Ditengah Kesedihan
“Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: "Suruhlah keluar semua orang dari sini." Maka tidak ada seorang pun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya. Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun. Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: "Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?" Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia. Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama
( Kejadian 45 :1-15 )
Bukan perpisahan yang aku tangisi, tetapi pertemuanlah yang aku sesali. Inilah ungkapan yang menyedihkan dari orang yang akan berpisah. Namun Yusuf menangis justru oleh sukacita yang meluap karena ia dapat kembali berjumpa dengan saudara-saudaranya. Ia melihat peristiwa masa lalu sebagai campur tangan Allah oleh karena itu ia tidak marah atau dendam atas perbuatan jahat saudara-saudaranya itu di masa yang lalu. Allah telah mengubah rencana jahat saudara-saudaranya, menjadi rancangan damai sejahtera. Peristiwa itu tidak terjadi dalam satu hari, tetapi memakan waktu bertahun-tahun.
Dalam kehidupan orang beriman, mungkin kita juga seringkali mengalami peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, yang membawa penderitaan yang berkepanjangan. Dalam proses itu, jika kita tetap setia dalam keyakinan iman dan percaya bahwa Allah menyertai kita, maka hidup kita pun akan berakhir dengan kemenangan dan sukacita.
Peristiwa tragis dalam hidup ini memang sering menjadi salah satu bentuk ujian bagi kesetiaan iman kita kepada Allah. Bisa jadi bahwa orang beriman pun suatu ketika kalah dalam ujian kesetiaan seperti ini. Mungkin karena keyakinannya mulai goyah, karena ada keraguan bahwa Tuhan masih menyertai hidupnya. Atau bahkan kita akhirnya menyalahkan Tuhan, “ Ah…mengapa Tuhan memberikan penderitaan yang berat dalam kehidupanku ?” Benarkah Tuhan mengasihi aku ?
Dari kehidupan Yusuf, kita belajar untuk tetap setia dan percaya kepada Allah. Ia sesungguhnya tidak akan membiarkan umat-Nya berada dalam kungkungan kuasa gelap yang membinasakan.
Doa: Bapa yang terkasih, Tuhan Yang Maha Penyayang dan penuh belaskasihan. Ya Tuhan, berilah kami kekuatan di kala susah melanda hidup kami. Di dalam nama Tuhan Yesus kami memohon dan bersyukur kepada-Mu. Amin.
Bapa itu maksudnya bapak ya..........?trus istrinya siapa dong.........?
ReplyDeleteanak-anak gak boleh tau.......mau tau? bayar dulu.................
ReplyDeleteberapa?
ReplyDeletegratis juga boleh...asal boleh nyodomi pantat pendeta ato biarawan
ReplyDeleteKALAU ANDA MANUSIA YANG BERAGAMA DAN TAKUT AKAN DOSA TENTU ANDA TIDAK MENGATAKAN YANG DEMIKIAN KOTORNYA. MAAF ANDA TAK LEBIH DARI PADA SAMPAH.
ReplyDeleteanda sendiri sampah
ReplyDeleteingin tahu islam, belajar sama GUS DUR ya orang2 kristen
ReplyDelete