena anak Tuhan berjalan melawan arus dunia dan hidup dalam kebenaran. Dan secara manusiawi wajar kalau kita merasa takut dan gentar saat kita menghadapi intimidasi, ancaman dan bahaya tapi jika karena pekerjaan Tuhan, kita mengalami aniaya dan siksa maka Roh Kudus akan memberi kekuatan dan penghiburan sehingga kita dapat melaluinya dengan penuh kemenangan dan merupakan suatu kebanggaan jika karena kebenaran dan pekerjaan Tuhan kita mengalami aniaya dan siksa.

Pada jaman Perjanjian Lama, kita juga mendapati anak-anak Tuhan yang setia seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego dan lain-lain mengalami tekanan dan bahaya maut begitu juga di jaman Perjanjian Baru, saat mula pertama gereja berdiri, gereja sudah berdiri di atas salib Kristus; Kristus telah mengalami aniaya siksa bahkan sampai mati dibunuh. Di sepanjang sejarah gereja pun banyak anak Tuhan yang juga telah mengalami aniaya dan siksa khususnya di jaman kekaisaran Romawi. Tapi situasi sulit tersebut justru membuat anak Tuhan mempunyai terobosan yang luar biasa, Roh Kudus turun di hari Pentakosta membuat para murid mempunyai paradigma baru dan kuasa Roh Kudus membuat murid-murid berani memberitakan Injil, mewartakan tentang Yesus Kristus yang telah bangkit tersebut sebagai Juruselamat satu-satunya dalam berbagai bahasa. Hanya kuasa dari Roh Kudus yang membuat banyak orang bertobat.

Apakah kita juga mempunyai keberanian bila menghadapi situasi dan kondisi dunia yang semakin kacau ini? Dimana kekristenan makin ditekan dengan adanya Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) yang akan disahkan di Indonesia. RUU Sisdiknas bukan sekedar undang-undang yang menginginkan agar pendidikan agama sesuai keyakinan murid harus diberikan di setiap sekolah tak terkecuali sekolah-sekolah swasta yang memiliki ciri khas pengelolaan dengan sistem agama tertentu, jadi sekolah-sekolah tidak boleh exclusive agama tertentu; namun, di balik undang-undang tersebut ada filosofi yang mendasari, yaitu upaya penaklukkan dari pihak pemerintah terhadap agama; pemerintah ingin menguasai dan mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan agama khususnya agama Kristen dan akhirnya mengatur gereja dan hal ini dimulai dari sekolah Kristen terlebih dahulu.

Pemerintah mengatur spiritualitas bukanlah hal yang pertama kali muncul di dunia. Sejak jaman kerajaan Romawi, agama harus tunduk di bawah otoritas pemerintah, yaitu rakyat harus menyembah Kaisar yang dipercaya sebagai keturunan dewa. Begitu juga dengan negara komunis Cina yang memperbolehkan adanya gereja dengan syarat gereja harus tunduk di bawah aturan pemerintah Cina. Apakah hal ini hanya terjadi di benua Asia saja? Ternyata mati-hidupnya gereja di negara-negara Eropa sangat bergantung pada pemerintah maka tidaklah heran kalau sekarang kita menjumpai bangunan gereja besar yang indah dengan jumlah jemaat yang sedikit.

Negara demokrasi dengan sistem votingnya menekan yang minoritas bahkan hampir semua orang benar di dunia seperti Tuhan Yesus, Socrates mati karena demokrasi. Demokrasi merupakan alat yang sering dipakai untuk menghancurkan kebenaran; kebenaran tidak pernah mayoritas karena dunia sudah dikuasai dosa. Seharusnya kebenaran menjadi standart dan berada pada posisi yang paling tinggi tapi hari ini kita jumpai kebenaran justru berada dan dipercayakan di tangan rakyat yang sebagian besar tidak mengerti akan kebenaran sejati.

Mayoritas sistem di dunia menggunakan kekuatan massa untuk menekan yang minoritas termasuk orang Kristen. Ingat, Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup maka Dia tidak akan membiarkan anak-Nya dihancurkan; dengan cara-Nya yang menakjubkan Dia membangkitkan orang Kasdim untuk menghancurkan bangsa Babel dan hal ini menggentarkan Nehemia. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan membuat mujizat atas diri Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego sehingga Nebukadnezar dan seluruh rakyat Babel berbalik menyembah dan tunduk pada Allah Yahweh. Tuhan adalah Tuhan yang berkuasa atas sejarah; Dia mengubah seseorang yang membenci dan menganiaya Tuhan menjadi pengikut Tuhan yang setia. Kalau dipikir secara logika hal ini tidak mungkin terjadi, bukan?

Logika manusia tidak akan dapat mengerti pekerjaan Roh Kudus yang bekerja dengan ajaib, Ia memberi keberanian pada anak-Nya saat menghadapi ancaman dan aniaya. Jangan pernah mengharapkan kuasa Roh Kudus akan memberikan kita hidup yang berlimpah, kaya dan sehat. Tidak! Itu bukan kuasa Roh Kudus tapi kuasa dosa. Kuasa Roh Kudus bisa membuat orang yang paling jahat yang secara logika tidak mungkin dapat bertobat saat kita bersaksi tentang Kristus. Siapa pernah berpikir Saulus si penganiaya orang Kristen itu bisa bertobat? Hanya anugerah Tuhan, kalau Saulus bertobat dan Tuhan memakai Saulus untuk memberitakan injil.

Logika seringkali membelenggu manusia tapi mulai detik ini biarlah kita sebagai anak Tuhan tidak lagi dibelenggu oleh logika manusia berdosa sehingga kita tidak dapat melihat kuasa Tuhan yang menakjubkan. Marilah kita berjalan dengan iman di bawah pimpinan Tuhan dan bersandar padaNya; karena kalau pekerjaan Tuhan dihalangi oleh kuasa iblis maka Tuhan akan bertindak dan tiada yang mustahil bagi-Nya. Mungkinkah suatu hari kelak penduduk Indonesia mayoritas beragama Kristen dan mungkinkah presiden RI bertobat dan menjadi Kristen? Secara logika manusia, hal ini pasti tidak mungkin terjadi, bukan? Pikiran kita telah terkunci dan akhirnya hal ini membuat kita enggan untuk memberitakan Injil. Ingat, Tuhan kita adalah Tuhan yang berkuasa atas sejarah dan seluruh alam semesta sehingga hal-hal yang kita rasa tidak mungkin maka bagi Dia tidak ada yang mustahil.

Siapa bisa bayangkan Saulus, Kaisar Konstatin dan lain-lain yang kejam bisa bertobat dan berbalik menjadi pengikut Tuhan? Kalau Tuhan bekerja maka tidak ada satupun kuasa dunia yang dapat menghalangi kehendak Tuhan untuk mengubahkan seseorang. Jangan takut apabila anak Tuhan minoritas dan berada dalam tekanan karena Tuhan tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri, Dia akan memberikan kepada kita kuasa Roh Kudus sehingga kita menjadi saksi-Nya mulai dari keluarga, lingkungan masyarakat dan akhirnya sampai ke ujung bumi. Tuhan kita Tuhan yang hidup jadi tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia. Jangan pernah terlintas sedikit pun dalam pikiran kita “tidak mungkin”! Kalau kita mau taat pada Tuhan maka hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.

