"Kristen Messianik (Semitic Christian) yang berakar ke Ibrani (Judaism) yang merupakan ibu kandung gereja mula-mula.Yeshua Hamashiach adalah Keselamatanku dan Torah adalah Kesukaanku"
“Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. TUHANlah Penjagamu, TUHANlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya” ( Mazmur 121)
Mazmur yang kita renungkan dan baca ini berbentuk “Nyanyian Ziarah”. Bahasa Ibrani yang dipakai untuk kata “ziarah” dalam terjemahan Alkitab Lama adalah “hammalot”. Sifat “ ziarah”dalam tradisi keagamaan di Israel berbeda maknanya dengan budaya Indonesia. Dalam budaya Indonesia, “ziarah” itu dihubungkan dengan peristiwa kematian dan dalam suasana dukacita, dan atau tempat-tempat keramat. Sementara “ziarah” dalam tradisi keagamaan di Israel memiliki makna :
Perjalanan umat Israel menuju Bait Allah di Zion-Yerusalem. Dalam perjalanan seperti itu, secara pribadi ataupun bersama kaum keluarga, Israel pasti menghadapi berbagai tantangan pisik dan psikis, akan tetapi perasaan rindu bertemu Allah dalam Bait Kudus-Nya menghapus seluruh penderitaan. Oleh karena itu Israel tidak merasakan penderitaan sebagai hambatan yang menghalangi perjalanaan, tetapi tantangan yang menambah semangat untuk segera berjumpa dengan TUHAN Allahnya. Semangat itu menggelora di dalam hati umat karena kerinduan akan perjumpaan dengan Allah. Dengan demikian perjalanan “ziarah” ke rumah Allah itu penuh suasana sukacita, yang diungkapkan melalui nyanyian disertai alat-alat musik.
Dalam Mazmur 121 ini pemazmur menceritakan penghayatannya sepanjang perjalanan “ziarah”. Kali ini “ziarah” dilakukan secara pribadi. Pemazmur 121 menceritakan seluruh perjalananan “ziarah” hidupnya sebagai tradisi iman yang diwariskan kepada setiap pembaca mazmur. Pemazmur mengungkapkan pergumulannya sepanjang perjalanan ziarah : “ Darimanakah akan datang pertolonganku ?” ( Mazmur 121:1 ). Sebagai manusia, pemazmur mengalami tantangan dan ancaman dalam perjalanan. Kekuatiran, kebingungan, keputusasaan karena penderitaan telah membuat mata hatinya tidak memandang kekuasaan Allah. Keptusasaan telah mengacaukan kendali kehidupannya. Pemazmur tidak mengerti : “ Apakah tujuan Allah di dalam penderitaannya” ? Kepedihan hati telah membuat Pemazmur buta dan tidak dapat membaca maksud dan rencana Allah baginya. Dalam hal seperti itu iblis atau setan dapat menggunakan suasana batin untuk menggoda Pemazmur. Tetapi Allah yang berdaulat berdasarkan kasih setia-Nya yang kekal, menyatakan pemeliharaan-Nya ke atas kehidupan Pemazmur.
Pemazmur mengatakan : “ Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?” ( Mazmur 121:1 ). Mengapa harus menatap ke gunung ? Bagi orang Israel, gunung adalah tempat yang tinggi. Lebih tinggi dari segala sesuatu. Mengkiaskan tempat Allah berdiam. Gunung yang dimaksudkan adalah tempat Allah bersemayam. Zion, Gunung TUHAN. Di sana Allah bersemayam. Kesanalah mata Pemazmur diarahkan, sebab dari sanalah datang sumber pertolongan. Katanya : “ Pertolonganku ialah dari TUHAN…..” ( Mazmur 121:2, bandingkan juga Mazmur 124:8)
Pemazmur mengulangi pernyataan tentang keyakinnanya dalam pengalimatan berbeda tapi maknanya, seperti : “ Darimanakah akan datang pertolonganku? “ ….”Pertologanku ialah dari TUHAN” . Sebuah kalimat tanya tak bertanya ( resiprokal) yang digunakan Pemazmur menegaskan dan memastikan keyakinan imannya kepada TUHAN Allah Israel sebagai Penjaganya, terutama pemelihara Israel. Begitu pula dalam ayat Mazmur 121 : 3b dan Mazmur 121: 4a : “ Penjagamu tidak terlelap (ayat 3b), sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel ( ayat 4 ).
