PESUGIHAN : “ Belenggu Okultisme dan Kuasa
Gelap Pada Ritual Mencari Pesugihan di Dalam Masyarakat Jawa ( Mistis Kejawen )”
(Oleh
: Sariyanto)
“ Maka kata Yesus
sekali lagi : Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;
Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan.” ( Yohanes 10:10)
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang
Persoalan hidup manusia sangatlah kompleks. Kekomplekan tersebut juga
menyangkut keyakinan terhadap sesuatu yang dapat memberikan pengaruh kepadanya.
Dilatarbelakangi oleh keadaan, kesulitan hidup mendorong manusia untuk membuat
pola keagamaan yang dipercaya dapat memecahkan problematika kehidupannya. Dalam
masyarakat Jawa terdapat sebuah keyakinan yang sudah turun-temurun dilakukan
yaitu mencari pesugihan. Mencari pesugihan memang sangat jarang diucapkan
secara jelas (vulgar) karena sebenarnya ada unsur perasaan isin (malu) yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Untuk
membuat makna yang berbeda maka kebanyakan orang menyebut dengan arti : “
ngalap berkah (mencari berkat)”.
Ngalap berkah dalam masyarakat Jawa dilakukan ditempat-tempat yang dianggap
keramat atau wingit. Demikian waktu yang dipilih pun tidak setiap hari tetapi
ada hari-hari khusus misalnya setiap malam Jumat dan Selasa. Keyakinan tersebut
sampai saat ini belum luntur. Ritual mencari pesugihan atau ngalap berkah telah
menjadi menjadi sebuah kepercayaan yang turun temurun dilakukan oleh sebagian
masyarakat Jawa. Tempat-tempat keramat atau wingit tersebut di kalangan
masyarakat Jawa sangatlah popular dan disebut sebagai wisatai religi. Pengaruh ritual mencari pesugihan
yang dilaksanakan oleh sebagaian masyarakat Jawa mempunyai pengaruh bahwa
ketika kesulitan datang mereka dapat mencari pertolongan di tempat-tempat
keramat tersebut dengan melakukan samadi, nglakoni, berpuasa, berdoa bahkan
mengorbankan sesuatu sebagai tumbal.
Ritual mencari kekayaan tidaklah jauh dari tempat tinggal orang-orang Kristen
karena di setiap daerah hampir ada tempat untuk melakukannya. Alasan inilah
yang mendorong penulis untuk menyoroti ritual mencari pesugihan dalam
perspektif iman Kristen. Dengan dasar bahwa iman Kristen harus berdiri teguh
pada keyakinan akan Kristus Yesus sebagai sumber kehidupan. Dalam kitab Roma
1:16, 17 dikatakan: “Sebab
aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan
Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang
bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang
benar akan hidup oleh iman."
1.2. Rumusan
Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis membahas ritual mencari
pesugihan yang dilakukan oleh orang Jawa.
1.3. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memberi kontribusi kepada umat
Kristiani dan para hamba Tuhan supaya dapat mencegah terjadinya praktik okultisme
dalam kehidupan umat-Nya.
BAB 2
Praktik Okultisme Dalam Ritual Mencari Pesugihan
2.1. Pengertian
Ritual pesugihan mempunyai arti sebuah usaha untuk mendapatkan kekayaan duniawi
dengan melakukan ritual-ritual, pengorbanan (wadal & tumbal) di
tempat-tempat keramat. Mencari pesugihan tidak hanya dilakukan oleh orang-orang
kaya tetapi semua lapisan masyarakat Jawa melakukan; mulai dari kalangan
pejabat, usahawan, sampai pada bakul (penjual kecil-kecilan). Alasan mereka
untuk mencari pesugihan di antaranya adalah :
- 1.
Supaya usaha dan berjualan lancar
- 2.
Jabatan dalam pemerintahan atau perusahaan tidak lengser
Orang
Jawa menggemari melakukan ziarah termasuk ritual mencari pesugihan. Meskipun
mereka menganut agama formal namun orang Jawa secara sadar dan tidak sadar
adalah penganut kejawen. Pandangan kejawen mengenai Tuhan mereka dalami dengan
suatu anggapan bahwa Tuhan adalah penyebab dari segala sesuatu di seluruh alam
semesta. Menurut Koentjaraningrat, sumber utama konsep mengenai Tuhan dari
pengikut kejawen adalah buku nawaruci. Dalam buku itu Tuhan dilambangkan
sebagai makhluk yang sangat kecil. Ia dapat melihat seluruh jagat raya dengan
terang benderang. Tuhan dilambangkan dengan wujud makhluk dewa dan dapat masuk
ke dalam hati sanubari manusia. Tetapi Tuhan juga besar dan luas seperti
samudera.