II. Menjadi pembawa kebenaran di tengah dunia dimana kebenaran telah mulai diselewengkan.

Saat Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran turun di hari Pentakosta, para Rasul langsung membereskan ajaran dan prinsip yang salah. Tapi sangatlah disayangkan, justru yang kita temui sekarang adalah banyak anak Tuhan yang memutarbalikkan dan menafsirkan Firman Tuhan dengan sembarangan; banyak kebangunan-kebangunan rohani yang memberikan janji-janji seperti sakit disembuhkan, miskin jadi kaya. Bukankah saat Roh Kudus turun, Tuhan tidak menjanjikan hal-hal yang demikian? Merupakan tugas anak Tuhan untuk menjadi pembawa kebenaran dan meletakkan kebenaran sejati di posisi tertinggi dan menjadi standart. Dan hal ini akan saya bicarakan di kesempatan lain.

Kuasa Roh Kudus akan menguatkan dan memampukan kita menjalani hidup di dunia yang penuh dengan tantangan; kita dapat mewartakan Injil, menjadi saksi-Nya hingga sampai ke ujung bumi. Maukah kita dipakai menjadi alat-Nya? Kiranya Roh Kudus menolong kita mewujudkan kemuliaan Allah dalam hidup dan pelayanan kita. Amin.

Tuesday, February 10, 2009

Sikap Hidup Bersyukur

Sikap Hidup Bersyukur

Rasa syukur adalah perasaan terindah yang dapat dimiliki manusia. Bersyukur adalah puncak sukacita hidup, melebihi nikmat seks, menang undian atau menyaksikan putri diwisuda menjadi sarjana. Tidak ada hal lain dalam kehidupan yang melebihi perasaan aman, hangat, nyaman, suka, karena berada dalam genggaman kuasa kasih karunia. Dari situlah mengalir keluar ungkapan syukur di dalam orang yang di dalam hatinya kasih Allah berdenyut.

Sejak kecil saya diajar untuk bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur atas segala sesuatu dan pada segala waktu. Tetapi kenyataan hidup yang tidak enak, hanya membuat anjuran itu menjadi beban mental berat yang menghambat lahirnya rasa syukur. Jika orang-tua tidak sanggup membelikan pakaian baru untuk anak-anaknya menjelang Natal, bagaimana mungkin bersyukur? Jika masalah rumah tangga menjadi-jadi, bagaimana dapat bersyukur? Tetapi tidak bersyukur dalam kesulitan juga merupakan beban berat. Beban itu hanya terangkat tatkala kita mulai belajar bersyukur. Musik indah kesukaan itu terdengar hanya bila kita mulai menggetarkan dawai-dawai hati kita untuk terpesona, takjub, girang, dan heran. Tidak bersyukur adalah ciri orang yang tidak mengenal Tuhan (Rm. 1:21). Ia menggerogoti roh, melayukan jiwa dan membusukkan kehidupan. Jadi bagaimana sebaliknya? Bersyukur atau tidak?

Syukur harus dilihat bukan sebagai kewajiban tetapi sebagai kesempatan. Syukur seumpama tepuk tangan meriah untuk seorang musikus piawai yang membuat dawai hati kita ikut tergetar, atau seumpama tawa lepas karena lawakan yang lucu, atau serupa pelukan spontan untuk seorang yang kita kasihi. Syukur membuat kasih-karunia-Nya terhayati segar di tengah dunia yang kelam dan berat ini.

Syukur atau terima kasih adalah respons terhadap suatu hadiah. Rasa syukur kita akan mengalir lancar bila mendapatkan suatu hadiah sejati. Tidak semua yang kita terima adalah hadiah. Jika seorang pengemis menemukan nasi bungkus utuh di tong sampah seorang kaya, ia tidak bersyukur. Itu bukan hadiah, itu hanya sekadar sesuatu yang di dalamnya terlibat pikiran, perhatian dan hati sang pemberi. Tak perlu mahal, bisa berupa sepucuk surat, sekuntum bunga, atau apa saja yang pemberinya menaruh dirinya di dalam pemberian itu. Pemberian yang pemberinya tidak terlibat adalah sesuatu yang palsu dan tak menggerakkan rasa syukur. Hadiah sejati juga mengandung balik sesuatu darinya. Pengorbanan itu bisa berupa waktu, uang, talenta, entah apa saja. Tetapi ia tidak diberikan agar dibayar kembali, sebab bila demikian ia bukan lagi hadiah tetapi pinjaman. Hadiah sejati tidak membuat kita merasa berhutang, bahkan juga tidak berhutang syukur. Pemberian selalu merupakan judi, sebab begitu diberikan, terserah kepada penerima hendak diapakan hadiah itu. Hadiah sejati membuat kita terkejut. Jika istri menanyakan dulu apa yang diinginkan suami sebagai hadiah ulang tahunnya, hilanglah unsur kejutan itu. Suami mendapatkan yang diinginkan, tetapi tidak ada kejutan, tidak ada risiko, bukan hadiah sejati! Bukankah Kristus hadiah sejati Allah untuk kita, mengandung semua ciri ini?

Hadiah sejati sesempurna itu hanya datang sesekali dalam hidup. Tetapi jika kita menunggu sampai datang yang sempurna, wajah kita akan terus murung tanpa sinar kesukaan syukur menghiasnya. Orang yang perfeksionis membunuh dorongan syukur dalam hidupnya. Hidup ini memang penuh kepahitan, kesakitan dan masalah. Namun demikian, kita perlu membuka hari bukan memompa perasaan bagi aliran syukur. Syukur itu mungkin bermula dari desah dan bisik lemah terima kasih untuk akhirnya menjadi sorak sorai. Syukur sering kali harus dimulai dari tetes kecil tak berarti yang menganak-sungai ke samudera kesukaan penuh gelora.

Syukur selalu diutarakan atas sesuatu yang lain dari yang lain. Sinar kemilau matahari paling indah terlihat di balik awan-awan. Pernahkah Anda bersyukur bahwa Anda lebih beruntung dari orang lain? Syukur semacam itu sangat memalukan karena bersyukur atas penderitaan orang lain. Namun, jika Anda menunggu sampai semua pengemis punya mobil, sampai semua orang tidak bisa mati, kita tidak akan pernah bisa bersyukur! Bukan penderitaan orang yang menjadi dasar yang membuat hari kita bersyukur, tetapi karena kelemahan kita memang membuat kita harus memiliki pembanding, yang membangkitkan kita untuk bersyukur.

Kedengarannya syukur berlawanan dengan kekuatiran. Namun keduanya berhubungan erat. Jika orang tidak pernah mengizinkan diri merasa kuatir sedikit pun, kejutan syukur ketika rasa kuatir teratasi tak pernah pula dialaminya. Kini banyak orang berusaha membuang kuatir jauh-jauh. Dengan film, makanan, bir, pil penenang, dsb. Kuatir tidak dapat diatasi dengan melarikan diri darinya. Megapa tidak menatap kuatir itu sendiri dan membawanya di hadapan Tuhan? Ketika Dia menerangi situasi dan hati kita, kuatir lenyap dan syukur menggantikannya.

