"Kristen Messianik (Semitic Christian) yang berakar ke Ibrani (Judaism) yang merupakan ibu kandung gereja mula-mula.Yeshua Hamashiach adalah Keselamatanku dan Torah adalah Kesukaanku"
“Sekembalinya rasul-rasul itu menceriterakan kepada Yesus apa yang telah mereka kerjakan. Lalu Yesus membawa mereka dan menyingkir ke sebuah kota yang bernama Betsaida, sehingga hanya mereka saja bersama Dia. Akan tetapi orang banyak mengetahuinya, lalu mengikuti Dia. Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan. Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi." Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini."Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok." Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul” ( Lukas 9:10-17 )
Mukzijat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus selalu di luar dugaan manusia. Apa yang dipandang mustahil oleh manusia, bagi Yesus tidaklah mustahil (sebuah keniscayaan) kalau Dia berkehendak. Hal ini kembali nyata dalam renungan kita hari ini, saat Yesus mengubah lima roti dan dua ekor ikan menjadi makanan yang cukup bagi lima ribu orang lebih.
Saat itu orang banyak berbondong-bondong mengikut Yesus. Mereka tidak kunjung beranjak, padahal hari sudah menjelang malam. Melihat orang banyak itu, Yesus merasa perlu memberi mereka makan. Namun pada saat itu mereka hanya memiliki lima potong roti dan dua ekor ikan. Dengan jumlah makanan sesedikit itu, mana mungkin bisa mencukupi kebutuhan makan orang sebanyak itu ? Tentu saja jauh dari cukup ( Lukas 9:12-13 ). Akan tetapi, apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah, jikalau Allah berkehendak. Yesus yang tidak mau membiarkan orang-orang tersebut mengalami kelaparan, kemudian bertindak. Lima roti dan dua ekor ikan, setelah dibagikan, ternyata mencukupi kebutuhan lima ribu orang yang hadir pada saat itu. Bahkan masih bersisa sebanyak dua belas bakul ( Lukas 9:14-17 ).
Bagaimanakah mungkin mukjizat itu dapat terjadi ? Kapankah lima buah roti dan dua ekor ikan berubah menjadi makanan yang cukup bagi orang banyak, bahkan berlebih ? Kalau kita perhatikan, mukjizat itu terjadi bukan ketika lima roti dan dua ekor ikan ada di tangan para murid, akan tetapi pada saat ada di tangan Tuhan Yesus, yang mengucap berkat dan memecah-mecahkan roti tersebut, lalu kemudian membagikannya kepada orang banyak.
Dalam kisah ini kita melihat kuasa dan kedaulatan Allah dalam menjadikan segala sesuatu, juga dalam mencukupi kebutuhan manusia. Keterbatasan manusia dan keterbatasan bebagai sumber daya tidak menjadi penghalang bagi kuasa Tuhan untuk bekerja. Hal yang paling penting adalah menyerahkan segala sesuatunya kepada tangan Tuhan yang berkuasa. Sebab itu, jangan menghalangi kuasa Tuhan dengan segala keterbatasan yang kita miliki. Bila kita mau berserah, mukjizat itu pasti nyata dalam hidup kita.
“Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Umat Islam Menjadi Kristen
( Why Muslims Follow Jesus ? )”
Hasil penelitian terakhir perpindahan dari Islam menjadi Kristen
Suatu survey dari Seminary Teologia Fuller Amerika oleh
J. Dudley Woodberry, Russell G. Shubin, and G. Marks.
24 Oktober 2007
Semoga menjadi berkat bagi setiap yang baca!
Berikut ini adalah ringkasannya :
Pada akhir tahun 1960, terdapat perubahan besar pada pengikut Kristus di antara orang-orang Jawa di Indonesia, mengikuti pertikaian antara orang-orang Islam dan orang-orang Komunis. Kami telah melihat pergerakan-pergerakan yang serupa di Afrika Utara dan Asia Selatan, termasuk hal-hal kecil di lain tempat.
Dalam kenyataannya dan mungkin berlawanan dengan perasaan, jumlah dari orang-orang Kristen baru setiap tahunnya jauh melampaui jumlah orang-orang Islam baru, meskipun rata-rata pertumbuhan pertahun untuk Muslim (1,81%) lebih tinggi dari Kristen (1,23%). Abad kemarin, orang Kristen bertumbuh lebih rendah dari orang Islam, dimana Muslim bertumbuh dari 12 sampai 21% dari keseluruhan populasi pada waktu itu. Tapi ini kejutan yang luar biasa. Kekristenan memiliki lebih banyak jumlah total pengikut dari pada Islam. Orang Islam bertambah di sub-Sahara Afrika dan diantara orang Afrika-Amerika oleh perpindahan (agama), namun di tempat lainnya pertumbuhan pada umumnya melalui kelahiran dan immigrasi. Pertumbuhan utama untuk orang-orang Protestant, khususnya Evangelikal dan Pentakosta melalui perpindahan (agama).