Konsep mistik Dewa ruci memunculkan dua aliran yaitu:
- 1.
Pandangan Tuhan yang bersifat
panteistis.Menganggap Tuhan sebagai yang terbesar,tak terbatas dan
sebagai keseluruhan alam semesta.Tetapi Tuhan dapat berbentuk kecil sehingga
dimiliki oleh seseorang.
- 2.
Pandangan Monistis.Menganggap
Tuhan sebagai Maha Besar,tetapi berada di dalam segala bentuk kehidupan di alam
semesta ini,termasuk manusia,yang hanya merupakan ufuk yang sangat kecil
diantara segala-gala hal.
Dalam konsep keyakinan ini, orang Jawa mengenal banyak sekali tokoh-tokoh
keramat diantaranya guru agama, tokoh sejarah, tokoh pahlawan, keturunan
keraton sampai tokoh-tokoh mitologi yang muncul dalam dunia pewayangan. Untuk
menghormati dan menghidupkan tokoh-tokoh keramat maka di berbagai tempat
dibangun makam-makam keramat (pepundhen). Pada akhirnya tempat tersebut
dijadikan tempat ziarah. Sistem keyakinan kejawen juga mengenal roh-roh yang
baik, yang bukan nenek moyang atau kerabat yang telah meninggal, yaitu
dhanyang, bahurekso, sing ngemong, dan widadari.
Dhanyang
adalah roh yang menjaga dan mengawasi seluruh masyarakat (desa, dukuh);
bahureksa adalah penjaga tempat-tempat tertentu seperti bangunan umum, sumur
tua, hutan, tikungan, jembatan pohon, goa dan sebagainya. Sing ngemong adalah
roh yang menjaga kesejahteraaan seseorang dipandang sebagai saudara kembar dari
jiwa seseorang (dapat bandingkan dengan ari-ari ketika seorang bayi lahir
dipendam di depan rumah dan diberi lampu). Sedangkan widadari adalah dianggap
sebagai wanita cantik yang tempatnya di langit dan yang berbuat baik kepada
manusia.
Di samping tokoh-tokoh baik di kenal pula tokoh-tokoh jahat yang dapat menuntut
balas atas pertolongan dan keuntungan yang telah diberikan kepada
manusia.Misalnya thuyul, yaitu: dibayangkan sebagai manusia kecil (kerdil) yang
dapat mencari kekayaan dengan cara mencuri milik orang lain. Sehingga bila ada
orang di suatu desa menjadi kaya dapat dituduh memelihara thuyul.
2.2. Kegiatan
Ritual dalam mencari pesugihan
2.2.1. Sesajen
Untuk dapat memperoleh kekayaan seseorang harus melakukan ritual tertentu.
Ritual merupakan tata cara atau system yang harus dilakukan dalam melakukan
pemujaan kepada roh-roh. Ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa juga sangat
kental dengan pemujaan kepada roh-roh. Dalam ritual tersebut seseorang harus
menyajikan sesajen (sajian) misalnya makanan, daging ayam, dan sayur tertentu.
Sesajen yang telah dipersiapkan adalah masakan matang yang kemudian di bawa
ketempat tertentu untuk diadakan doa. Sesajen merupakan anggapan bahwa makanan
tersebut disajikan kepada roh yang berkuasa di tempat tersebut.
2.2.2. Laku
Laku adalah suatu tindakan ritual kepercayaan Jawa untuk memperoleh sesuatu
yang diinginkan. Pada hari-hari besar, orang Jawa melakukan ritual puasa,
tirakat, atau mengendalikan diri. Mereka juga melakukan lara pula (asketis)
seperti berpuasa dan bersemadi. Laku atau ngalakoni dapat dilakukan di rumah
atau tempat-tempat ziarah sebagai syarat untuk memperoleh kekayaan.
Laku tapa brata dalam masyarakat Jawa dianggap oleh para pengikut kejawen
sebagai sesuatu hal yang sangat penting dalam kesusatraan Jawa kuno. Konsep
tapa brata diambil langsung dari Hindu tapas yang berasal dari buku-buku Veda.