Sekuat apa pun struktur mental dan rohani kita, dalam hal bersyukur kita semua seperti busa sabun yang ringan dan mudah tertipu ke sana sini. Tidak heran bila sulit sekali memiliki sikap hidup bersyukur. Namun jika kita membuka hati dan mengizinkan Allah yang meniupkan napas kehidupan mengalir melalui paru-paru kita untuk membangkitkan tenaga syukur itu, kita dapat merayakan hidup ini di dalam dan bersama Tuhan. (ph)

Friday, February 6, 2009

Malaikat


MALAIKAT



Tidak seperti pada abad mula-mula hingga abad pertengahan, Gereja pada masa modern ini jarang sekali membicarakan sesuatu tentang malaikat. Kalaupun dibicarakan, biasanya hanyalah pada saat-saat tertentu; misalnya saat hari raya Paskah dan
Natal. Memang uraian Alkitab tentang malaikat sangat sulit untuk dipahami bahkan uraiannya tidak logis-sistematis. Dengan demikian, pemahaman Gereja saat ini tentang malaikat sering kali hanya berupa asumsi atau rekaan belaka, dan seringkali bertentangan dengan apa yang dikatakan Alkitab tentang malaikat. Misalnya dengan gambaran (figur) nona-nona cantik yang lemah gemulai berlongdress putih, atau berupa bayi-bayi bersayap. Padahal sebaliknya, Alkitab justru memakai nama-nama untuk laki-laki (maskulin) bagi malaikat-malaikat, seperti Mikhael (Dan. 10:13; Why. 12:7); Gabriel (Dan. 8:16; Luk..1:19,26).

Untuk membicarakan malaikat memang membutuhkan uraian yang sangat luas sekali. Namun demikian, dalam artikel kecil ini dicoba untuk menguraikan hal-hal yang pokok saja, yang kiranya dapat memberikan sedikit gambaran tentang malaikat berdasarkan Alkitab, serta aplikasinya dengan iman dan kehidupan kita selaku orang Kristen.

Sebelumnya patut dicatat, bahwa walaupun Alkitab tidak secara jelas menyatakannya, namun dapat diambil suatu kesimpulan bahwa malaikat termasuk kedalam mahluk ciptaan Allah. Sebab di dalam enam hari penciptaan (hexaemeron), Allah telah selesai menciptakan alam semesta; langit dan bumi beserta segala isinya (Kej. 2:1) yang tentu saja termasuk didalamnya malaikat-malaikat. Malaikat tidaklah diciptakan sebelum Penciptaan, sebab sebelumnya tidak ada mahluk yang telah tercipta (bdk. Yoh. 1:1-3; Kol.
1:16); juga tidak setelah Penciptaan, sebab setelah enam hari Allah berhenti mencipta (Kej. 2:2-3).

Dari sebutan malaikat sebagai nama tokoh yang kita bicarakan di sini, dalam bahasa aslinya disebut anggelos. Istilah tersebut lebih menekankan jabatan atau tugas (office), dari pada essensi dari tokoh yang kepadanya. Istilah tersebut dikenakan sebagai namanya. Anggelos berarti utusan atau pembawa pesan. Jadi, malaikat berarti utusan atau pembawa pesan Allah kepada manusia. Dari sudut keberadaannya, malaikat berbeda dengan manusia. Malaikat memiliki keberadaan sebagai roh, bdk. Ibr.
1:14; Luk. 24:39; Ef. 6:12. Kalaupun Alkitab menggambarkan penampakan malaikat seperti layaknya manusia, hal tersebut sebenarnya hanyalah merupakan ungkapan iman dari manusia yang kepadanya malaikat menyatakan diri. Namun yang jelas, malaikat adalah mahluk rohani yang tidak dapat diurai, tidak dapat dilihat (real), dan tidak berubah (bdk. Mat.22:30). Di samping itu keberadaan malaikat tidak terikat kepada ruang dan waktu. Namun demikian, malaikat memiliki akal budi, kecerdasan, kecepatan, dan kekuatan untuk berbuat, bergerak dan berbicara (bdk. Yud. 6; Luk. 2:9-15; II Tes. 1:7; II Raj. 19:35), akan tetapi dalam semuanya itu malaikat tetap bergantung dan tunduk kepada Allah Penciptanya. (bdk. Dan. 7:10).

Alkitab menyatakan tidak hanya satu malaikat, melainkan lebih dari satu bahkan banyak malaikat, dengan nama-nama tersendiri bagi beberapa malaikat. Adakalanya malaikat tampil sendiri dan dalam bagian lain dalam kelompok. Jumlah malaikat seperti dinyatakan Alkitab sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya dalam hitungan manusia (bdk. Dan. 7:10; Luk.2:13).

Dalam tugasnya selaku utusan atau pembawa pesan Allah kepada manusia, dapat juga disebutkan bahwa malaikat berpran untuk melayani Allah dalam rencana dan karyaNya terhadap manusia (Yes. 6:3; Luk.
2:13); tentu saja termasuk didalamnya untuk mempertahankan kekudusan Allah di bumi (Mzm. 104:4; 103:20-21), disamping itu, juga melayani orang-orang percaya (Mat. 18:10; Mzm. 91:11-12; Luk. 16:22). Secara terperinci, Alkitab menyatakan beberapa tugas malaikat sebagai alat pelayanan Allah bagi manusia seperti di bawah ini

:
- Mempromosikan Berita Keselamatan Allah kepada manusia (Luk.
2:13; I Petr. 1:12; Ef.3:10).
- Memproklamirkan pertobatan manusia (Luk.
15:10).
- Melayani Firman Tuhan kepada manusia (Gal. 3:19; Luk. 2:10-12).
- Melindungi orang-orang percaya (Kej. 48:16).
- Mengingatkan manusia akan Penghakiman Terakhir (I Tes.
4:16).
- Membantu Allah pada Penghakiman Terakhir (Mat. 24:31;
13:41; 25:31; 13:42,50; Mrk. 13:27).

Sebelum mengakhiri uraian singkat ini, beberapa hal yang patut menjadi catatan bagi kita khususnya hubungan penyataan Alkitab tentang malaikat dan aplikasinya terhadap iman dan kehidupan kita adalah sebagai berikut :
1. Sebagaimana malaikat dalam segala keberadaannya tetap sebagai mahluk ciptaan Allah, maka Alkitab tidak mengajarkan kepada kita untuk menyembah atau mempercayakan diri kepada malaikat; walaupun kita percaya bahwa malaikat ada sebagaimana dinyatakan Alkitab kepada kita.

2. Walaupun uraian Alkitab tentang malaikat sulit dimengerti oleh akal dan pikiran kita karena seringkali kompleks dan tidak logis-sistematis, namun yang penting bagi kita bukanlah segala sesuatu tentang keberadaan mereka, melainkan adalah apa yang dikatakan mereka kepada kita dan apa yang ingin dikatakan Alkitab kepada kita mengenai mereka.

3. Peranan malaikat dapat dibandingkan seperti “tune” (lagu pengenal) sebuah stasiun pemancar radio, yang fungsinya hanyalah untuk memperkenalkan stasiun pemancarnya, untuk kemudian berlalu, dan perhatian pendengar beralih kepada siaran radio tersebut. Demikian juga dengan malaikat, dalam kapasitasnya, hanya sebagai alat untuk menyatakan Allah kepada manusia, dan pusat perhatian manusia tetap tertuju kepada Allah saja.

4. Walaupun keberadaan malaikat berbeda dengan manusia, dan mungkin dari satu segi malaikat memiliki kelebihan dibanding manusia, namun kita patut bersyukur bahwa puncak segala ciptaan dan mahkota ciptaan Allah adalah manusia itu sendiri, dan malaikat berada juga demi kebaikan dan keselamatan manusia sebagai mahkota ciptaan Allah.