Setelah Pemazmur dan seluruh Israel beristirahat dari pekerjaan seharian, mereka masuk ke bait Allah untuk mengucap syukur di penghujung sore, karena TUHAN Allah melaksanakan dan menyelenggrakan pekerjaan-Nya atas kehidupan umat-Nya. Ia menjaga, memelihara dan melindungi Israel, sebagai kaum pengembara di bumi, “ dari sekarang sampai selama-lamanya” ( Mazmur 121:8b).
Meskipun Israel bekerja seharian penuh, banyak derita, tantangan dan bahaya mengancam kehidupan, tetapi TUHAN Allah adalah Penolong setia menjaga dan memelihara umat-Nya. Sama seperti leluhur Israel : Abraham, Ishak dan Yakub adalah pengembara yang dipelihara dan di jaga TUHAN Allah, demikian juga TUHAN Allah melakukannya atas keturunan mereka. Mengapa TUHAN Allah memelihara dan menjaga Israel ? Karena Dia setia terhadap perjanjian kasih karunia-Nya kepada umat-Nya, Israel. Penyertaan itu membangkitkan dan membangun iman dan pengharapan di tengah penderitaan.
Saudara-saudaraku yang diberkati dan disayangi TUHAN !
Kita adalah umat TUHAN Allah. Tuhan Yesus berkata : “ Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia “ ( Yohanes 17:16 ). Umat Israel dan kita gereja Kristen adalah umat Allah dan merupakan seorang musafir yang berjalan di atas bumi. Allah mengutus gereja dan orang Kristen bersaksi tentang Injil Kerajaan Allah. Ada 2 hal yang dapat kita tarik dari renungan Firman Tuhan ini :
Pertama : terkait pada kehidupan pribadi. Kita adalah hasil pekerjaan Allah. Kita ada di bumi mulai dari kelahiran. Kita mengembara di bumi, menikah, bekerja dan akhirnya wafat. Banyak peristiwa dan suasana kehidupan dialami sepanjang pengembaraan. Suka dan duka silih berganti. Akan tetapi keyakinan iman kepada TUHAN Allah di dalam nama Kristus Yesus sajalah yang membuat Allah menyelamatkan kita.
Kedua: terkait pada kehidupan persekutuan. Gereja adalah hasil karya TUHAN Allah. Gereja adalah wujud persekutuan TUHAN Allah dengan manusia hanya karena iman di dalam Kristus Yesus. Dalam perjalanan pemberitaan Injil Tuhan, Gereja mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan. Namun percaya akan pemeliharaan TUHAN Allah atas kehidupannya.
Kita bersyukur kepada TUHAN Allah, oleh karena kesetiaan-Nya kepada ikatan perjanjian-Nya dengan leluhur orang beriman. Dia melanjutkan pemeliharaan-nya ke atas kehidupan setiap umat Kristen dan gereja-Nya.
“Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” ( Roma 11 : 1-6 )
Dalam sejarah dunia dan gereja, kita melihat adanya pertikaian dan peperangan yang sering terjadi di Timur Tengah khususnya di Jerusalem yaitu pertikaian antara bangsa Israel dan bangsa Palestina. Hal ini membuat negara-negara Arab dan sekutu-sekutunya negara-negara Muslim seperti Iran, Irak, Afganistan mengutuk Israel karena perluasan pemukiman Yahudi (Zionisme yaitu kembali ketanah Perjanjian) di jalur Gaza yang sering memicu pertempuran yang banyak mengambil korban. Dan dimana kita lihat presiden Sadam Husein yang sudah mati digantung oleh pemerintah dan rakyatnya sendiri yaitu rakyat Irak kalau tidak salah pada saat hari Idul Adha, pernah menyerang Israel dengan Rudal Scudnya. Tetapi Amerika membantu Israel dengan mengirimkan Rudal Patriotnya untuk melindungi Jerusalem. Saya sering membaca dalam literatur Islam dan tulisan-tulisan di surat kabar oleh Kiyai/Ulama/Ustad Islam dalam mimbar agama Islam. Mereka sering mengatakan bahwa Yahudi dan Kristen itu adalah kaum kafir. Dan dalam website, blog, dan facebook muslim mereka mengatakan Israel itu “laknatulah”. Bahkan di dalam kalangan orang Kristen sendiri ada yang mengatakan bahwa orang Israel yang sekarang berbeda dengan yang dulu seperti di Alkitab . Bahkan ada yang membenci Israel karena mereka menyalibkan Tuhan Yesus.