Selama berabad-abad para pertapa dianggap sebagai orang keramat. Mereka
dianggap menjalankan kehidupan dengan ketat, disiplin tinggi dan menahan hawa
nafsu. Dengan tapa brata, maka seseorang dapat mencapai tujuan yang sangat
penting mendapatkan pangkat yang tinggi, menjadi sakti, termasuk memperoleh
kekayaan. Menurut Koentjaraningrat, dalam orang Jawa dikenal berbagai cara
bertapa, yaitu:
- 1.
Tapa
Ngalong,yaitu melakukan tapa model badannya tergantung
terbalik,kedua kakinya diikat pada dahan pohon
- 2.
Tapa
Ngluwat,yaitu bersemadi di samping makam nenek moyang,angoota
keluarga atau orang keramat (sakti),untuk jangka waktu tertentu
- 3. Tapa
Bisu,yaitu menahan diri untuk berbicara.Tapa ini sebelumnya
dimulai oleh suatu janji.
- 4.
Tapa
Bolot,yaitu tidak mandi dan tidak membersihkan diri selama jangka
waktu tertentu.
- 5.
Tapa
Ngidang,yaitu berjalan-jalan sendiri masuk hutan
- 6.
Tapa
Ngramban, yaitu berada sendirian di dalam hutan hingga waktu
tertentu hanya makan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya.
- 7. Tapa
Ngalambang,yaitu merendam diri di tengah sungai selama beberapa waktu
yang sudah ditentukan.Dewi Anjani dalam cerita pewayangan melakukan ini.
- 8.
Tapa
Ngeli,yaitu bersemadi dengan membiarkan diri dihanyutkan arus air
di atas sebuah rakit.
- 9. Tapa
Tilem,dengan cara tidur untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa
makan apa-apa.Dalam cerita pewayangan dilakukan oleh : Kumbakarno dan Rahwan.
- 10.
Tapa
Mutih, yaitu hanya makan nasi saja tanpa lauk pauk
- 11.
Tapa
Mangan, yaitu dilakukan berdiri tidur tetapi tidak boleh makan.
Jenis bertapa berbagai model ini dilaksanakan tidak berdiri sendiri, tetapi
dilakukan menurut aturan tertentu bahkan dibarengi dengan puasa dengan harapan
orang yang melakukan dapat memperoleh wahyu.
2.3. Tempat
ziarah dan Mencari Pesugihan
2.3.1. Pesarean
Gunung Kawi
Gunung Kawi terletak di desa Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pesarean
ini berada di lereng selatan gunung Kawi. Tempat ziarah ini merupakan makam
mbah Djoego atau Kyai Zakaria II dan Raden Mas Imam Soedjono yang dimakamkan
dalam satu liang lahat. Kyai Zakharia II dan RM Imam Soedono berada dari
Keraton Mataram Kartosuro dan Yogyakarta
Gunung Kawi sekarang tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata tetapi juga
tempat ziarah komunitas Jawa dan China. Tempat Ziarah ini merupakan fenomena
yang kompleks, terutama karena adanya nuansa pergulatan agama dan budaya lokal
dalam arena mistisme gunung Kawi. Warisan budaya yang bersendi religi mistis
kejawen sangat mewarnai suasana gunung Kawi. Dengan kedekatannya pada alam
lereng gunung Kawi maka mistis kejawen sangat sulit dipisahkan dengan animisme
dan dinamisme yang bersifat akulturatif dengan Islam.Fenomena wisata ziarah
gunung kawi telah melahirkan kapitalisme dan desakralisasi di tengah askestisme
(lara lapa) Jawa. Ribuan orang setiap
Jumat Legi mengunjungi obyek wisata dalam rangka melakukan ritual termasuk
mencari pesugihan.
Dalam ritual tersebut para pengunjung harus mengikuti syarat yang telah
dikeluarkan oleh Yayasan Ngesti Godo selaku pengelola pesarehan Gunung Kawi,
yaitu:
- 1.
Bersih lahir batin,harus mandi,pakaian bersih dan
sopan.Secara batin tidak boleh memikirkan hal-hal yang jelek.Perempuan haid
tidak boleh masuk
- 2.
Semua pengunjung yang masuk ke ruang pendopo harus
melepaskan alas kaki
- 3.
Setelah masuk ke ruang pesarean,pengunjung menyerahkan tabor
bunga kepada Juru Kunci.Dialah yang kemudian menaburkan bunga ke pusara makam.