5. Malaikat sebagai utusan dan pembawa pesan Allah bagi manusia, bersama-sama dengan manusia memiliki tugas dan panggilan yang sama yakni sebagai duta-duta Allah di dunia (sebagai hamba Allah/Tuhan). Mengapa malaikat tidak tampil atau jarang menyatakan diri pada saat ini ? Secara iman dapat kita katakan bahwa tugas malaikat telah ikut dipercayakan kepada Gereja. Walau tidak menutup kemungkinan bilamana dikehendaki Allah malaikat dapat tampil seperti pada masa Alkitab. Malaikat memberi teladan bagi kita dalam melaksanakan tugas dan panggilan kita selaku Gereja.

Tuesday, February 3, 2009

Lagu Pujian : Besar Setia-Mu ( Great Is Thy Faithfulness)



Great Is Thy Faithfulness
( Besar setia-Mu)

Words: Thomas O. Chisholm (1877–1957 ), 1923.
Music: “Faithfulness,” William M. Runyan, 1923

Great is Thy faithfulness, O God my Father
There is no shadow of turning with Thee.
Thou changest not, Thy compassions, they fail not
As Thou hast been Thou forever wilt be.

Refrain:
Great is Thy faithfulness! Great is Thy faithfulness!
Morning by morning new mercies I see;
All I have needed Thy hand hath provided
Great is Thy Faithfulness, Lord unto me.

Summer and winter and spring-time and harvest,
Sun, moon and stars in their courses above
join with all nature in manifold witness
To Thy great faithfulness, mercy and love.

Pardon for sin and a peace that endureth,
Thy own dear presence to cheer and to guide,
Strength for today and bright hope for tomorrow,
Blessings all mine, with ten thousand beside!



Pensiun di daerah Florida, Bob Lyte, seorang bekas misionaris, menyanyikan lagu ini dengan sepenuh hati sebagai tema kehidupannya. Syair lagu ini diinspirasikan dari kalimat kunci dari Kitab Nabi Yeremia, Ratapan. Setelah sebuah doa dengan permohonan yang tak putus akan kehancuran dan kesedihan yang mendalam, Yeremia memberikan alasan akan pengharapan: Allah adalah setia dan cinta kasih-Nya selalu baru setiap hari.
Bob Lyte mengingat hari ketika lagu pujian Chisholm dan perkataan Yeremia begitu melekat dalam pikiran dan kesadarannya. Saat itu tahun 1945, tahun ketika dia dan istrinya, Louise, dan seorang bayi laki-laki mereka meninggalkan New York untuk perjalanan misi mereka yang pertama.
Keluarga Lyte terbang ke Colombia, tetapi mereka tidak dapat membawa banyak barang, karena setiap penumpang hanya diijinkan membawa barang seberat 60 pound. Dan sebagian besar dari bawaan itu adalah popok bayi serta perlengkapan bayi lainnya. Bagi orang tua tersebut hanya tersisakan sedikit tempat untuk pakaian dan keperluan rumah tangga; termasuk banyak barang yang tidak tersedia di negara-negara dunia ketiga. Bob dan Louise memaketkan semua barang, kecuali perlengkapan-perlengkapan yang penting untuk dikirimkan melalui laut. Mereka diberitahu bahwa kotak-kotak ataupun paket mereka akan tiba di depan rumah mereka sekitar 3 minggu.
Di Medellin, keluarga Lyte pindah ke sebuah apartemen misi yang berisi hanya perabotan dasar. Tetapi berminggu-minggu, kemudian bulan, lewat, dan Bob mulai berpikir mungkin kapal yang membawa perlengkapan mereka berlayar ke Calcutta. Dia teringat, ”Anak kami hidup nyaman dengan banyak popok dan perlengkan bayi. Semantara orang tuanya – kami, kekurangan; pakaian kami mulai menjadi rusak, sobek dan menjijikan. Kami menantikan paket kami yang berisi semua perlengkapan yang berguna tetapi entah di mana kabarnya, hanya Tuhan yang tahu.
Bob dan Louise berdoa memohon belas kasihan Tuhan, dan akhirnya, 6 bulan kemudian, paket yang diharapkan tiba dengan sebuah kereta kuda. Walaupun kelihatannya hancur, tapi paket tersebut berhasil selamat melalui perjalanan laut yang panjang, pemeriksaan bea cukai, dan perjalanan kereta api dari pesisir laut sampai ke Andes.
Pagi saat kuda-kuda kelelahan itu berhenti di tengah jalan- Tuhan yang mengaturnya – seseorang, sesama misionaris di apartemen yang bersebelahan memainkan lagu ‘Great is Thy Faithfulness’ dengan vibraharp miliknya. Bob ingat saat itu: “Jiwaku bangkit mendengarkan lagu tersebut sembari aku berpikir betapa baik dan setianya Tuhan selama ini. Sepintas, saya melihat bahwa kotak-kotak karton itu hanya berisi beberapa barang tidak berharga, tetapi Dia membawanya kepada kami dalam berkat-Nya.”
Bob melihat kesetian Allah tidak hanya dalam 'menyediakan' harta benda kepunyaan mereka yang telah lama dinantikan, tetapi juga dalam waktu yang tepat ketika tetangga mereka sedang memainkan lagu tersebut. “Ini lebih dari sekedar suatu kebetulan,” dia mengatakan bahwa suara lagu tersebut bergema melalu tembok-tembok yang tipis. Ini adalah peringatan yang jarang dari Allah – tetapi cukup untuk diingat sepanjang hidup – bahwa Dia adalah Jehovah-jireh, Allah yang melihat dan Allah yang pemeliharaan-Nya akan terlihat. Kejadian ini berlanjut dengan berbagai kejadian yang berulang, berkat-berkat setiap hari, kecil maupun besar, yang menguatkan pelajaran ini kepada seorang anak muda.
Dan kemudian ada hari-hari, minggu-minggu, ketika Bob dapat saja menuliskan sebuah permohonan yang berisi ratapan-ratapan; ketika itulah dia memilih untuk mengikuti jejak Yeremia – bersandar pada rekoleksi dari pengetahuan dan pengertian yang telah diperoleh dahulu, “Ini yang aku ingat dalam pikiranku, karena itu aku memiliki pengharapan.”
Ketika Anda menghadapi sebuah pagi yang baru, hitung ulang kesetiaan Tuhan. Pikirkan kembali belas kasihan-Nya. Ingat kembali keajaiban-keajaiban-Nya, baik yang besar ataupun yang kecil di dalam hidupmu. Suatu campur tangan yang telah diatur sedemikian rupa. Alasan untuk pengharapanmu. (Ratapan 3:22-23)
Tuhan, ketika pengharapan dan imanku luntur, ingatkan aku pada saat-saat tertentu ketika aku dengan rendah hati teringat akan kesetiaan cinta dan penyediaan-Mu.

Lagu Pujian : " Amazing Love, How Can It Be ?




Amazing Love, How Can It Be ?

(Cinta Yang Ajaib, Bagaimana Mungkin Engkau Tuhanku, Mau Mati Bagiku ?)




Dapatkah Tuhan, yang selalu berada dan tidak dapat dihancurkan itu, mati?
Tidakkah Dia adalah yang pada mulanya membentuk bumi ini melalui Firman dari mulut-Nya? Bagaimana mungkin Allah Anak harus mati bagi saya? Mengapa Tuhan kita harus mengosongkan diri-Nya dari segala kemuliaan-Nya dan menjadi manusia, hanya untuk menyelamatkan “Keturunan Adam yang tak berpengharapan?” Bagaimana mungkin darah Yesus yang dicucurkan 1900 tahun yang lalu, tetap relevan kepada saya hari ini?