Dalam uraian Firman Tuhan ini Rasul Paulus ingin memberantas semua anggapan dan pandangan tersebut yang ada di kalangan orang Kristen. Kita mengetahui bahwa Rasul Paulus adalah orang Israel, keturunan Abraham dan dari suku Benyamin..” Karena aku sendiri pun orang Israel…kata Paulus. Tetapi Rasul Paulus bukan sembarang orang percaya. Ia telah menjadi rasul untuk dunia bangsa-bangsa kafir ( Bdk Gal 2:9 ).
“Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;” ( Galatia 2:9 )
Disini Rasul Paulus mengatakan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan umat-Nya. Dia mengatakan : “ Sekali-kali tidak ! “ Jawaban ini sama tegasnya sperti ia membantah tuduhan seakan-akan ajarannya menghujat Tuhan ( Bdk Roma 3:1-8,31 , Roma 7:7, Roma 9:14). Agaknya Rasul Paulus mengatakan bahwa : mengabaikan rahmat Tuhan, mengingkari kesetiaan-Nya, setingkat dengan menghujat Dia, sehingga memerlukan jawaban yang sama-sama emosional.
Setelah Rasul Paulus memberi jawaban tidak langsung dengan mengacu pada jatidirnya sendiri, kini menyusulah jawaban langsung : “Allah tidak menolak umat yang dipilih-Nya”.Dibandingkan dengan ayat terdahulu ( Roma 9) ada tambahan, yang sekaligus mengandung alasan yang menyebabkan Allah tidak menolak umat-Nya. Yaitu Dia memilih umat itu. Disini dipakai perkataan yang sama seperti dalam Roma 8:29, yaitu “mengenal dari semula”.
“ Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”. ( Roma 8:29 )
Dalam tafsiran Roma 8:29 kita telah melihat bahwa kata “ memilih” atau “mengenal” dalam Alkitab merupakan perbuatan kasih. Jadi , kita dapat menerjemahkan disini : umat-Nya, yang telah dipilih-Nya dengan penuh kasih sebelum segala zaman. Jadi dasar pemilihan Israel menjadi umat Tuhan ialah kasih Allah, bukan kebaikan Israel sendiri. Karena itu juga, pemilihan Allah itu tidak mungkin goyah.
Dalam nas-nas Firman Tuhan dalam Roma 9 perlu ditafsirkan dengan latar belakang dalam Roma pasal 11. Kita tidak boleh mengartikannya seakan-akan umat Israel tidak lagi menjadi umat Tuhan, kakak Gereja Kristen.
Dan kini Paulus mengemukakan alasan-alasan dengan lebih teratur. Ia mengambil contoh kisah Nabi Elia. Kisah itu diketahui umum di kalangan anggota jemaat, sebagaimana ditujukan oleh rumus “ Ataukah tidak kamu tahu..”. Kita dapat dapat saja menerjemahkan, “ Saudara saudara tentu mengetahui….”. Lalu Paulus menyajikan isi singkat kisah Elia sejauh tercantum dalam ( 1 Raja-Raja 19:10 dan 14 ). Kisah itu mengandung berita mengenai zaman lain dalam sejarah Israel, yang sama gelapnya dengan zaman Paulus. Nabi-nabi lainnya sudah dibunuh ( kata Elia), dan mezbah-mezbah Tuhan sudah dibongkar oleh Ratu Izebel yang fasik. Menurut perkataan Elia, jangankan nabi, orang yang setia kepada Tuhan pun sudah tidak ada lagi, hanya tinggal ia sendiri. Rasul Paulus menyajikan kata-kata Elia itu bukan sebagai keluhan, seperti halnya dalam kisah yang asli, melainkan sebagai dakwaan terhadap Israel ( “mengadukan”). Dan Rasul Paulus mengatakan jawaban Allah kepada nabi Elia “ Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal”. Allah memelihara sejumlah besar orang setia, yang tetap merupakan umat-Nya yang kudus.