Ritual Mencari Pesugihan di Gunung Kawi
Dalam ritual gunung Kawi, para peziarah mempunyai keyakinan dapat memperoleh
kekayaan dengan cara ziarah kubur. Peranan pohon besar bernama dewandaru yang
diyakini mendatangkan kekayaan pun menjadi daya tarik yang mendapat perhatian
para pengunjung. Para peziarah atau orang yang bermaksud mencari pesugihan
datang ke gunung Kawi pada setiap malam Jumat Legi secara beramai-ramai dan
mereka memusatkan ziarah kubur ke makam Mbah Djoego dan Raden Mas Imam
Soedjono. Selain hari khusus tersebut, para peziarah pada hari biasa juga cukup
banyak. Para Peziarah harus membawa
syarat-syarat untuk proses lelaku; misalnya membawa bunga, kemenyan, dan
sesaji.
Pada hari-hari biasa di gunung Kawi diadakan acara selamatan tiga kali sehari
yaitu pkl. 09.00, 14.00, dan 21.00. Hari khusus lainnya selain Jumat Legi
adalah setiap tanggal 12 syuro. Di sana diadakan ritual tahlil akbar untuk
memperingati meninggalnya Raden Mas Imam Soedjono.
Pesarean Gunung Kawi ini menjadi tempat yang terkenal dan mereka yang datang
bertujuan untuk mencari berkah; yang ada kaitannya dengan ekonomi, lancar
rejeki, sukses usaha, berhasil dalam kerja. Fenomena mencari kekayaan dengan
datang ke gunung Kawi berlangsung terus dan orang mengklaim mengalami
peningkatan ekonomi dari ritual tersebut.
2.3.2. Sendang
Bulus Jimbung
Legenda
Munculnya legenda Sendang Bulus Jimbung adalah Adanya sebuah kerajaan Wiratha
dengan ratu Ari Ratu Warasugha. Ia pemimpin yang adil dan bijaksana. Ratu
mempunyai seorang putra bernama Raden Patahwan yang tampan dan tersohor.
Sementara di Purwodadi ada kerajaan bernama Kalingga. Raja Kalingga mempunyai
seorang putri bernama Dewi Wahdi.Putri ini setuju untuk diperistri oleh Raden
Patahwan, sanga raja Kalinga setuju, tetapi untuk membuktikan bahwa rakyat
Wiratha jujur, maka raja meletakkan sebuah bokor kencana yang berisi emas. Ternyata
seorang pun dari rakyat Wiratha tidak ada yang mengambilnya. Namun Pada suatu
hari Raden Patahwan sedang berjalan-jalan dan terjatuh, kakinya mengenai bokor
kencana sehingga berubah posisinya. Kejadian tersebut oleh Ratu Wiratha
diindikasikan bahwa Raden Patahwan hendak mencuri bokor. Hingga akhirnya sang
Pangeran di hukum dipotong satu kakinya yang menyentuh bokor.
Untuk menghilangkan kesedihan maka pangerean berjalan dan sampai di gunung
Buthak dan atas petunjuk kakinya sembuh. Hingga akhirnya ia terus berjalan dan
sampai di suatu tempat yang ia namakan kerajaan Jimbun.
Tempat ziarah ini terletak di Jimbung, Kalikotes, Klaten. Orang-orang yang
datang ke Sendang Bulus Jimbung sering mengadakan semadi atau menyepi dengan
tujuan untuk memperoleh kekayaan atau ingin laris dalam usaha dagang. Pada
acara perayaan syawalan selalu meriah dan dilakukan pasar malam selama tujuh
hari tujuh malam. Pengunjung yang mempunyai maksud tertentu, misalnya untuk
tirakatan, atau permohonan tertentu biasanya melakukan tirakat pada hari Jumat
Kliwon atau selasa Kliwon. Sesajen yang mereka berikan melalui juru kunci
adalah bunga setaman, kemenyan dan uang wajib.
Ritual Mencari Pesugihan di Sendang Bulus Jimbung
Para peziarah menemui juru kunci dan menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka
yang datang membawa kembang setaman, kemenyan dan uang wajib. Kemudian lewat
juru kunci menyampaikan ujubnya kepada Nyai Poleng dan Nyai Remeng. Para
peziarah mengucapkan mantera dan doa dipandu oleh juru kunci. Disana mereka
juga menaburkan bunga ke air sendang, kemudian para peziarah mengambil air
untuk membasuh muka, kedua tangan dan kakinya. Ada juga yang mengadakan tirakat
dan semedi di sekitar lokasi sendang.