Tidak banyak pujian Kristen mulai dengan sebuah pertanyaan penting seperti pada lagu ini. Dapatkah orang percaya merenungkan kasih Tuhan yang bagitu luar biasa di Kalvari tanpa merasakan ketakjuban dan keajaiban yang dirasakan Charles Wesley dalam pujian ini? Tetapi, ini bukan sebuah pernyataan keraguan, melainkan sebuah pernyataan iman dalam kesungguhan dan ketakjuban mendalam.

Walaupun dia adalah seorang dengan latar belakang religius yang sangat disiplin dan ketat pada masa mudanya, sebagai lulusan Universitas Oxford, dan melakukan tugas misi di sebuah koloni bari di Georgia, Charles Wesley tidak pernah mendapatkan ketenangan dan damai sejahtera dalam hati dan hidupnya. Dia adalah seorang yang secara fisik dan rohani lemah. Kembali ke London setelah melewati suatu paruh waktu yang sangat menjatuhkan imannya di Amerika, dia bertemu dengan sekelompok orang-orang Moravia di Aldersgate Hall, 20 Mei 1738, yang kemudian membawanya kepada peristiwa kelahiran baru yang sangat menyentuh dan menyadarkannya bahwa “Keselamatan hanyalah karena iman saja.”

Berikut ini catatannya mengenai peristiwa tersebut:

“Pada tengah malam, aku memberikan diriku kepada Kristus: yakin bahwa aku telah selamat, tidur, atau pun bangun. Aku telah berulang kali mengalami perngalaman akan kuasaNya dalam mengatasi segala cobaan, dan mengaku, dengan sukacita dan takjub, bahwa Dia mampu melakukan begitu banyak dan melampaui apa yang kupikirkan, bahkan melampaui apa yang aku minta.”


Dalam pujian ini, Charles Wesley berdiri dalam ketakjuban akan Allah yang Maha Kuasa yang berinkarnasi menjadi sesosok mahluk yang lemah; berbalutkan daging dan darah dalam seorang manusia, yaitu Yesus Kristus. Mengapa? Agar dapat disalibkan!! Untuk menebus orang-orang yang menggantung-Nya di atas kayu salib! Misteri kematiaan-Nya membawa dampak universal.

Kalimat awal dari pujian ini, memberitahukan kepada kita ketakjuban Wesley, bahwasanya dia berbagian dalam menerima keuntungan dari tindakan pengorbanan monumental yang berlandaskan kasih yang luar biasa ini. Tuhan mati bagi umat manusia, dan bahkan Wesley, yang pemberontak, berdosa, membuat Dia dihukum dalam kematian! Cinta yang ajaib! Bagaimana mungkin Engkau, Tuhanku, mau mati bagiku?

Dosa-dosa dari generasi ke generasi yang tak terhitung banyaknya telah berulang kali membuktikan betapa tidak berdayanya manusia untuk memuliakan Tuhan. Maka, berdasarkan rencana Allah, yang indah, Kristus “mengosongkan diri-Nya dan dengan cinta, mengalirkan darah-Nya bagi keturunan Adam yang tidak berdaya!” Hidup-Nya yang tanpa dosa memuaskan tuntutan Hukum Taurat dan membuat-Nya berkualifikasi untuk menjadi persembahan Allah yang unik bagi penebusan umat manusia. Domba sembelihan Allah yang mati bagi penyelesaian kematian dan telah membayar bagi semua tuntutan yang dituduhkan kepada kita, termasuk tuntutan kutuk hukum taurat atas kita.

Kelangsungan dunia, umat manusia, dan semua ciptaan bergantung pada pencapaian penebusan yang luar biasa ini! Sejarah manusia selamanya berubah mulai pada saat itu, karena sebuah perjanjian anugrah dan belas kasihan muncul bersama Kristus dari dalam kubur. Kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa Allah telah menerima Dia sebagai satu-satunya yang pantas untuk membayar hutang-hutang dosa kita. Dalam kebangkitannya yang adalah anugrah itu, kita menjadi hidup di hadapan Allah, dan sekarang dapat bersama-sama Charles Wesley berkata, 'Ya, bisa!!'

Dalam antusiasme spiritual inilah, Charles memulai penulisan lagu-lagu pujian dengan sebuah determinasi yang tinggi. Dia berkunjung ke seluruh pelosok Inggris bersama saudaranya, dengan giat, dan menyebabkan sekumpulan massa besar orang-orang yang mulai menyanyikan lagu pujian pada kebaktian-kebaktian massal yang dihadiri hampir 40.000 orang.

Setiap pengalaman spiritual dan pemikiran baru yang melintas dalam diri Charles, sebuah lagu pujian muncul. Bahwak diatas ranjang kematiannya, dikatakan bahwa dia mendiktekan kepada istrinya sebuah lagu pujian terakhir kepada Tuhan yang begitu dia cintai dengan intim dan dia layani dengan efektif.


Ya Tuhan, Aku bersukacita karena mendapatkan bagian dalam darah-Mu, yang membersihkan setiap kesalahan dan dosa-dosaku! Terima kasih untuk cintaMu yang luar biasa! Terima kasih karena Engkau telah meninggalkan tahta Bapa untuk menjadi manusia. Dulu, aku adalah musuh-Mu, aku tidak mencintai Engkau, tetapi Engkau rela mati bagiku! Aku terbelenggu, tetapi terangmu menghancurkan belengguku, dan masuk ke dalam hatiku, dan sekarang aku hidup di dalam Engkau! Terima kasih karena Engkau telah menggantikan kutukan dan hukuman, dan menggantikannya dengan anugerah dan berkat yang berlimpah! Amin.



Words: Charles Wesley, Psalms and Hymns, 1738
Music: “Sagina,” Thomas Campbell, Bouquet, 1825

And can it be that I should gain
An interest in the Savior’s blood!
Died He for me who caused His pain!
For me who Him to death pursued?
Amazing love! How can it be,
That Thou, my God, shouldst die for me?
Amazing love! How can it be,
That Thou, my God, shouldst die for me?

’Tis mystery all: th’Immortal dies!
Who can explore His strange design?
In vain the firstborn seraph tries
To sound the depths of love divine.
’Tis mercy all! Let earth adore;
Let angel minds inquire no more.
’Tis mercy all! Let earth adore;
Let angel minds inquire no more.

He left His Father’s throne above
(so free, so infinite His grace!),
Emptied Himself of all but love,
And bled for Adam’s helpless race.
’Tis mercy all, immense and free,
For O my God, it found out me!
’Tis mercy all, immense and free,
For O my God, it found out me!

Long my imprisoned spirit lay,
Fast bound in sin and nature’s night;
Thine eye diffused a quickening ray;
I woke, the dungeon flamed with light;
My chains fell off, my heart was free,
I rose, went forth, and followed Thee.
My chains fell off, my heart was free,
I rose, went forth, and followed Thee.

No condemnation now I dread;
Jesus, and all in Him, is mine;
Alive in Him, my living Head,
And clothed in righteousness divine,
Bold I approach th’eternal throne,
And claim the crown, through Christ my own.
Bold I approach th’eternal throne,
And claim the crown, through Christ my own.


