Tuesday, May 20, 2014

Pujian Syukur Bagi-Nya



“PUJIAN SYUKUR BAGI-NYA”



Renungan Firman Tuhan : Keluaran 15:1-6

“Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi TUHAN yang berbunyi: "Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia.TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya.Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau.Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu.Tangan kanan-Mu, TUHAN, mulia karena kekuasaan-Mu, tangan kanan-Mu, TUHAN, menghancurkan musuh” ( Keluaran 15:1-6 )

            Menjadi suatu pertanyaan yang penting bagi kita terkait kisah Keluaran adalah “Bagaimana Israel dapat lolos dari kejaran bala tentara Mesir yang berkuda,sementara umat Israel berjalan dan sebagian menggunakan keledai ? Tentu bukan suatu kebetulan atau sesuatu yang wajar. Itu terjadi hanya karena pertolongan dan perlindungan Tuhan semata.Atasnya,Musa dan umat Israel menuliskan pujian syukur mereka dalam bentuk nyanyian.Isinya ungkapan sukacita karena Tuhan melepaskan mereka dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Tuhan adalah Sang Pahlawan Perang yang perkasa ( Mazmur 15:2-3).

            Perbuatan Allah nyata.Ia menghancurkan kekuatan Firaun dan pasukannya dengan menenggelamkan mereka di Laut Teberau ( Mazmur 15:4-10). Mereka sadar bahwa kemenangan atas musuh yang lebih kuat diperoleh melalui kuasa Allah yang luar biasa.Khususnya saat mereka dilepaskan dari perbudakan Mesir.Tempat yang selama ini membuat mereka menderita,penuh dengan cambuk dan tendang.Hal itulah yang membuat mereka bersorak dan mengagungkan nama TUHAN dengan tiada henti-hentinya.Mereka sungguh memahami bahwa Tuhan Allah memperhatikan penderitaan mereka.

            Pujian dan syukur juga selayaknya kita nyatakan sebagai orang yang percaya kepada Yesus,sebab sesungguhnya Dia sudah membimbing kita keluar dari perbudakan dosa dan mengalahkan kuasa dosa dan kuasa maut. Maka pertanyaannya bagi kita adalah bisakah kita tetap mengucap syukur dan memuji Dia ketika menghadapi keterbatasan secara ekonomi atau ketika kita mengalami sakit penyakit ? Atau malah kita berpikir sebaliknya ? Kita menganggap sepertinya Allah diam dan tidak peduli ketika kegagalan menghampiri hidup kita.Demikian juga doa-doa kita sepertinya tidak terjawab.

            Melalui renungan Firman Tuhan ini kita diingatkan kembali bahwa Allah sanggup dan Allah peduli untuk semua pergumulan dan penderitaan kita.Dalam kenyataan semua itu hendaklah kita tetap percaya. Sebab Ia akan menghantar kita,umat-Nya pada masa kini dan masa datang dengan penyertaan yang nyata dalam seluruh aspek kehidupan kita..

Soli Deo Gloria.



Tuesday, May 13, 2014

PESUGIHAN : “ Belenggu Okultisme dan Kuasa Gelap Pada Ritual Mencari Pesugihan di Dalam Masyarakat Jawa ( Mistis Kejawen )”




PESUGIHAN : “ Belenggu Okultisme dan Kuasa Gelap Pada Ritual Mencari Pesugihan di Dalam Masyarakat Jawa ( Mistis Kejawen )”

(Oleh : Sariyanto)



“ Maka kata Yesus sekali lagi : Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” ( Yohanes 10:10)


BAB 1

Pendahuluan

1.1.    Latar Belakang


Persoalan hidup manusia sangatlah kompleks. Kekomplekan tersebut juga menyangkut keyakinan terhadap sesuatu yang dapat memberikan pengaruh kepadanya. Dilatarbelakangi oleh keadaan, kesulitan hidup mendorong manusia untuk membuat pola keagamaan yang dipercaya dapat memecahkan problematika kehidupannya. Dalam masyarakat Jawa terdapat sebuah keyakinan yang sudah turun-temurun dilakukan yaitu mencari pesugihan. Mencari pesugihan memang sangat jarang diucapkan secara jelas (vulgar) karena sebenarnya ada unsur perasaan isin (malu) yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Untuk membuat makna yang berbeda maka kebanyakan orang menyebut dengan arti : “ ngalap berkah (mencari berkat)”.