Upacara kupatan juga diselenggarakan di Sendang ini. Hingga sekarang dalam
penyelenggaraan upacara kupatan, para peziarah yang berhasil mendapatkan
ketupat dalam acara sesajian, merasa dirinya mendapat berkah. Ketupat yang
diperolehnya itu ada yang digunakan untuk memberi makan bulus di Jimbung, ada
juga yang digunakan untuk memberkati sawah dengan cara menebarkan ketupat di
sawah dan ladangnya.
Tidak ada pantangan bagi pengunjung Sendang Jimbung. Tidak ada pantangan bagi
pengunjung yang hendak mengikuti upacara syawalan atau kupatan. Pantangan hanya
berlaku pada peziarah khusus. Mereka harus mantap hati dalam mencari pesugihan,
bila tidak maka akan mendapat resiko yaitu badannya dapat berubah warna menjadi
belang-belang dan permohonannya tidak akan terkabulkan. Namun bagi yang
terkabulkan akan ada akibat yaitu tubuhnya menjadi belang-belang dan jika
perubahan itu sudah ke pusar maka biasanya orang tersebut akan mati.
2.3.3. Gunung
Kemukus
Gunung Kemukus terletak di desa Pendem, Sumber Lawang,
Sragen. Tempat ziarah ini berada 30 km dari kota Solo. Di gunung ini terdapat
sebuah makam yang dikeramatkan yaitu makam Pangeran Samodra. Pada umumnya orang
yang datang ke gunung Kemukus adalah untuk mencari berkah, keberhasilan atau
memperoleh kekayaan duniawi. Sebenarnya ada banyak tujuan lain seperti mencari
jodoh, meminta agar naik pangkat, jabatan dan mendapat seks bebas. Seorang
laki-laki dapat melakukan dengan pelacur atau bukan pelacur. Perempuan atau
laki-laki yang datang mencari kekayaan harus mencari pasangan lawan jenis dan
melakukan hubungan intim dengan pasangan yang tidak sah. Sehingga para peziarah
yang mencari kekayaan akan juga terjerembab ke dalam masalah hubungan seks
bebas.
Hari Jumat Kliwon dan Jumat Pon ritual mencari pesugihan di gunung Kemukus
merupakan hari yang paling ramai dikunjungi namun malam satu syuro juga menjadi
puncaknya. Para peziarah ternyata juga datang dari berbagai kota seperti
Bandung, Surabaya, Jakarta dan kota-kota lain. Selain melakukan hubungan intim dengan
seks bebas para peziarah juga menaikkan doa kepada arwah pangeran Samodra
Para pencari pesugihan memunyai keyakian bahwa ketika mereka mendatangi gunung Kemukus
melakukan ritual yang telah ditentukan mereka mengalami peningkatan ekonomi,
usaha pertanian lancar, dan laris dalam usaha dagangnya.
Ritual mencari pesugihan di gunung Kemukus
Proses ritual ziarah di gunung Kemukus terbagi dalam
beberapa waktu, yaitu waktu kunjungan yang umum terjadi di malam Jumat Pon dan
Jumat Kliwon. Pada malam Jumat Pon pengunjungnya lebih banyak. Puncak ritual
adalah pada malam satu Syuro. Malam Jumat Kliwon diyakini malam meninggalnya
pangeran Samodra. Ritual yang dilakukan adalan para pencari pesugihan mencari
pasangan yang akan diajak berhubungan intim. Para peziarah yang datang ke makam
pangeran Samodra pertama adalah membawa bunga, sebelum berdoa dan memohon
sesuatu para peziarah melakukan tabor bunga di atas makam. Bunga tersebut
sebelumnya diberikan kepada juru kunci untuk didoakan diasapi dengan kemenyan.
Demikian pula para peziarah memberikan amplop kepada juru kunci.
Pada malam satu Syuro diadakan ritual penyucian kelambu makam, dan
barang-barang pusaka (keris, tombak, dan lainnya) yang dialirkan ke sungai di
kaki gunung Kemukus.
2.3.4. Tempat
peziarah di daerah Jawa
Selain tempat-tempat yang disebutkan di atas sebenarnya masih banyak tempat
keramat untuk mencari pesugihan diantaranya:
- 1.