Lalu Rasul Paulus menambahkan empat kata : “menurut pilihan kasih karunia”. Bila kita merenungkan kata-kata “menurut pilihan” ini, tambahan “kasih karunia” tidak boleh diabaikan. Kalau tambahan itu tidak ada, pilihan Allah dapat menjadi kenyataan yang mengerikan. Bagaimana kalau seseorang tidak termasuk jumlah yang terpilih, yang diangkat dari dalam massa yang binasa ! Tanpa tambahan itu kita akan merasa menghadapi Allah yang sewenang-wenang. Akan tetapi, disini tertulis “pilihan kasih karunia”. Artinya, kasih karunia itulah yang menentukan sifat, makna dan tujuan pilihan itu .Makna dan tujuannya ialah keselamatan “sisa” yang terpilih, supaya Tuhan tetap memiliki umat yang taat dan bersujud menyembah Dia, bukan berhala. Bagi mereka pilihan Allah menjadi sumber keselamatan dan penghiburan. Namun dalam tafsiran Roma 11:4, “sisa “ itu bukan jumlah yang tertutup. Batas kasih karunia Allah tidak sama dengan batas “sisa” itu, tetapi lebih luas.Dalam mega mendung hukuman-Nya yang mengancam, terbentang pelangi kasih karunia-Nya.
Kalau pemilihan kita berdasarkan perbuatan amal, kita bisa saja kehilangan status kita sebagai orang pilihan Allah begitu perbuatan itu menjadi berkurang. Kita mau tidak mau akan hidup dalam ketegangan dan ketidakpastian karena hasil yang defenitif ( Hasil yang pasti) tidak dapat diketahui. Sebaliknya kalau pemilihan Allah oleh karena kasih karunia-Nya, hal itu berarti kasih karunia itu menjadi jaminan. Dia akan memelihara kita, dan kita tidak mungkin lepas dari tangan-Nya.( Bdk Efesus 2:8-9, Yoh 15:16).
Dalam Roma 11:17 Rasul Paulus memaparkan kepada kita dalam tafsirannya bahwa sesungguhnya, Gereja adalah umat Israel ditambah orang-orang Kristen yang non Yahudi.Sebab pemilihan Allah bertolak dari Israel, yaitu bapa-bapa leluhurnya, dan nasib bangsa-bangsa kafir tetap tergantung pada nasib Israel ( Bdk Roma 11:15). Keselamatan datang dari bangsa Yahudi ( Yohanes 4:22 ).
“Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi” ( Yohanes 4:22 )
Pemilihan Abraham tidak berdasarkan pemilihan bangsa-bangsa non-Yahudi( artinya kita), yang merasa sebagai tuan rumah dalam Gereja. Gejala ini tidak hanya ditemukan di daerah-daerah yang tidak berpenduduk Yahudi, seperti halnya Indonesia, tetapi justru di Eropa Barat dan Timur sepanjang sejarah gereja di sana. Dalam Roma 11:19-21, Rasul Paulus sekali lagi menegur orang-orang Kristen non Yahudi, agar mereka jangan bersikap sombong terhadap Israel. Mereka beranggapan, orang Yahudi yang tidak percaya pada Injil telah ditolak Allah untuk selama-lamanya.
Jadi, kalau seorang Kristen non Yahudi dapat percaya bahwa dirinya diterima ke dalam umat Tuhan, meskipun ia bukan keturunan asli Abraham, terlebih lagi patutlah ia (kita) percaya bahwa Allah akan menerima mereka yang mula-mula termasuk umat asli ( bangsa Israel keturunan Abraham ) itu kembali ke dalam umat itu.
“Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali” ( Roma 11:23 )
Karena itu, ketidaksetiaan Israel tidak membatalkan kesetiaan Allah ( Bdk Roma 3:3-4 ). Kalau Israel dibenci ( Roma 9:13) dan ditegarkan ( Roma 9:17) oleh Allah, hal itu berlaku untuk sementara saja . “Kekasih” itulah perkataan Allah yang terakhir kepada bangsa Israel (Roma 11:28 ).Dan pada akhir zaman Israel pun akan beroleh kemurahan.
Pertanyaan : Mengapakah Rasul Paulus berani mengatakan bahwa “mengenai pilihan” Israel tetaplah “Kekasih Allah “?
Jawab :Sebab tidak mungkin Allah menarik kembali karunia-karunia yang pernah dianugerahkan-Nya dan membatalkan panggilan yang pernah dikeluarkan-Nya. Karunia-karunia itulah yang disebut dalam Roma 9:4-5, yakni pengangkatan menjadi anak, perjanjian, Hukum Taurat, dan seterusnya. Semua itu adalah “ perwujudan kasih karunia”.
“Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” ( Roma 9:4-5 )
Mungkin muncul pertanyaan lain lagi seperti ini:
Apakah bangsa Israel yang ada di Jerusalem (Timur Tengah) sekarang ini adalah umat Tuhan Yesus Kristus ?
Bagaimana sikap kita sebagai orang percaya (gereja kristen) terhadap bangsa Israel ?
Jawab :
Ya ! Waktu Tuhan Yesus datang kedunia ini dan berada di Israel yaitu di Yerusalem, Dia mengatakan kepada pendengarnya yaitu orang-orang Yahudi bahwa Dia adalah Tuhan atas Hari Sabat. Kita tahu bahwa hari Sabat adalah hari/waktu ibadah umat Israel di Sianagoga Yerusalem.
“ Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." ( Matius 12:8 )
Dan setelah Dia dimuliakan ( bangkit pada hari yang ke 3 dari maut/kematian dan naik ke sorga duduk disebelah kanan Allah Bapa), Tuhan Yesus memberikan Wahyu-Nya kepada Rasul Yohanes dan Ia menegaskan melalui Wahyu tersebut bahwa Bangsa Israel keturunan asli Abraham, Ishak dan Yakub yaitu “nama keduabelas suku Israel” tertulis di Yerusalem Baru dan Bumi Baru ( sorga yang mulia ). Kita melihat bahwa Allah menjamin keselamatan umat pilihan-Nya oleh karena kasih karunia-Nya. Hal ini berarti bangsa Israel adalah tetap umat pilihan-Nya. Dan Tuhan Yesus tidak menolak umat yang dipilih-Nya.
“Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel” ( Wahyu 21:12 )
Kemudian Rasul Paulus juga telah memberitahukan kepada kita dengan tegas melalui teologinya melalui bimbingan Roh Kudus kepada jemaat di Roma dalam Roma pasal 9 dan Roma pasal 11 sebagaimana telah kita uraikan diatas sebelumnya yaitu “ bahwa Allah tidak menolak umat yang dipilih-Nya ( bangsa Israel)”.
Dan bagaimana sikap kita terhadap bangsa Israel sekarang ini ? Apakah kita akan memihak Israel ? Adanya pertikaian di Timur Tengah dapat dan telah memicu kebencian kepada gereja Kristen oleh orang- orang yang anti Israel dan anti Kristen (pemboman gereja) . Melalui kasus bom bali I dan II oleh para teroris menggungkapkan kepada kita bahwa Islam garis keras (Mujahidin) akan terus memusuhi Israel dan Amerika serta sekutu-sekutunya. Ya, tentunya jawabannya adalah kita harus kembali kepada Alkitab Firman Allah. Kita harus lebih takut kepada TUHAN. Kita tidak perlu takut kepada pemerintah, tetapi kita menghormati pemerintah dan berdoa syafaat bagi pemerintah bangsa kita Indonesia agar kita dapat hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan ( Bdk. 1 Tim 2 : 1-2 ) , karena Alkitab mengatakan bahwa mereka adalah hamba Allah. Tetapi kalau pemerintah sudah memaksa kita (gereja) untuk menyeleweng dari iman percaya kita, kita harus lebih takut kepada TUHAN. Iblis sangat membenci gereja ( Israel dan umat Kristen) dan ingin membinasakannya. Tetapi usahanya gagal, karena Allah melindungi dan memelihara umat-Nya. Kita meyakini melalui Alkitab bahwa Allah akan melindungi dan memelihara-umat-Nya dan menyertai mereka sampai akhir zaman (Bdk. Why 12:13-14, Kel 19:4,Ul 32:11, Matius 28 : 20 ). Tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa seijin dan sepengetahuan-Nya.