Jadi apa sebenarnya yang menarik orang-orang Islam untuk memilih mengikuti Yesus?
Antara 1991 dan 2007, sekitar 750 orang Islam yang telah memutuskan mengikuti Kristus telah mengisi formulir pertanyaan kilat untuk pertanyaan- pertanyaan dasar. Pengisi formulir terdiri dari 30 negara dan 50 kelompok suku mewakili setiap wilayah dari dunia Muslim (lembar pertanyaan tersedia di [dudley@fuller.edu] dalam melihat suatu hidupan di dalam iman.
Faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam menjadi Kristen :
1. Gaya hidup orang Kristen
Kita dapat melihat pada pengalaman-pengalaman terpenting yang telah memperngaruhi orang-orang Islam. Para respondent telah menempatkan gaya hidup orang Kristen sebagai pengaruh yang sangat penting di dalam keputusan mereka mengikut Kristus.
• Seorang Afrika Utara ex-Sufi membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara kepercayaan moral dengan praktek dalam kehidupan orang Kristen yang ia telah lihat.
• Seorang Mesir telah membandingkan kasih sekelompok Kristen di Universitas Amerika dengan perlakuan tanpa-kasih dari murid dan mahasiswa di Medina.
• Seorang wanita Oman menerangkan bahwa orang Kristen memperlakukan kaum wanita sederajat.
• Lainnya tentang pernikahan-pernikahan Kristen (yang berlandaskan) dalam kasih sayang.
• Beberapa orang miskin mengatakan, pekerja-pekerja Kristen asing memiliki kehidupan yang sederhana, memakai pakain lokal dan mengikuti budaya setempat; tidak makan babi, minum bir atau menyentuh lawan jenis.
• Seorang Maroko bahkan telah diterima oleh bekas ipar Kristennya setelah pernikahannya mengalami pernikahan yang sukar.
Banyak orang-orang Islam yang menghadapi kekerasan dari orang-orang Islam lainnya tidak melihat itu dalam kehidupan orang-orang Kristen yang mereka kenal.
Kekerasan sesama orang Islam telah memimpin banyak orang Islam kepada kenyataan bagi mereka yang masih hidup dari perang 1971 antar suku antara Pakistan Timur dengan Barat, perang Arab dan Berber di Afrika Utara, serta antara Arab dengan Negro Afrika di Darfur.
2. Kuasa Allah di dalam jawaban doa dan kesembuhan
Kebanyakan faktor-faktor yang ex-Muslim daftarkan, adalah pengalaman-pengalaman campur tangan keajaiban Tuhan sering kali bertambah setelah mereka memutuskan mengikuti Kristus.
• Di Afrika Utara, tetangga-tetangga Muslim meminta orang-orang Kristen untuk berdoa bagi anak perempuan yang sakit keras, dan sembuh.
• Di Sinegal, seorang pemimpin rohani Muslim menunjuk pada kesabaran orang-orang Kristen ketika ia sendiri tidak mampu menyembuhkan mereka.
• Di Pakistan, setelah ziarah ke Mecca tidak menghasilkan kesembuhan bagi gadis Shia, pada akhirnya gadis ini disembuhkan oleh kuasa doa orang Kristen.
Hubungan-hubungan yang sangat dekat dapat ditemukan pada pelepasan dari kuasa roh jahat dan ketertarikan kepada Yesus. Dari semuanya, Yesus adalah nabi penyembuh di kitab Al quran, dan memiliki kuasa atas roh-roh jahat di kitab-kitab Injil. Di Afrika Utara, seorang dukun memakai sihir untuk melawan seorang pria pengikut Yesus. Dukun tersebut menjadi tidak waras dan ditinggalkan oleh keluarganya. Tapi pria pengikut Yesus ini berdoa kepada Kristus agar boleh membebaskan dia dari kegilaanya, dan dukun inipun disembuhkan.Tentu, kuasa dan berkat (melalui Yesus di atas) bukanlah akhir kata dari orang-orang Islam ini. Alkitab juga menawarkan teologi penderitaan, banyak dari orang-orang Islam yang mengikuti Kristus menemukan iman mereka dikuatkan melalui penderitaan-penderitaan.
3. Ketidak puasan dengan model Islam yang mereka telah alami
• Mereka menyatakan ketidak senangan dengan Al quran yang menekankan hukuman Allah lebih dari kasihnya.