Parangkusumo di Bantul Jogjakarta
- 2.
Makam raja-raja Imogiri di Bantul Jogjakarta
- 3.
Makam Nyai Barat ketiga di Ngawen,Klaten
- 4.
Sendang Kamulyan,Sentolo,Kulon Progo
- 5.
Balakan Sokoharjo
- 6.
Gunung Srandil Cilacap
Dalam
setiap tempat ziarah dan mencari berkah (pesugihan), di tempat tersebut
ditandai adanya makam dari tokoh yang dianggap terkenal dari suatu kerajaan.
Tokoh tersebut dianggap mempunyai pengaruh tertentu. Kegiatan ziarah pada dasarnya adalah memohon berkah dari arwah demi
kelancaran usahanya. Dalam ziarah perlu syarat-syarat tertentu baik yang
sifatnya mental maupun fisik.
BAB III
Ritual Mencari
Pesugihan Dalam Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Iman Kristen
3.1. Larangan
Mencari Pesugihan Menurut Firman Allah
Firman Allah secara jelas melarang orang untuk melakukan pemujaan kepada arwah
atau roh-roh animisme dan dinamisme. Dalam perspektif Kristiani orang yang melakukan
kegiatan ritual pemujaan mencari pesugihan sesungguhnya berjalan ke dalam
kegelapan dan mengikat hubungan dengan maut. Dalam kitab Yeheziel 13:18, 20:
Katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah dukun-dukun
perempuan, yang mengikatkan tali-tali azimat pada semua pergelangan dan
mengenakan selubung pada kepala semua orang, tua atau muda, untuk menangkap
jiwa orang. Apakah kamu hendak menangkap jiwa orang yang termasuk umat-Ku dan
membiarkan orang-orang lain hidup untuk kepentinganmu? Kamu melanggar
kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-Ku hanya demi beberapa genggam jelai dan
beberapa potong roti, dengan membunuh orang-orang yang tidak patut mati, dan
membiarkan hidup orang-orang yang tidak patut hidup, dalam hal kamu berbohong
kepada umat-Ku yang sedia mendengar bohong. Oleh sebab itu beginilah firman
Tuhan ALLAH: Aku akan menentang tali-tali azimatmu, dengan mana kamu menangkap
jiwa orang dan Aku akan mengoyakkannya dari tanganmu dan melepaskan seperti
burung-burung, orang-orang yang kamu tangkap.
Dari ayat di atas jelas bahwa mencari pertolongan (termasuk mencari pesugihan)
dengan datang ke tempat keramat sama artinya dengan menyerahkan jiwa kepada
para dukun. Karena dalam ritual mencari pesugihan ada sesuatu yang harus
dibayar (tumbal) orang harus mengorbankan dirinya, atau bahkan anaknya sebagai
bayaran setelah memperoleh harta. Penyembahan kepada roh atau sesembahan
mempunyai arti penyembahan kepada setan. Di sini ada esensi bahwa ketika
orang menyembah setan berarti mengikatkan dirinya kepada maut.
Dalam pandangan Kristiani jelas bahwa
orang yang mencari pesugihan dengan datang ke tempat keramat adalah termasuk
terikat okultisme atau kuasa gelap. Dan ikatan yang dibuat tersebut
dapat mendatangkan kutukan atau pun kerusakan yang sifatnya mendasar karena
menyangkut jiwa manusia. Yehezkiel 13:21-23:
Aku akan mengoyakkan
selubungmu dan akan melepaskan umat-Ku dari tanganmu dan mereka tidak lagi
menjadi mangsa di dalam tanganmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah
TUHAN.Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku
tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik,
sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan
dia hidup.Oleh sebab itu kamu tidak lagi melihat perkara-perkara yang menipu
dan mengucapkan tenungan-tenungan bohong; Aku akan melepaskan umat-Ku dari
tanganmu dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Orang yang melakukan ritual mencari pesugihan dan berorientasi kepada kekayaan
duniawi dapat melegalkan berbagai cara supaya tujuannya tercapai, sehingga
mereka dapat kehilangan akal budi sehat dan mereka tidak dapat mengerti
kebenaran-kebenaran Allah. Roma 1:18-22:
Sebab murka Allah nyata dari sorga atas
segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan
kelaliman.Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka,
sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari
pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada
pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat
berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia
sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka
menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.Mereka berbuat
seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
Dari firman Allah di sini jelaslah bahwa manusia kerapkali tidak dapat mengucap
syukur atas segala berkat yang dikaruniakan oleh Allah. Manusia mencoba cara
sendiri untuk memperoleh kekayaan dan mereka mencari dengan cara jalan pintas
yaitu meminta pertolongan kepada roh-roh setan yang berada di tempat-tempat
keramat.