Ada dua sikap yang saya rasa perlu kita imani dan yakini yaitu :
Kita patut bersyukur kepada Allah yang oleh karena anugerah-Nya dan perbuatan-Nya melalui karya Kristus kita bisa datang kepada Allah dan oleh karena kasih karunia-Nya kita layak disebut sebagai umat-Nya dan diterima kedalam umat-Nya. Kita yang dulunya adalah bangsa kafir, tetapi oleh karena ketidaktaatan Israel, kita diterima kedalam umat-Nya. (Orang Yahudi telah menolak dan menyalibkan Kristus. Tetapi perbuatan nekad itu justru menghasilkan keselamatan bagi seluruh dunia, karena demikianlah kehendak Tuhan. ( Bdk Roma 11:11 ) ).Memang orang non Yahudi diterima menjadi anggota umat Allah (keluarga Abraham). Namun, keselamatan mereka tergantung dari hal-ihwal hubungan Allah dengan umat pilihan-Nya, yaitu Israel. Dengan perkataan lain, Israel tetap sang kakak, dan gereja (kita) adalah adiknya. Itulah dasar teguran Rasul Paulus ( Bdk Roma 11 :15 ). Marilah kita baca dan renungkan ayat Firman Tuhan berikut ini :......"Sebab jika penolakan mereka (Israel) berarti pendamaian bagi dunia,dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain daripada hidup dari antara orang mati ?..." ( Roma 11:15 ).
Kita harus berdoa bagi kesejahteraan bangsa Israel (Jerusalem), mengasihi bangsa Israel dan berpihak kepadanya dan bukan ikut-ikutan mengutuknya, jikalau kita ingin diberkati TUHAN. Karena mereka adalah umat pilihan Allah, kekasih-kekasih Allah. Disini yang dipilih ialah seluruh Israel ( Roma 11:26 ). Dan dilihat dari sudut pilihan Allah, Israel dalam keseluruhannya tetap dikasihi Tuhan.
Sebagai akhir dari renungan Firman Tuhan ini marilah kita baca, renungkan dan uraikan Firman Tuhan dibawah ini. Tuhan mengasihi dan memberkati Israel.
“Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan seperti ada tertulis " Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka".Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya”.( Roma 11:26-29)
“ Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." ( Kejadian 12:3 )
“Ia meniarap dan merebahkan diri sebagai singa jantan, dan sebagai singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Diberkatilah orang yang memberkati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!" ( Bilangan 24:9 )
“Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa.” ( Mazmur 122:6 )
Soli Deo Gloria
Daftar Pustaka :
Tafsiran Alkitab : SURAT ROMA Oleh : Dr. Th. Van Den End
“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” ( Roma 15:13 )
Semua orang sangat memerlukan pengharapan. Apalagi di zaman yang sedang sulit seperti sekarang ini. Itu sebabnya dalam Alkitab pengharapan disandungkan dengan iman dan kasih sebagai hal utama dalam kehidupan orang Kristen. Ini yang para teolog disebut sebagai kebajikan teologis, yaitu kebajikan tertinggi yang harus dicapai dan dipupuk dalam kehidupan orang percaya. Kebajikan teologis mengatur dan mengatasi kebajikan utama seperti kesabaran, keadilan, keberanian dan pengusaan diri. Jadi pengharapan adalah kebajikan yang mulia dan penting. Bagaimana kita bisa memilikinya? Terutama di zaman di mana hampir tidak mungkin orang berpengharapan ?
Jawaban berikut mungkin akan sangat mengejutkan kita. Justru di dalam zaman yang sangat sulit, pengharapan boleh tumbuh dengan subur dan kokoh. Kita ambil contoh seorang tokoh dalam Alkitab yaitu Abraham bapak orang beriman. Dalam sorotan Rasul Paulus, justru ketika tidak mungkin lagi untuk berharap mendapatkan anak, Abraham berharap kepada Allah. Abraham yang sudah lanjut usia, sudah mati pucuk, dan Sarah istrinya yang mandul,sudah manapouse berharap akan janji Allah terjadi kepadanya. Abraham berharap yang melawan kemungkinan untuk berharap.
“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." ( Roma 4 :18 )
Di tengah-tengah menanggung derita aniaya, justru orang percaya menjadi tekun, teruji, dan tumbuh dalam pengharapan.
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” ( Roma 5 : 3-5 )
Surat Rasul Paulus yang dikenali bertemakan pengharapan, justru ditujukan oleh Petrus kepada jemaat-jemaat yang sedang tersebar karena penganiayaan. Dimana umat Tuhan mengalami penghambatan yaitu penganiyaan oleh karena Injil. Tidak heran pula bahwa dari era kancah peperangan yang melibatkan seluruh dunia ( PD II ), muncul juga seorang teolog besar ( Moltmann ) yang dikenal dengan teologi pengharapannya.