• Liturgi doa haruslah ada dalam bahasa Arab, sebagaimana tuntutan agama Islam. Seorang (Muslim) Jawa bertanya, ‘Tidakah Allah yang maha tahu mengetahui bahasa Indonesia?’
• Muslim lainnya mengeritik penggunaan jimat-jimat dan doa pada kuburan-kuburan orang-orang (yang dianggap) suci.
Beberapa respondent menyatakan pertempuran berasaskan Islam dan ketidaktepatan hukum Islam, yang mereka katakan tidak mampu merubah hati nurani dan masyarakat. Pembebasan dari ilusi ini semakin menyebar di dunia Muslim.
• Banyak orang Iran telah tertarik pada Kabar Baik setelah Revolusi Khomeini 1979
• Orang-orang Pakistan semakin menerima (Injil) setelah Presiden Zia ul-Haq (1977-1988) mencoba memberlakukan hukum Islam (syariah).
• Orang-orang Afganistan semakin terbuka setelah Islam Taliban menguasai dan memerintah (1994-2001).
4. Penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi
Sebagaimana dengan (rasul) Paulus dan Kornelius di Kisah Para Rasul, penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi mengambil bagian di dalam pertobatan banyak orang. Lebih dari seperempat respondent, 27% mencatat mimpi dan penglihatan sebelum keputusan mereka bagi Kristus, 40% pada waktu pertobatan dan 45% setelahnya.
• Wanita Algerian melihat penglihatan, yang juga disaksikan oleh ibu mertua Muslimnya ketika masuk ke kamarnya dan berkata, ‘Yesus tidak mati, Ia disini.’
• Di Israel, seorang Arab bermimpi bahwa ayahnya (yang telah meninggal dunia) berkata, ‘Ikuti pendeta, ia akan menunjukan kepadamu jalan yang benar’.
Mimpi dan penglihatan lainnya nampak kemudian dan memberi semangat pada masa penganiayaan.
• Seorang wanita Turki dipenjara karena pertobatannya, ia mendapat penglihatan bahwa ia akan dibebaskan, dan dia memang dibebaskan.
• Seorang muda Afrika Utara melihat penglihatan beribu-ribu orang percaya di jalan-jalan memproklamasikan iman mereka dan telah menguatkannya untuk bertahan dalam penderitaanya sebagai seorang pengikut Yesus.
5. Pesan Injil (Kabar Baik) adalah jaminan keselamatan oleh kasih Allah
Pesan Injil (Kabar Baik), khususnya pada jaminan keselamatan dan pengampunan, juga dinilai sangat menarik bagi orang-orang Islam. Al quran menyatakan bahwa ‘mereka yang bertobat dan percaya, dan bekerja benar … akan masuk surga’ (19:60). Namun dinyatakan juga bahwa ‘Allah mengampuni siapa yang ia kehendaki dan menghukum siapa yang ia kehendaki’ (2:284), sehingga orang-orang Islam tidak mempunyai kepastian keselamatan.
• Seorang wanita Indonesia bicara dengan ketakutan berdasarkan tradisi ajaran Muhammad, bahwa jembatan yang menghubungi neraka dan surga setipis rambut.
• Seorang Mesir berkata bahwa ia tertarik kepada iman Kristen karena dikotbahkan bahwa orang-orang dapat dipastikan penerimaan mereka oleh Allah.
Ketertarikan berikutnya bagi orang-orang Islam adalah Roh kebenaran di dalam Alkitab. Al quran bersaksi bahwa Torah, Mazmur dan Injil (biasannya dimengerti sebagai Pernjanjian Baru) adalah dari Allah. Meskipun pada umumnya mereka diajar bahwa buku-buku itu telah dikorupsi, namun sering mereka baca dan temukan kebenaran dan mereka menyimpulkan bahwa tulisan-tulisan tersebut pastilah dari Allah.
• Alkitab telah menolong seorang Mesir mengerti ‘karakter Allah yang sebenarnya’
• Kotbah di Bukit telah menolong keyakinan seorang Islam Libanon, bahwa ia harus mengikuti Seseorang yang telah mengajar dan memberi contoh nilai-nilai tersebut.
Mereka juga telah tertarik ajaran Alkitab tentang kasih Allah. Di Al quran, meskipun Allah mengasihi mereka yang mengasihinya, namun kasihnya adalah kasih yang terbatas. ‘Ia tidak mengasihi mereka yang menolak untuk beriman’ (3:31-32). Tidak seperti ajaran Kristen ‘Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita’ (1 Yohanes 4:10) dan juga, ‘Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa’ (Roma5:8).