3.2. Ritual
dan Korban melawan kehendak Allah
Alam raya dan segala isinya diciptakan oleh Allah. Namun manusia telah
menyeleweng dari kebenaran firman Allah. Demi kekayaan atau harta manusia
mengikuti keyakinan hatinya sendiri dengan cara melakukan penyembahan kepada
roh-roh atau arwah. Ritual mencari pesugihan memuat ritual pemujaan kepada
roh-roh tersebut. Mereka menuhankan orang-orang ternama dan mengkeramatkan
tokoh-tokoh untuk membantu mereka menjadi kaya dalam materi.
Ritual yang dibuat oleh pengelola makam menunjukkan bahwa manusia mempunyai
ketundukan lebih kepada kuasa gelap dan pada wahyu-wahyu gelap. Kedudukan para
pencari kekayaan yang menyembah setan secara otomatis menentang Allah sebagai
Pencipta alam semesta. Karena letak makam tersebut berada di lereng gunung dan
terdapat pohon-pohon yang besar, maka ritual mencari kekayaan tersebut tidak
terlepas dari penyembahan kepada roh animisme dan dinamisme. Berkaitan dengan
hal tersebut, firman Allah menegaskan dalam Yeremia 10:3,5:
Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah
kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan,
yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya
dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan
goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat
berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah
takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik
pun tidak dapat."
Dalam kitab 2 Raja-raja 21:3 juga ditegaskan : Ia (Manasye) mendirikan kembali
bukit-bukit pengorbanan yang telah dimusnahkan oleh Hizkia, ayahnya; ia
membangun mezbah-mezbah untuk Baal, membuat patung Asyera seperti yang
dilakukan Ahab, raja Israel, dan sujud menyembah kepada segenap tentara langit
dan beribadah kepadanya. Disinilah Allah selalu menentang dengan berbagai
ritual penyembahan berhala atau meminta pertolongan kepada kuasa lain.
Korban dalam suatu ritual mutlak diperlukan. Tanpa korban serasa tidak ada yang
dapat diharapkan. Ritual mencari kekayaan kerapkali meminta korban manusia,
baik itu anaknya, istri/suami bahkan dirinya sendiri. Korban sama pentingnya
dengan laku yang lain karena merupakan syarat untuk memperoleh kekayaan atau
kesuksesan dalam materi. Orang harus berpuasa dan menyiksa dirinya untuk
memperoleh kekayaan, mereka bahkan mengorbankan diri dengan pelacuran seperti
di gunung Kemukus.
Mereka
menahan nafsu seperti di sendang Jimbung. Namun kesemuanya itu hanyalah sebuah
cara untuk meraih keserakahan harta atau materi yang duniawi. Para pencari kekayaan
yang terlibat okultisme secara jelas menunjukkan gejala ini.
Kolose 2:18 : “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu
digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada
malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan
membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi”
Untuk menghindari ikatan okultisme melalui mencari kekayaan, maka perlu
diketahui tentang data Iblis sebagai penipu manusia dan bapak pendusta, yaitu
Data yang jelas dinyatakan oleh Alkitab tentang iblis adalah sebagi berikut:
- 1.
Iblis itu ada ( I Tawarikh 21:1,Ayub 1:16-21, 1 Petrus
5:8-9)
- 2.
Iblis senang menaburkan benih yang jahat ( Matius 13:39)
- 3.
Iblis menjadi musuh orang beriman ( 1 Petrus 5:8 )
- 4.
Iblis adalah penguasa kegelapan ( Efesus 6:21)
- 5.
Iblis adalah roh najis ( Matius 12:43)
- 6.
Penghulu Setan ( Matius 10:25,Matius 12:24)
- 7.
Iblis datang hanya untuk mencuri,membunuh dan membinasakan (
Yohanes 10:10)
- 8.
