Saturday, August 1, 2009

Kawan Sekerja Allah


KAWAN SEKERJA ALLAH


“Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” ( 1 Korintus 3:5-9 )


Umumnya kata “hamba” kita pakai untuk menghambakan diri kita di hadapan Allah. Kita mungkin pernah mendengar arti hamba atau budak dalam Perjanjian Baru (PB), yaitu pada sistem perbudakan zaman itu di mana para budak adalah orang-orang yang berstatus sangat rendah, bahkan lebih rendah dari hewan. Tak punya hak, tak mendapat upah, hidupnya dimiliki dan dikontrol oleh tuannya.

Tidak heran bila di kalangan tertentu, para orangtua keberatan jika anaknya ingin menjadi hamba Allah. Bagi mereka, status sosial hamba Allah adalah rendah, begitu pula perekonomiannya. Namun sebagian kelompok berpandangan lain. Mereka justru merasa terhormat bila anak mereka menjadi hamba Allah. Sebab dalam pandangan mereka, menjadi pendeta atau menduduki jabatan resmi gerejawi tertentu, justru meningkatkan pengaruh dan status sosial mereka.

Nah, yang mana yang anda setujui ? Yang mana yang anda hayati ketika terlibat dalam pelayanan atau waktu merespons ajakan untuk melayani ? Rasul Paulus memperkenalkan istilah lain untuk menjadi seorang yang melayani Allah. Ia menyebut dirinya dan semua yang terlibat dalam penginjilan, misi, penggembalaan, pembangunan gereja, dan berbagai bentuk pelayanan lain, sebagai “kawan sekerja Allah”, sambil tetap memakai istilah pelayan Tuhan. Dalam perusahaan, “kawan sekerja” atau “ partner” biasa juga disebut kolega, atau rekanan. Ini menunjukkan kedudukan yang sangat penting dan terhormat.

Konsep paradoks ini sebaiknya ada bersamaan dalam diri tiap orang yang terlibat dalam pekerjaan Allah. Kita yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus adalah hamba-Nya karena kasih karunia-Nya yang menyelamatkan, membuat hidup kita adalah milik-Nya ( Bdk Roma 6:22 ). Kita adalah kawan sekerja-Nya sebab dalam keajaiban anugerah dan cara Ia mewujudkan rencana-Nya, Ia menjadikan kita rekan-Nya. Jika konsep ini benar-benar kita hayati, pasti radikal praktiknya ! Kita tidak akan bersaing dengan sesama pekerja Tuhan, tetapi bekerja sama ! Kita tidak menilai pelayanan dari cara pandang yang lepas dan pecah, tetapi dari persfektif kebersamaan yaitu keutuhan tubuh Kristus. Kita bersyukur boleh berjuang dan semua yang kita kerjakan saling melengkapi dan Allah nyata berkarya di dalamnya !


No comments:

Post a Comment