Bagaimana persisnya proses kejadiannya sampai kesulitan besar justru menjadi lahan bagi timbulnya pengharapan ? Kesulitan hidup berarti tumbangnya semua pegangan dan andalan hidup kita. Banyaknya kasus bunuh diri baru baru ini akibat krisisglobal keuangan dunia yang diberitakan oleh mas media sangat meprihatinkan kita. Dan ternyata kasus bunuh diri akibat kesulitan ekonomi akibat PHK yang tidak hanya dialami oleh negara-negara miskin dan berkembang saja, tetapi dialami juga oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Korea, Singapura dsb. Di negara maju seperti Amerika ada seorang bapak tega membunuh istri dan ke 5 anak-anaknya akibat krisis keuangan dunia sehingga dia dan istrinya PHK karena perusahaan tempat dia bekerja bangkrut. Dan si bapak juga bunuh diri setelah dia membunuh anak-anaknya dan istrinya. Allah tidak membenarkan kita untuk bunuh diri. Bunuh diri, dalam ungkapannya yang penuh, melibatkan seseorang yang menyerah kepada keputusasaan.Apapun kerumitan bunuh diri yang terlibat dalam penghakiman Allah, kita tahu bahwa bunuh diri tidak diberikan pada kita sebagai pilihan untuk kematian.
Saudaraku yang diberkati dan dikasihi Tuhan. Rasul Paulus katakan bahwa sukacita dan damai sejahtera yang kita peroleh itu adalah oleh karena kasih karunia Allah yaitu kekuatan dan pertolongan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus kita sama sekali tidak akan memiliki pengharapan. Oleh sebab itu ketika kita mengalami kesulitan,masalah, penganiayaan, penderitaan kita harus berdoa dan mencari Tuhan melalui Firman-Nya. Sehingga kita mampu melihat tangan kasih Allah yang sedang membentuk hidup kita. Sebab doa adalah jalan masuk bagi Roh Kudus bagi kita untuk mendoakan seluruh pergumulan, masalah, penderitaan kita kepada Allah. Roh Kudus berdoa bagi kita kepada Allah.
Setiap kali kita mencoba untuk menghindari atau melarikan diri dari kesulitan hidup, kita mengambil jalan pintas sebuah proses, menunda pertumbuhan kita, dan akan berakhir dengan kepedihan yang lebih buruk. Bila Anda memahami konsekuensi dari pengembangan karakter Anda, Anda akan berdoa lebih sedikit dengan doa "comfort me" (tolong aku merasa baik) dan lebih banyak doa “conform me" (pakailah masalah ini untuk membuat saya semakin serupa dengan Engkau) (Rick Warren).
“Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan. Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan. Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi. Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku. Kekayaan dan kehormatan ada padaku, juga harta yang tetap dan keadilan. Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan. Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan, supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka”
( Amsal 8:12-21 )
1.Konteks Sosial
Umumnya manusia selalu mengandalkan kepandaian yang dimilikinya. Dengan kepandaian itu manusia menciptakan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi ( IPTEK) membantunya memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan hidup di masa depan. Akan tetapi fenomena masyarakat menyajikan, bahwa tidak seluruh kebutuhan dan tujuan hidup manusia bisa terjawab oleh IPTEK. Malahan IPTEK dapat menimbulkan akibat dan resiko baru dalam kehidupan manusia. Katakanlah, hasil temuan pada teknologi ekonomi, IPTEK memudahkan manusia menikmati kehidupan yang baik. Kemudahan menikmati makanan siap saji. Cukup menguntungkan. Di sisi lain, karena mengikuti pola hidup seperti itu, manusia semakin tergantung pada produk makanan siap saji yang mengandung kolesterol tinggi, yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit mematikan seperti : penyakit cancer, stroke, diabetes, dsb.
Bukan hanya itu, ketergantungan tersebut menciptakan sikap komsumtif yang mematikan kreatifitas masyarakat kelas bawah yang hidupnya tergantung dari makanan bersahaja, seperti : nasi pecel, nasi uduk, ayam Mbok Berek dan sebagainya.
Perubahan orientasi berpikir yang hadir bersamaan dengan pesatnya arus globalisasi di segala bidang berakibat ikut membentuk kepribadian manusia di dalam masyarakat. Sikap individualis yang bersumber dari perasaan egois berlebihan merenggangkan hubungan antar anggota masyarakat. Yang kaya bertambah makmur dan yang miskin semakin terpuruk melarat. Masih banyak lagi ancaman yang masuk bersamaan dengan globalisasi. Meskipun harus diakui juga, bahwa hal itu seimbang dengan keuntungannya.