Iblis adalah bapak pendusta,bapak perjinahan dan pembunuh
manusia ( Yohanes 8:44 )
3.3. Iman
Kristen
Iman Kristen menekankan bahwa segala berkat bersumber dari Kristus. Kekayaan
yang sejati berasal dari Kristus. Iman Kristen menegaskan bahwa kepercayaan
kepada Kuasa kebangkitan Kristus harus mengalahkan kepentingan manusia secara
materi. Sehinga gereja mempunyai tanggung jawab yang utama untuk membawa umat
Allah datang kepada Kristus, mengenal Allah secara pribadi.
Yesaya 45 :3: “Aku akan memberikan kepadamu harta benda
yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa
Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu.”
Kesulitan adalah sebuah realitas dalam kehidupan manusia. Namun demikian
kesulitan harta dan ekonomi juga dapat dipecahkan dengan cara yang tepat
berdasarkan iman Kristen. Gereja mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
mengangkat derajat ekonomi setiap warga jemaat. Tetapi itu semua dapat dimulai
dari pembangunan iman yang benar dalam diri orang percaya.
Belenggu okultisme adalah sebuah tantangan yang nyata. Iman Kristen tidak hanya
mempelajari gejala dan tindakan dari diri seseorang tetapi mempunyai tugas
untuk membebaskan orang yang terbelenggu okultisme. Orang yang mencari
kekayaaan melalui okultisme pastilah terikat karena mempunyai hubungan dengan
dukun, mantera, tindakan nglakoni dan penyembahan kepada roh-roh nenek moyang.
Jadi gereja harus menekankan pada jemaat, bahwa kekristenan adalah berpusat
kepada karya keselamatan Kristus, dalam kitab Yakobus 5:3 dikatakan: “Emas dan perakmu sudah berkarat, dan
karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti
api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.”
3.4. Spiritisme
Agar dapat berkomunikasi dengan berbagai roh dan arwah maka dilakukanlah
berbagai acara pengorbanan sebagaimana tersurat berikut ini: Mazmur 106:37, 38:
“Mereka mengorbankan
anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat,
dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan
anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala
Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah”.
Belenggu Spiritisme dalam mencari pesugihan.Ada berbagai dampak negatif bagi
setiap orang yang mempraktikkan spiritisme yaitu:
Mengalami
kutukan Tuhan dan bukan berkat Tuhan
Kitab Yesaya mengutarakan belenggu kutukan murka Tuhan akan menimpa para
spiritisme dan mereka yang memperaktekkan okultisme, yaitu yang diungkapkan
oleh Yesaya (Yesaya 8: 20-22) sbb :
- 1.
Tidak terbit fajar
- 2.
Lalu lalang di negri itu
- 3.
Melarat (miskin)
- 4.
Lapar
- 5.
Gusar
- 6.
Mengutuk rajanya dan Allahnya.Artinya mengalami kepahitan
hidup
- 7.
Kesesakan
- 8.
Kegelapan
- 9.
Kesuraman yang menghimpit
- 10. Akan dibuang ke dalam kabut,maka tidak dapat melihat ke
depan secara terang
BAB 4
Kesimpulan :
Okultisme berpengaruh kuat pada masyarakat Jawa. Orang Jawa yang belum mengenal
Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh mereka mempunyai keyakinan yang mendalam
bahwa mereka dapat memperoleh kekayaan dan kesuksesan bila datang berdoa di
tempat-tempat keramat. Adanya unsur sinkritisme juga telah mempengaruhi pola
pikir orang Jawa dalam menjalani kehidupannya.
Kekristenan secara tegas menolak upaya mencari kekayaan dengan pergi ke tempat-tempat
keramat dan melakukan penyembahan kepada roh-roh orang mati maupun kegiatan mitologi.
Jalan yang patut diambil adalah gereja kembali kepada dasar kebenaran firman
Allah. Kristus Yesus adalah jalan kehidupan, dan menyembah patung atau roh
merupakan penyembahan kepada kuasa kegelapan.
Pemutusan
ikatan okultisme harus dilakukan oleh gereja dengan aktif mengkonseling jemaat
dan melakukan konfrontasi atas kehidupan dosa semacam ini.
Matius
11:28-30 menegaskan bahwa Allah sungguh mengasihi umat-Nya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku
pun ringan."
Daftar Pustaka :
- 1.
Ign. Gatut Saksono, Mencari Pesugihan, Jogjakarta :
Yabinkas , 2008 Hal : XXII
- 2.
Tim Progdi Sosiologi Agama,2007