Seorang Afrika Barat telah terkejut bahwa kasih Allah untuk semua orang, bahkan terhadap musuh sekalipun. Meskipun Al quran menolak bahwa Allah adalah seorang bapa (37:152), banyak orang Islam mendapatkan ini adalah suatu konsep yang sangat menghibur dan berpengharapan.
Khususnya yang menarik orang Islam adalah kasih yang dinyatakan melalui kehidupan dan ajaran Yesus. Al quran telah menyebut isa (Yesus) orang yang tidak berdosa (19:19). Banyak Muslim tertarik pada penggambaran Yesus di Al quran dan kemudian datang pada Injil untuk mendapatkan lebih banyak lagi.
• Seorang Saudi pertama kali dibawa kepada Yesus pada suatu perayaan malam Natal di Jerman-bahkan sebelum ia tahu Jerman.
• Banyak orang seperti orang Shiah Iran ini yang tertarik kepada Kristus sebelum ia tertarik kepada Kekristenan.
• Seorang sufi Afrika Utara telah menemukan gambaran Yesus sebagai Gembala yang Baik sungguh berarti
• Ketika kasih Kristus merubah orang-orang Kristen yang sungguh masuk kedalam sebuah komunitas yang menyenangkan, banyak orang Islam telah mendaftarkan suatu kerinduan untuk bergabung dalam persekutuan semacam itu sebagai hal yang penting berikutnya.
6. Faktor hati nurani
Banyak dari respondent tidak mengatakan bahwa kondisi-kondisi politik atau ekonomi telah mempengaruhi keputusan mereka. Tapi itu tidak sukar untuk dicatat bahwa orang-orang Iran, Pakistan, Afganistan, Banglades dan orang-orang Algeria telah menjadi lebih respon setelah melewati kekacauan politik Muslim atau tindakan-tindakan untuk memaksakan hukum Islam (hukum syariah). Bencana-bencana alam di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan daerah Sahel menempatkan orang-orang Islam berhubungan dengan orang-orang Kristen dari badan-badan sosial. Tidaklah mengejutkan beberapa dari mereka memilih juga mengikuti Yesus. Sementara itu adalah ‘waktu-waktu terbaik’ untuk orang Kristen bersaksi pada orang Islam, itu juga tetap ‘waktu-waktu terburuk’.
Di banyak tempat, pemurtadan setara dengan ditolak keluarga, agama, budaya, suku, dan kenegaraan. Banyak Muslim yang berpindah agama menghadapi penganiayaan dari keluarga, polisi, dan militan Islam.
Dua teman tidak mampu mengisi lembaran pertanyaan – seorang karena ia nampaknya diracuni oleh keluarganya sendiri, lainnya karena pemerintah memenjarakan dia dan kemudian lidahnya dipotong oleh pemimpin militer sehingga ia tidak dapat lagi berkata nama Yesus.
Tetapi Muslim yang telah percaya kepada Kristus tahu bahwa penganiayaan demikian dapat dan akan terjadi, namun dalam sebuah cara yang misterius, hal tersebut merupakan bagian dari waktu-waktu yang terbaik bagi iman mereka, seperti yang diyatakan oleh Yesus, bahwa penganiayaan dalam penganiayaan itu terdapat berkat. (Catatan dari saya, baca Matius 5:9-12).
J. Dudley Woodberry is professor of Islamic studies at the School of Intercultural Studies, Fuller Theological Seminary, Pasadena, California, and served in the Muslim world for many years. Russell G. Shubin is deputy director of national news and publications for Salem Communications in Camarillo, California. G. Marks has ministered in Malawi.
Sumber : http://www.christianitytoday.com/ct/2007/october/42.80.html
Why Muslims Follow Jesus | Christianity Today | A Magazine of Evangelical Conviction Dikutip dan diterjemahkan oleh Yusuf
‘Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’ (Matius 5:9-12 )
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." ( Lukas 2:21-32 )
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus !
Sampai saat ini masih terdapat kebiasan pemberian nama kepada bayi yang baru dilahirkan. Ada orang tua yang memberikan nama salah satu dari leluhur kepada bayinya. Yang lain akan berdiam diri berhari-hari, membuka primbon, mencari nama yang baik, lalu menamai bayinya. Tradisi itu bukan saja berkembang di Indonesia saja tetapi juga diseluruh dunia. Pemberian nama itu dihubungkan dengan masa depan sang bayi. Tradisi pemberian nama bayi pun dilakukan oleh orang Kristen. Orangtua Kristen akan membuka-buka Alkitab, lalu mencari nama yang cocok. Ia mendoakan nama itu, lalu mengenakan pada bayinya. Begitu pula masyarakat Yahudi.