Dikutip dan diterjemahkan dari berbagai sumber.

Sunday, February 1, 2009

Kesaksian : " Hidup Matiku Di Tangan Tuhan"

Hidup Matiku Di Tangan Tuhan

Setelah 10 tahun menikah (saya, Norita dan Mike, 37 tahun) dikaruniai dua putera, yaitu: Nicholas 9 tahun dan Nathaniel 8 tahun. Kehidupan kami dapat dikatakan bahagia karena kami hidup di dalam Tuhan. Kami diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melayani di beberapa bidang, antara lain: penginjilan ke Rumah Sakit, Paduan Suara dan aktif di dalam kepengurusan gereja.
Kami sangat bahagia dapat melayani orang-orang yang membutuhkan penghiburan di Rumah Sakit sambil memberitakan kabar baik tentang Tuhan Yesus. Tapi sungguh di luar rencana kami, secara berangsur-angsur berat badan Michael turun secara drastis dan perutnya semakin membuncit dan keras sekali. Sesungguhnya, sejak saya menikah dengan dia, saya rasakan adanya hal yang tidak beres dalam kesehatannya, yaitu apabila sehabis makan, dia selalu seperti ingin muntah dan juga mengalami sakit punggung yang cukup berat. Tapi kami tidak tahu sakit apakah itu.
Pada tahun 1995, papi saya dikatakan menderita sakit kanker hati dengan stadium 4 dan usianya tinggal 6 bulan lagi. Bukan main sedihnya hati kami. Kami berusaha mencari dokter yang baik. Dari beberapa teman dikatakan bahwa di Shanghai ada pengobatan yang terbaik. Maka berangkatlah kami ke sana. Kami berangkat berempat, yaitu orang tua saya dan kami berdua. Setelah bertemu dengan Prof. Tang, Papi dan Mike diperiksa. Setelah pemeriksaan, dokter mendiagnosa bahwa penyakit papi sudah terlambat karena sudah menyebar ke paru-paru dan Mike juga mempunyai tujuh benjolan dengan ukuran antara 2 sampai 7 cm yang dikhawatirkan adalah kanker ganas. Bukan main sedihnya kami karena dua orang yang saya kasihi terbaring di rumah sakit. Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit, kami diperkenankan pulang. Sungguh waktu yang Tuhan sediakan untuk Papi begitu indah, sehingga Papi dapat mengenal Tuhan dan menerima Dia sebagai Juru Selamat sebelum Papi dipanggil kepangkuan Tuhan 6 bulan setelah kami kembali dari Shanghai.
Mike diberikan pengobatan TAE (Trans Artery Embolization) atau pemberian suntikan melalui Interferon untuk membungkus sel kanker tersebut agar tidak menjalar keluar. Tapi pengobatan ini tidak dapat bertahan lama. Kami harus bolak-balik beberapa kali. Sekali berobat harus tinggal dua minggu di rumah sakit. Karena kondisi fisik Mike begitu baik, tidak seperti orang sakit, maka Mike dianjurkan untuk berobat ke Singapura saja supaya lebih dekat. Menurut dokter di sana, ini tidak ganas, tetapi hanya Hepatitis dengan virus C, jadi pencegahannya melalui suntikan Interferon. Setelah menjalankan beberapa kali pengobatan, maka dia merasa tidak ada lagi yang harus diteruskan, dan kehidupan kami berjalan normal seperti biasa.