2.Pengaruh Atas Kehidupan Beragama
Sehubungan dengan perubahan sosial yang pesat bersamaan globalisasi, dunia hiburan ( entertainment ) berkembang melejit. Manusia mulai mencari kepuasan batin melalui pusat-pusat hiburan yang semakin marak.
Agama, yang dulunya menjadi primadona dari sarana pemuasan bathiniah, semakin terpuruk. Agama tidak lagi menjadi satu-satunya alternatif yang mampu menuntaskan permasalahan. Sudah tersedia berbagai pusat hiburan yang sanggup memberikan jawaban sesaat atas rasa ketidakpuasan manusia terhadap solusi yang disodorkan oleh ajaran-ajaran keagamaan.
Kita harus jujur mengakui, bahwa kecanggihan IPTEK tak seluruhnya mampu menjawab kebutuhan manusia. Masih ada kebutuhan hidup yang tidak terjawab tuntas. Kegelisahan akan masa depan, ketakutan akan kematian, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang dan sebagainya, tidak dapat ditemukan dalam hasil rekayasa IPTEK.
Manusia mulai kehilangan arah. Ia semakin jauh dari Allah. Semakin terperangkap dalam penjara kuasa-kuasa dunia yang bersifat semu. Ia terjebak ke dalam dunia maya. Manusia jatuh ke dalam bentuk dosa modern. Ia tidak takut akan Allah. Tidak menghormati dan berlaku tidak segan terhadap kemahakuasaan Allah. Ternyata IPTEK tidak adapat memberi jawaban atas kebutuhan kejiwaan dan spiritual manusia ( Coba baca dan renungkan Menara Babel ). Bukankah cerita tersebut menunjuk pada perkembangan IPTEK pada masa itu ?
KAJIAN TEOLOGIS
Kebutuhan Akan Allah
Penulis Amsal mengemukakan sebuah jawaban konkrit. Perjalanan manusia tiba pada titik jenuh. Dunia hiburan tidak mampu menjawab pergumulan. Manusia yang tenggelam dalam hingar -bingar dan gemerlapnya dunia hiburan semakin terbelit masalah.
Hikmat Allah
Hikmat Allah tidak bertindih tepat artinya dengan Ilmu Pengetahuan yang diciptakan manusia. Hikmat Allah bukanlah ciptaan manusia. Hikmat itu berasal atau keluar dari Allah sendiri. Ia ada di dalam Allah. Ketika Allah berkata (berfirman) dengan segera tampaklah hikmat-Nya. Ia adalah Allah.
Tidak seorangpun dapat memiliki-Nya, jikalau Allah tidak berkenan memberi. Hikmat diberikan Allah kepada orang yang berkenan di hati-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang rindu dan senantiasa mencari-Nya, selalu bergaul akrab dengan Dia. Jika orang mencari Allah sepanjang perjalanan hidupnya, Allah akan memperkenalkan diri, sehingga mereka mengenal Dia. Dalam perjumpaan dengan Allah, orang itu akan menerima hikmat yang membuatnya cerdas serta bijaksana. Ia tahu membedakan manakah yang baik dan apakah yang berkenan kepada Allah. Dengan demikian, hidupnya terluput dari malapetaka dan marabahaya.
Dimanakah Hikmat Dapat Dikenal ?
Menurut Perjanjian Baru, Hikmat Allah dinyatakan kepada manusia di dalam dan melalui kehadiran Kristus Yesus. Kristus Yesus adalah Hikmat Allah. Marilah kita baca dan renungkan ayat firman Tuhan dibawah ini.
“ tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah” ( 1 Kor 1: 24 )
“ Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." ( Roma 1:16-17 )
Itulah yang tidak dapat dipahami dan diselami oleh akal manusia. Itulah nilai tertinggi dari Pengetahuan yang diperlihatkan Allah ke atas kebodohan manusia. Ketika Allah inkarnasi “ menjadi manusia” ( Yohanes 1:14 ), disitulah terbukti jelas kecanggihan tekhnologi ( Yun, teknon = cara ) yang diperlihatkan Allah melawan teknologi manusia. Di situ pula tampak nilai keselamatan yang direkayasa oleh Allah, ketika Dia menyatakan diri ke dalam wujud dan rupa manusia.
Soli Deo Gloria
Sumber tulisan :
Sabda Guna Krida Unit kerja penerbitan GPIB Edisi73 bulan November-Desember 2007