Yesus ( Iesou dalam bahasa Yunani), bukanlah nama yang asing bagi kalangan Yahudi. Yesus adalah penyebutan dalam bahasa Yunani. Masyarakat Yahudi menyebutnya : Yasua, Yosua, Yahosua, Yusak.Dalam bahasa Arab, Jesus disebut : Rabb. Lengkapnya : Arrabi Yasu’al Masich” ( Risalatul Ya’qub-Yakobus 1:1 ). Nama itu berarti “ Tuhan Yang Menyelamatkan”, “Penyelamat”. Maria dan Yusuf menamai bayi mereka : Yesus. Pemberi nama itu memiliki makna penting bagi Yusuf-Maria, pasangan yang sedang bertunangan. Melalui pemberian nama Yesus, Yusuf-Maria mengharapkan anaknya membawa masa depan yang baik ke dalam kehidupan keluarga. Apalagi Yesus adalah anak sulung keluarga Yusuf.
Allah merencanakan penyelamatan ke atas kehidupan manusia dan alam semesta. Rencana itu hendak digagalkan oleh manusia. Namun kehendak-Nya tidak dapat dihentikan oleh siapapun dan oleh apapun. TUHAN terus-menerus melakukan apa yang dianggap baik dalam pandangan-Nya.
Tidak mengejutkan, jika Simeon ( Luk 2:25 ) mengucap syukur kepada Allah, karena ia memperoleh kesempatan berjumpa dengan Bayi Kudus Yesus. Malahan karena kepuasan hati, Simeon berkata : “ Biarkan hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,…sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang Engkau sediakan di hadapan segala bangsa…”( Luk 2:29-31). Ucapan Simeon menunjuk pada pekerjaan Allah yang akan digenapi oleh Yesus, putera Maria-Yusuf. Dia akan membenarkan banyak orang oleh pekerjaan-Nya. Allah menganugerahkan keselamatan kepada Israel dan segala bangsa di dunia.
MengapaKita Perlu “Saat Teduh “ Untuk Merenungkan Firman Tuhan ?
“Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." ( Matius 4:4 )
Kata Pengantar
Bagi orang-orang Kristen yang tinggal di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, Alkitab merupakan sesuatu yang mudah dan murah untuk dimiliki. Namun, kenyataan tersebut tidak berlaku di semua tempat di Indonesia. Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak orang Kristen yang kesulitan memperoleh Alkitab. Kalaupun ada, mahal harganya. Sekalipun orang-orang Kristen di kota-kota besar telah dibekali dan membekali diri dengan Alkitab, tidak semuanya telah sungguh-sungguh membaca Alkitabnya. Padahal kesempatan ia memiliki Alkitab sendiri sangatlah besar, dibandingkan saudara-saudaranya di daerah yang lain. Ada banyak faktor penyebab mengapa orang-orang Kristen di kota-kota besar tidak membaca Alkitabnya secara rutin. Ada faktor kemalasan. Ada yang beralasan sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Ada juga yang beralasan tidak tahu cara membaca Alkitab dengan benar. Ada juga yang mengalami kesulitan dalam memahami berita Alkitab dari masa lalu untuk diterapkan pada masa kini. Dan sejumlah alasan lainnya. Pada kesempatan kali ini, artikel ini akan membahas tentang Saat Teduh. Topik ini sengaja dipilih untuk membekali warga jemaat dengan pengetahuan praktis untuk melakukan saat teduh, baik secara pribadi maupun berkelompok. Selain itu, diharapkan warga jemaat termotivasi untuk melakukan saat teduh secara rutin.
Pengertian dasar saat teduh
Jika ditinjau dari segi makna kata, maka istilah "saat teduh" menunjuk pada segi waktu dan juga suasana atau keadaan. Saat teduh adalah masa di mana suasana/keadaan yang terjadi bersifat teduh dan tenang. Dengan pengertian tersebut, tentu ada banyak saat teduh dalam hidup kita. Misalnya: sebelum tidur di malam hari, sewaktu bangun pagi-pagi sekali, sewaktu sendirian di rumah peristirahatan, setelah mendengarkan kotbah dalam kebaktian Minggu dsb. Pada perkembangan selanjutnya, istilah "saat teduh" itu dipakai untuk menunjuk pada waktu di mana orang Kristen menenangkan diri dalam masa yang teduh dan tenang untuk membaca Alkitab dan merenungkannya. Beberapa puluh tahun yang lalu, banyak orang Kristen yang memakai buku renungan berjudul "Saat Teduh" sebagai alat bantu merenungkan Firman Tuhan. Oleh karena itu, banyak orang yang kini menyebut Saat Teduh terhadap tindakan membaca, merenungkan isi Alkitab dan berdoa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Saat Teduh itu adalah kegiatan orang percaya dalam membaca, merenungkan Firman Tuhan dan berdoa yang dilakukan dalam masa yang suasananya teduh dan tenang.