Namun lima tahun kemudian badannya menjadi begitu kurus dan tidak mempunyai nafsu makan. Maka kemudian kami memutuskan untuk mencari dokter lain di Singapura. Ternyata dokter itu juga seorang anak Tuhan. Setelah pemeriksaan dijalankan, dokter mengatakan sebaiknya dilakukan transplantasi. Benjolannya sudah begitu besar dan diperkirakan sekitar 18 cm serta sangat berbahaya karena isinya darah dan dapat pecah setiap saat apabila terbentur. Apabila pecah dapat langsung meninggal dunia. Saya sangat sedih dan bingung, tidak tahu yang harus saya lakukan. Kami terus berdoa minta pimpinan Tuhan untuk mengetahui apa yang harus kami lalukan. Melalui seorang teman, kami dikenalkan dengan dokter yang paling baik di Amerika untuk transplan, yaitu di Mayo Clinic, Minneapolis, USA.
Kami berangkat dengan hati penuh harap. Setiba kami di sana, kami langsung menjalankan pemeriksaan. Setelah hasil darah keluar, kami langsung bertemu dokter. Dan seperti yang sudah saya prediksikan, benar, ini adalah kanker ganas (HCC) level 2 dan sudah tidak dapat dioperasi karena sudah terlalu besar. Lalu kami disuruh pulang serta melakukan hal-hal yang belum dilakukan serta menikmati hidup. Tidak ada pengobatan lain selain kemoterapi sebanyak enam kali dan setiap kalinya dilakukan melalui infus selama 4 hari, 4 jam sehari. (Dilakukan chemo dengan harapan benjolan itu akan mengecil baru kemudian dapat dioperasi.) Tapi berdasarkan pengalaman yang ada, dari sekian banyak penderita hanya 2% yang selamat melewati hal ini.
Setelah mendengar hal itu, belum sampai di luar ruang dokter saya sudah tidak dapat menahan air mata. Sambil terus menangis saya mengajukan beberapa pertanyaan dan memohon untuk mungkin ada pengobatan lain yang dapat membantu. Tapi kami sudah tahu jawabannya adalah tidak ada. Setelah kami keluar, kami tidak bisa langsung kembali ke hotel, melainkan kami duduk di lobi rumah sakit. Kami berdua menangis, menangis dan menangis serta terus berdoa. Kami menyadari bahwa kami begitu lemah dan tidak dapat melakukan apapun dan kami hanya dapat menyerahkan seluruh hidup kami di dalam tangan Tuhan. Hati kami begitu hancur dan kami mulai berpikir apa yang harus kami katakan kepada anak-anak kami, orang tua kami. Dan saya pun berpikir bagaimana saya harus menjalankan hidup sebagai single parent.
Praktis dalam satu minggu itu saya tidak dapat tidur sama sekali. Paling banyak saya tidur selama 2-3 jam. Pikiran saya begitu kacau, sedih dan tiada hari tanpa air mata. Tapi di dalam kesedihan saya yang paling dalam saya tahu Tuhan juga mengetahui kesedihan saya. Saya terus berdoa dan berdoa. Kalau sebelumnya saya juga berdoa, tapi sekarang ini doa saya sungguh mencurahkan seluruh perasaan sedih saya kepada-Nya. Saya curahkan seluruh perasaan ini kepada para hamba Tuhan, saudara-saudara seiman untuk mohon dukungan doa dari mereka, karena saya percaya doa adalah hal yang paling penting di dalam kehidupan kita.
Setelah kami menjadwalkan kemoterapi tersebut, maka pada bulan November 2000 kami berangkat ke Singapure untuk chemo yang pertama. Mike begitu yakin bahwa ia dapat melaluinya dengan baik, karena dia merasa masih muda. Meskipun setiap orang share setelah chemo bisa muntah, seluruh badan rasa tidak enak dan lain-lain. Setelah 4 hari kami langsung pulang. Dan sebelum pulang, pada hari ke-3 di Singapura, Mike sudah muntah-muntah, tapi tidak terlalu parah. Tetapi setelah kami pulang, dia muntah dan buang air dalam satu hari tidak pernah berhenti. Sampai karena saya takut dia kekurangan cairan, maka kami bawa ke Rumah Sakit untuk dirawat. Ternyata setelah itu bukan lebih baik tapi semakin menjadi-jadi, bukan hanya kotoran yang keluar tapi sudah darah. Darah pun keluar dari segala tempat, yaitu: hidung, mulut dan sebagian besar dia sudah tidak sadarkan diri. Sampai pada hari ke-7 adalah hari yang paling gawat, dimana semua fungsi darah tidak ada yang baik, HB tingal 0,5 RBC hanya 2,5 keadaan sangat mengkhawatirkan.
Saya terus berdoa dan Pdt. Hendra (Gembala Sidang kami) mengajak seluruh jemaat untuk berdoa syafaat minta Tuhan mau bermurah hati untuk menolong. Dan sungguh kami melihat kasih dan tangan Tuhan memelihara. Saya menghubungi dokter di Singapura untuk meminta bantuan obat yang dapat menghentikan semua ini. Bagaimana mungkin kalau bukan Tuhan yang bekerja dokter tersebut dapat dihubungi pukul 12 malam pada saat weekend, yang mana mereka sedang berlibur ke Malaysia dan malam itu sedang hujan lebat? Dokter itu pun mengajak seluruh keluarganya berdoa untuk Michael. Sungguh hal-hal seperti itu membuat saya sangat terharu dan mengucap syukur kepada Tuhan, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Dan melalui perhatian, doa, sampai-sampai Kaum Ibu secara bergiliran membuatkan masakan untuk Mike, kami merasa sangat dihiburkan oleh saudara-saudara seiman kami. Selama 10 hari dirawat di rumah sakit membuat kami semakin dekat dengan Tuhan.
Kemoterapi tersebut sebagian dilakukan di Singapura dan sebagian lagi di Jepang. Sungguh Tuhan sangat mengetahui sifat anak-anaknya dan Tuhan juga sangat tahu akan kekerasan hati Mike. Pada mulanya dia tidak mau sama sekali ke Jepang karena takut operasi dan sangat bersikeras. Sampai semua dari kami berdoa, dan Dr. Karmen di Singapura berdoa serta mengatakan, "Mike, kita sebagai anak Tuhan tidak boleh takut mati, karena kita tahu bahwa setelah kita mati kita akan ke mana. Tapi Tuhan juga bekerja melalui ilmu pengetahuan dan ingin menyatakan kemuliaan-Nya melalui pencobaan yang kamu lalui. Jadi sangatlah bijaksana apabila kita mendengarkan apa yang Tuhan ingin perbuat melalui semua itu." Dia juga mengatakan bahwa dia telah mengecek Prof. Makuuchi yang adalah seorang dokter yang sangat terkenal. Beliau adalah Top Surgeon no. 5 di dunia dan no. 1 di Jepang. Saya sungguh bersyukur masih begitu banyak anak Tuhan yang begitu memperhatikan kami. Baru setelah melalui hal tersebut akhirnya Mike memutuskan untuk operasi ke Jepang.
Kami siapkan semua dan akhirnya kami berangkat. Hati saya begitu sedih, karena kepergian kami kali ini begitu mengkhawatirkan, antara sembuh atau pulang hanya nama. Dan kami tidak tahu berapa lama harus tinggal di sana. Kami tinggalkan semua pekerjaan kami, anak-anak, dengan satu keyakinan bahwa di dalam Tuhan ada pengharapan. Tuhan memimpin segalanya sampai kami dapat tiba di Jepang dengan selamat dan langsung melakukan beberapa pengecekan. Test demi test Mike jalankan dengan sungguh. Setiap melakukan test saya telepon kepada hamba Tuhan untuk didoakan, dan sungguh iman kami terus naik turun, karena kadang-kadang hasil test jelek, dan tiada hari tanpa doa minta Tuhan memimpin kami. Setiap pulang dari RS sekitar jam 7 malam, saya harus jalan sendirian melalui taman di Ueono. Saat itu musim salju, udara dingin sekali dan jalanan begitu sepi sampai-sampai saya tidak menemukan seorang pun di sana. Untuk menghilangkan rasa takut, saya berlari sambil bernyanyi “Sepanjang Jalan Tuhan Pimpin”. Setibanya di hotel saya tidak lagi kedinginan, malah keringatan karena saya berlari.
Sampai akhirnya dokter memutuskan untuk operasi pada tanggal 4 Januari 2001. Kami hanya dapat berserah sepenuhnya kepada Tuhan yang dapat memberikan jalan terbaik kepada kami. Saya kembali menelepon Pdt. Hendra dan minta didoakan. Beliau mengajak beberapa pemuda untuk berpuasa bersama dan juga berdoa. Operasi berjalan 10 jam dan Tuhan sungguh ajaib, tumor dapat dikeluarkan tanpa pecah sama sekali karena apabila pecah, sel kanker akan menyebar ke tempat yang lain. Berat dari tumor ganas itu sendiri adalah 4,2 kg dan ukurannya adalah 22 cm. Yang lebih heran lagi adalah fungsi hati diberikan oleh Tuhan bukan hanya 25% (yang pada mulanya diperkirakan oleh dokter), tapi 40%. Penyembuhan Mike juga sangat luar biasa cepat, hanya 16 hari kami sudah dapat kembali ke Indonesia.
Tidak ada yang mustahil di mata Tuhan dan selalu ada pengharapan bagi anak Tuhan yang bersandar kepada Dia. Mike sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti orang normal lainnya. Kami sungguh bersyukur atas semua dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang dengan setianya mendukung kami. Kiranya kesaksian ini membawa berkat bagi banyak orang yang membacanya, sehingga nama Tuhan dapat dimuliakan.

Alkitab Isinya Yang Mengherankan


“Alkitab - Isinya Yang Mengherankan”


Salah satu alasan mengapa kita percaya Alkitab itu Firman Allah.

  • Cara bagaimana Alkitab menjadi sebuah buku sungguh merupakan keajaiban.

  • Alkitab terdiri dari 66 buku. Tetapi apakah Anda tahu tentang 40 pengarang berbeda-beda yang telah menulisnya? Mereka menulis sendiri-sendiri, hampir-hampir tidak mengetahui bagian yang ditulis orang lain. Selanjutnya, Alkitab ditulis dalam kurun waktu 15 abad, dalam 3 bahasa, dan 3 benua yang berlainan. Namun demikian, sementara kita menyelidiki Kitab itu sekarang, Kitab itu hanya satu saja, bukan enam puluh enam. Inti pengajarannya hanya satu, isinya saling berpautan, berkembang menjadi satu kebenaran.

  • Untuk melihat pentingnya argumentasi ini, marilah kita ambil satu contoh. Misalnya, Anda sedang berusaha membuat satu buku yang terdiri dari bermacam-macam buku kesusastraan yang ditulis sejak abad pertama, pada masa agama Kristen baru berkembang. Ambillah bahan-bahan Anda dari: tulisan-tulisan papirus kuno, karya-karya pujangga Mesir kuno, karangan-karangan para ahli filsafat, buku-buku tentang kebijaksanaan kuno dari Timur atau buku apa saja yang Anda pilih. Dari setiap abad, ambillah beberapa jenis buku. Pilihlah bahan-bahan yang mewakili golongan dari pelbagai lapisan masyarakat: pedagang, buruh, pendeta, dan petani. Kumpulkan semuanya dan jilidlah menjadi satu buku. Sekarang, buku apa yang akan Anda peroleh? Bukankah itu suatu buku yang isinya sangat menggelikan, bertentangan, dan campur aduk?