Mengapa bersaat teduh?
Barangkali ada yang bertanya,"Mengapa saya harus bersaat teduh?" Sekilas, mungkin pertanyaan itu terdengar bodoh. Tetapi, pertanyaan itu baik untuk ditanyakan dan dipertanyakan. Mengapa? Karena banyak orang yang saat ini masih membeo. Melakukan apa yang disuruhkan orang kepadanya tanpa bersikap kritis dan yang parah adalah ketika ia tidak tahu untuk apa ia melakukannya.
Pertanyaan itu baik, karena mendorong kita untuk mencari tahu alasan mengapa orang Kristen harus bersaat teduh. Alasan pertama : Adalah bahwa kita harus bersyukur kalau sampai dengan saat ini, kita masih memiliki kesempatan untuk memiliki Alkitab sendiri. Ada banyak orang Kristen yang tidak bisa membeli Alkitab. Bahkan ada juga banyak orang Kristen yang harus sembunyi-sembunyi dalam mencari dan membaca Alkitab (mis: orang Kristen di Republik Rakyat China).
Alasan kedua : Kita harus bersyukur bahwa Alkitab pada masa kini ditulis dalam bahasa yang kita mengerti. Bahkan, kini tersedia banyak terjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa yang dapat kita manfaatkan untuk memperkaya pembacaan kita terhadap Firman Tuhan. Bukan berarti sejak dulunya sudah begitu. Dulu, Alkitab hanya boleh dibaca oleh para pastor dan ditulis dalam Bahasa Latin, yang tidak populer di kalangan umat kebanyakan. Martin Luther, seorang tokoh reformator gereja, menilai situasi tersebut tidaklah sehat. Oleh karera itu, ia coba menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jerman, sehingga Firman Tuhan itu bisa dibaca, dikenal dan juga dilakukan oleh umat. Upayanya itu diikuti oleh yang lainnya, sehingga kini muncul Alkitab dalam berbagai bahasa. Alkitab menjadi dekat dengan manusia, karena ia ditulis dalam bahasa yang bisa kita mengerti. Bukankah itu adalah anugerah?
Alasan ketiga : Karena Alkitab itu memiliki banyak fungsi yang baik untuk membekali kehidupan orang percaya, terutama ketika saat ini problematika kehidupan yang kita hadapi bertambah luas dan kompleks.
Dalam 2 Tim. 3:16, diungkapkan beberapa fungsi dari Alkitab, yaitu:
1.Mengajar. Apa yang diajarkan oleh Alkitab? Tentu saja kita dapat belajar tentang Allah yang menyatakan diri, karya dan kehendak-Nya sampai saat ini kepada umat manusia. Kita pun dapat belajar tentang respon manusia, baik yang positif maupun negatif, terhadap Allahnya.
2.Menyatakan kesalahan Di dalam Alkitab terdapat kebenaran yang sifatnya universal dan kekal. Oleh karena itu, dengan membaca yang benar (Alkitab), maka kita dapat tahu apa yang salah.
3.Memperbaiki kelakuan. Dengan mengetahui apa yang salah, maka kita diajak untuk memperbaiki kelakuan kita. Tidak hanya kelakuan bahkan juga pola pikir dan tutur kata kita juga.
4.Mendidik orang dalam kebenaran. Ini adalah fungsi yang tidak kalah pentingnya. Sebagai orang percaya, kita diharapkan untuk setia pada kebenaran dan karenanya berupaya untuk hidup dalam kebenaran itu. Alkitab dapat menolong kita untuk mengenal kebenaran dan mendidik kita untuk setia pada kebenaran.
Saat teduh pribadi dan kelompok
Berdasarkan pengertian di atas, maka saat teduh pada dasarnya dapat kita lakukan secara pribadi ataupun berkelompok. Tentu saja itu dilakukan berdasarkan kebutuhan. Bagi mereka yang belum berkeluarga, tentu bersaat teduh dilakukan secara pribadi. Kalaupun dilakukan secara berkelompok, ia dapat melakukannya bersama orang tua atau teman-temannya. Ada juga orang yang bersaat teduh secara berkelompok, misalnya: bersama keluarga, kelompok tumbuh bersama, teman-teman sekantor, dsb. Bersaat teduh secara berkelompok memiliki nilai lebih dibandingkan saat teduh pribadi, karena di dalamnya, kita bisa saling berbagi tentang Firman Tuhan, pengalaman hidup dsb., sehingga hal itu dapat saling memperkaya. Bukan berarti saat teduh pribadi itu nilainya kurang. Tidak ! Ia tetap berharga untuk dilakukan. Bagi mereka yang telah berkeluarga, sangatlah baik jika saat teduh dilakukan secara berkelompok. Selain nilai lebih di atas, saat teduh keluarga juga dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan kebersamaan di antara sesama anggota keluarga. Di situlah wadah dan kesempatan kita dapat saling berkomunikasi, menguatkan dan juga bertumbuh.