  • Sebaliknya, Alkitab, walaupun cara penyusunannya sama, namun hasilnya sangat berbeda! Segala sesuatu tentang susunannya saling menunjang kesatuan Kitab itu. Tidak ada alasan mengapa Alkitab harus satu buku. Tetapi nyatanya memang demikian. Orang yang menyelidikinya dengan jujur tidak akan meragukannya, jika ia mau menyediakan waktu untuk menyelidikinya.

  • Para penulis Kitab Suci ini hampir-hampir tidak mempunyai kesamaan. Lihatlah pada kualifikasi mengarang mereka yang berbeda-beda. Sementara Musa mungkin seorang terpelajar, lulusan lembaga pendidikan yang terbaik di Mesir; Petrus sama sekali bukan seorang pengarang. Ia seorang nelayan, dan tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa Petrus adalah seorang yang berpendidikan. Namun tulisan kedua orang itu penuh dengan hikmat Allah. Amos seorang gembala. Yosua adalah seorang jendral. Nehemia seorang juru minuman. Ada beberapa lagi, seperti: Perdana Menteri Daniel, Dokter Lukas, dan Raja Salomo, yang mungkin memiliki bakat alamiah untuk mengarang. Tetapi kebanyakan di antara mereka sama sekali tidak mempunyai bakat mengarang, namun secara sempurna orang-orang ini telah menggenapi tugasnya ikut ambil bagian dalam mengarang buku yang unik ini. Yang menjadi pertanyaan adalah, “Bagaimana mungkin?”

  • Hanya ada satu jawaban yang memuaskan. Dengan menggunakan kecakapan orang-orang ini, atau mengatasi ketidakmampuan mereka, Allah berbicara melalui mereka, dan menyebabkan mereka dapat menulis Kitab Suci itu sesuai dengan rencana-Nya yang ilahi.

  • Saya ingin Anda memperhatikan juga bahwa Alkitab itu ditulis pada waktu dan keadaan yang berbeda-beda. Musa menulis 5 buku pertama dari Perjanjian Lama (Pentateuch), ketika ia berada sendirian di padang gurun.Yeremia menulis dalam sebuah penjara bawah tanah yang lembab. Mazmur-mazmur indah dari Daud pasti ditulis di lereng bukit, sementara ia mengembalakan domba-dombanya; yang lainnya menulis pada waktu berperang. Paulus menulis banyak suratnya ketika ia dipenjarakan. Dokter Lukas kelihatannya menulis dalam semacam buku catatan harian. Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, menulis di Pulau Patmos yang berbatu-batu.

  • Walaupun demikian, asal-mula yang berbeda-beda ini kelihatannya tidak membuat perbedaan sedikit pun pada berita-berita yang dituliskan. Setiap bagian sesuai pada tempatnya. Setiap bagian memberi sokongan pada keharmonisan Kitab ini secara keseluruhan.

  • Waktu-waktunya juga berbeda-beda. Beberapa ditulis pada suasana berbahaya, beberapa ditulis dalam keadaan yang damai. Pada jaman Daud menulis, ada banyak peperangan. Salomo menulis pada pemerintahannya yang damai. Banyak nabi menulis dalam keadaan sedih dan putus-asa. Tetapi tidak satu pun dari keadaan-keadaan ini yang mengurangi kesatuan dari Kitab ini. Hanya ada satu sistem doktrin, satu jalan keselamatan, dan satu hukum iman. Allah telah mengambil benang-benang waktu dan keadaan yang berbeda-beda itu, dan dengan cakap menenunnya menjadi sebuah permadani kebenaran demi pertumbuhan iman kita.

  • Dalam orkes simponi kita tidak mempertanyakan bagaimana para pemain musik itu bermain dengan harmonis yang indah dan bukan dengan suara sumbang. Kita tahu betul, bahwa sebelum simponi itu terjadi, ada peranan penggubah lagu yang telah merancang setiap bagian dari musik itu dengan hati-hati dan penuh kecakapan. Demikian juga dengan Alkitab. Allah adalah Penggubah yang Maha Besar dari Kitab Suci ini. Di dalam kurunnya waktu, Ia telah menggubah suatu simponi yang agung. Setiap pengarang melakukan bagiannya sendiri-sendiri. Dan sementara masing-masing menulis buku-Nya, karya sastra yang agung sepanjang abad dihasilkan.

  • Saya ingin Anda mempertimbangkan juga bahwa Bangsa Yahudi itu bukanlah orang-orang yang suka mengarang. Proses pendidikan mereka terjadi hampir semata-mata secara lisan. Bahkan sekarang pun penekanan lebih diberikan pada hafalan. Namun dengan mengatasi semua kesulitan ini Allah telah membuat 39 buku dari Perjanjian Lama melalui pengarang Yahudi. Dan kemudian, pada jaman Perjanjian Baru, tidak ada seorangpun yang berani menambah atau mengurangi isi Perjanjian Lama.Tentu saja para murid pun tidak berani melakukan hal ini.Tetapi Roh Kudus bekerja lagi dalam orang-orang yang terpilih, dan walaupun mereka tidak biasa menulis, mereka menjadi penulis-penulis dalam kitab Perjanjian Baru. Sungguh benar bahwa jalan Tuhan bukanlah jalan manusia.

  • Kemudian terjadilah satu Kitab. Karangannya sama sekali tidak dapat diterangkan secara manusiawi. Sungguh suatu keajaiban karya sastra dalam proses pembuatannya. Tetapi apabila Anda ingat, bahwa hal ini dilakukan dalam perbuatan dan kebenaran firman Allah, maka segala hal yang aneh dan segala pertentangan, hilang dengan sendirinya.

Bicara tentang Alkitab sebagai Firman Allah adalah bicara tentang Firman yang berinkarnasi menjadi daging dan Firman yang memberikan diri-Nya ditemukan melalui tulisan manusia yaitu Alkitab.Jikalau dalam konteks inkarnasi, Ia hadir dalam kelemahan tubuh manusia,maka dalam Alkitab,Ia hadir dalam keterbatasan manusia-manusia penulisnya.Sebab Alkitab bukanlah tulisan yang langsung jadi dan turun sekejap dari langit dengan kesempurnaan sorgawi. Memang sebagian “kecil” dari catatan Alkitab tidak mempunyai ketepatan sempurna.Meskipun demikian tetap Alkitab dapat disebut “inerrant dan infallible”,karena realitanya,Allah sudah menetapkan bahwa “Keabsahan Alkitab dalam ajarannya tergantung pada apa yang ada,pada apa yang tertulis,sebagaimana adanya”.Baik yang sempurna maupun yang tidak sempurna sudah menyatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan “Keabsaahan berita dan ajaran Alkitab itu sendiri”.Alkitab adalah satu-satunya “Kitab Suci” yang dalam keberadaannya yang dapat memprediksi nubuatan tentang masa depan dengan ketepatan 100 %.Roh Kuduslah yang memungkinkan orang percaya menerima dan mengakui keabsolutan otoritas Alkitab.Keabsolutan otoritas Alkitab tidak tergantung pada kesempurnaan dari apa tertulis dan tercatat di sana.

Soli Deo Gloria

Sumber: William W. Orr, 10 Alasan Mengapa Saya Percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah, Yayasan Kalam Hidup