Waktu dalam bersaat teduh
Sebenarnya tidak ada waktu yang paling baik dalam bersaat teduh, karena pada dasarnya kita dapat membaca dan merenungkan Firman Tuhan kapan saja. Sekalipun demikian, pemilihan waktu yang tepat akan sangat menentukan proses saat teduh yang kita lakukan.
Kalau begitu, kapan waktu yang tepat itu? Tentu itu tergantung dari diri kita masing-masing. Yang penting, ada suasana teduh dan tenang saat kita bersaat teduh. Suasana yang demikian akan sangat menolong kita untuk berkonsentrasi dan mendapat sesuatu dari Firman yang kita baca (Bdk.. Mat. 6:6). Dalam Mrk. 1:35, dikisahkan tentang Tuhan Yesus yang berdoa pada pagi-pagi sekali sewaktu hari masih gelap.Tempat yang dipilih pun adalah tempat yang tenang. Di situlah Ia dapat berkonsentrasi dalam bersaat teduh untuk mendapatkan kekuatan spiritual guna melanjutkan karya-Nya di dunia.
Bukan berarti bahwa kita harus bersaat teduh pada pagi-pagi sekali, sama seperti Tuhan Yesus. Bagaimana dengan mereka yang harus pergi ke kantor pagi-pagi sekali? Kapan waktu mereka bersaat teduh? Lagipula, Tuhan Yesus juga biasa berdoa pada malam hari, saat suasananya mendukung (Bdk . Mat. 14:23). Oleh karena itu, yang penting bukan kapannya, tetapi waktu yang tepat; tepat karena ada suasana teduh dan tenang, tepat karena kita bisa dengan sungguh-sungguh membaca Alkitab untuk mencari tahu apa kehendak-Nya bagi kita, tepat karena kondisi fisik kita masih memungkinkan untuk berdoa kepada-Nya. Kalau waktu yang tepat itu adalah pagi hari, ya... lakukanlah pada pagi hari. Kalau waktu yang tepat itu adalah malam hari, sebelum tidur, ya... lakukanlah pada malam hari. Yang penting, kita tetap melakukan saat teduh di waktu yang tepat.
Tempat bersaat teduh
Sejalan dengan pembahasan di atas tentang waktu dalam bersaat teduh, maka tidak ada tempat yang paling baik dalam bersaat teduh. Dalam Alkitab, Tuhan Yesus berkali-kali berdoa di sebuah bukit, di tempat yang sunyi (Bdk. Mat. 14:23; Mrk. b:46; Luk. 6:12). Mengapa bukit menjadi tempat favorit-Nya? Yang pasti, bukit dipilih bukan karena tempat itu lebih tinggi dan karenanya lebih dekat ke sorga atau dengan kata lain doanya lebih cepat didengar oleh Allah Bapa.
Tempat itu dipilih karena menyediakan suasana yang teduh dan tenang. Suasana itu adalah prasyarat bagi saat teduh yang baik dan berkualitas.Lagipula, dalam kesempatan yang lain, Tuhan Yesus menyuruh para pendengar-Nya untuk berdoa di kamar yang terkunci (Mat. 6:6).Di balik pengajaran itu, sebenarnya terkandung pemahaman bahwa saat teduh itu harus dilakukan dalam suasana yang teduh, tenang, serta bukan dalam semangat untuk memamerkan kepada orang lain bahwa diri kita adalah orang yang saleh, yang ditunjukkan dengan seringnya berdoa (bersaat teduh). Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat yang baik dalam bersaat teduh adalah tempat yang menyediakan suasana teduh dan tenang. Oleh karena itu, kita tidak terikat pada kamar di rumah kita. Kita juga bisa bersaat teduh di villa saat retreat pribadi misalnya. Hal yang penting adalah bahwa tempat itu haruslah mendukung kita bersaat teduh secara berkualitas.
Langkah-langkah praktis dalam bersaat teduh
Sebenarnya, ada sejumlah langkah praktis untuk melakukan saat teduh, misalnya: diawali dan diakhiri dengan nyanyian. Tetapi secara umum, bersaat teduh dapat dilakukan dengan langkah demikian:
a. Berdoalah. Sebelum kita membaca dan merenungkan Firman Tuhan, diharapkan kita berdoa terlebih dahulu. Kita berdoa supaya Roh Kudus memberi penerangan kepada kita, sehingga bagian Alkitab yang kita baca sungguh-sungguh memberi arti dan makna bagi hidup kita. Kita pun dimampukan untuk memahami berita Alkitab dari masa lalu untuk diterapkan pada masa kini. Jadi, untuk memahami isi Alkitab diperlukan bantuan Allah sendiri, tidak bisa dan tidak boleh bergantung pada pengertian diri sendiri.
b. Bacalah.Ada baiknya, kita memiliki daftar bacaan harian. Saat ini, ada daftar bacaan harian yang diterbitkan oleh LAI selama setahun (biasanya juga dicantumkan dalam warta jemaat mingguan). Atau, kalau kita tidak mempunyainya, kita dapat memanfaatkan daftar bacaan yang tertera dalam buku renungan yang biasa kita pakai (spt: Sabda Bina Umat ( Renungan Pagi Dan Malam GPIB), Saat Teduh, Renungan Harian, Santapan Harian ). Jika kita sudah tahu bagian Alkitab mana yang harus kita baca, maka kita dapat segera membacanya. Dalam membaca Aikitab, tentu kita tidak boleh tergesa-gesa, sehingga kita tidak bisa menangkap maknanya. Membaca Alkitab tidak sama seperti membaca buku komik, yang dapat dibaca sekilas saja.
c. Renungkanlah. Seusai kita membaca Alkitab, ada baiknya kita merenungkan terlebih dahulu hal-hal di bawah ini. Ada baiknya kita tidak langsung membaca buku renungan yang kita punyai. Buku itu hanya menolong kita saja. Oleh karena itu, yang penting adalah proses pemaknaan secara pribadi terhadap teks Alkitab yang kita baca. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dapat menolong kita untuk merenungkan teks Alkitab itu secara pribadi, yaitu:
1.Apa saja yang kubaca. ada peristiwa apa? Hal apa yang menarik? Siapa yang menjadi tokoh atau pusat berita? Adakah kaitan dengan ayat atau perikop sebelumnya?
2. Apa pesan yang Allah sampaikan kepadaku melalui nas tadi.adakah janji terungkap di sana? Apakah Allah memberi peringatan dalam ayat itu? Adakah teladan yang bisa kita pelajari? Dst.
3.Apa responkuadakah hal-hal spesifik dalam hidupku kini yang disoroti oleh pesan Firman Tuhan tsb.? Apa responku terhadap firman itu agar menjadi bagian dari hidupku?
d. Bandingkanlah hasil perenungan pribadi kita dengan buku renungan yang kita miliki. Kalau ternyata hasilnya berbeda, jangan kecil hati. Bukan berarti kita salah dalam memahami pesan Firman Tuhan. Perbedaan itu justru memperkaya pemahaman yang bisa kita dapat dari teks Alkitab yang dibaca. Lagipula, setiap orang dewasa harus memiliki perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan melalui Alkitab yang ia baca. Dan pengalaman perjumpaannya itu adalah sahih.
e. Berdoalah kembali di akhir perenungan kita. Kita berdoa supaya pesan Firman Tuhan itu dapat terus kita ingat dan lakukan. Kita pun boleh mendoakan berbagai hal lainnya, seperti : kegiatan di sepanjang hari yang akan kita lalui (kalau saat teduh dilakukan pagi hari); kegiatan yang sudah kita lakukan (pada malam hari); keluarga yang kita kasihi dsb.
f. Periksalah apakah kita sudah melakukan pesan Firman Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita bersaat teduh di pagi hari, maka kita dapat memeriksa diri kita pada malam harinya. Jika kita bersaat teduh di malam hari, maka kita dapat memeriksa diri pada keesokan malamnya saat kita bersaat teduh kembali. Langkah ini menjadi penting, sebagai proses evaluasi diri dan juga mengingatkan kita untuk terus termotivasi melakukan dan memberlakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup
Bersaat teduh bukanlah sebuah tindakan yang sekali jadi, yang dengannya kita dapat langsung mengerti apa kehendak Tuhan bagi kita. Ia adalah proses yang harus kita lakukan secara berkesinambungan. Oleh karena itu, bersaat teduh sebaiknya dilakukan secara kontinyu, sehingga dengan demikian kita semakin akrab dengan Alkitab dan yang lebih penting adalah kita menjadi peka akan apa yang menjadi kehendak-Nya untuk kita lakukan dan berlakukan.
Soli Deo Gloria (= segala kemuliaan hanya bagi Allah)
Sumber : Buletin Pembinaan Iman ( Sahabat Surgawi )