Ngalap berkah dalam masyarakat Jawa dilakukan ditempat-tempat yang dianggap keramat atau wingit. Demikian waktu yang dipilih pun tidak setiap hari tetapi ada hari-hari khusus misalnya setiap malam Jumat dan Selasa. Keyakinan tersebut sampai saat ini belum luntur. Ritual mencari pesugihan atau ngalap berkah telah menjadi menjadi sebuah kepercayaan yang turun temurun dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Tempat-tempat keramat atau wingit tersebut di kalangan masyarakat Jawa sangatlah popular dan disebut sebagai wisatai religi.
Pengaruh ritual mencari pesugihan yang dilaksanakan oleh sebagaian masyarakat Jawa mempunyai pengaruh bahwa ketika kesulitan datang mereka dapat mencari pertolongan di tempat-tempat keramat tersebut dengan melakukan samadi, nglakoni, berpuasa, berdoa bahkan mengorbankan sesuatu sebagai tumbal.


Ritual mencari kekayaan tidaklah jauh dari tempat tinggal orang-orang Kristen karena di setiap daerah hampir ada tempat untuk melakukannya. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk menyoroti ritual mencari pesugihan dalam perspektif iman Kristen. Dengan dasar bahwa iman Kristen harus berdiri teguh pada keyakinan akan Kristus Yesus sebagai sumber kehidupan. Dalam kitab Roma 1:16, 17 dikatakan:
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."


1.2.    Rumusan Masalah


Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis membahas ritual mencari pesugihan yang dilakukan oleh orang Jawa.


1.3.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memberi kontribusi kepada umat Kristiani dan para hamba Tuhan supaya dapat mencegah terjadinya praktik okultisme dalam kehidupan umat-Nya.


BAB 2

Praktik Okultisme Dalam Ritual Mencari Pesugihan

2.1.    Pengertian


Ritual pesugihan mempunyai arti sebuah usaha untuk mendapatkan kekayaan duniawi dengan melakukan ritual-ritual, pengorbanan (wadal & tumbal) di tempat-tempat keramat. Mencari pesugihan tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kaya tetapi semua lapisan masyarakat Jawa melakukan; mulai dari kalangan pejabat, usahawan, sampai pada bakul (penjual kecil-kecilan). Alasan mereka untuk mencari pesugihan di antaranya adalah :

  • 1.     Supaya usaha dan berjualan lancar
  • 2.     Jabatan dalam pemerintahan atau perusahaan tidak lengser

Orang Jawa menggemari melakukan ziarah termasuk ritual mencari pesugihan. Meskipun mereka menganut agama formal namun orang Jawa secara sadar dan tidak sadar adalah penganut kejawen. Pandangan kejawen mengenai Tuhan mereka dalami dengan suatu anggapan bahwa Tuhan adalah penyebab dari segala sesuatu di seluruh alam semesta. Menurut Koentjaraningrat, sumber utama konsep mengenai Tuhan dari pengikut kejawen adalah buku nawaruci. Dalam buku itu Tuhan dilambangkan sebagai makhluk yang sangat kecil. Ia dapat melihat seluruh jagat raya dengan terang benderang. Tuhan dilambangkan dengan wujud makhluk dewa dan dapat masuk ke dalam hati sanubari manusia. Tetapi Tuhan juga besar dan luas seperti samudera.

Konsep mistik Dewa ruci memunculkan dua aliran yaitu:
  1. 1.     Pandangan Tuhan yang bersifat panteistis.Menganggap Tuhan sebagai yang terbesar,tak terbatas dan sebagai keseluruhan alam semesta.Tetapi Tuhan dapat berbentuk kecil sehingga dimiliki oleh seseorang.
  2. 2.     Pandangan Monistis.Menganggap Tuhan sebagai Maha Besar,tetapi berada di dalam segala bentuk kehidupan di alam semesta ini,termasuk manusia,yang hanya merupakan ufuk yang sangat kecil diantara segala-gala hal.

Dalam konsep keyakinan ini, orang Jawa mengenal banyak sekali tokoh-tokoh keramat diantaranya guru agama, tokoh sejarah, tokoh pahlawan, keturunan keraton sampai tokoh-tokoh mitologi yang muncul dalam dunia pewayangan. Untuk menghormati dan menghidupkan tokoh-tokoh keramat maka di berbagai tempat dibangun makam-makam keramat (pepundhen). Pada akhirnya tempat tersebut dijadikan tempat ziarah. Sistem keyakinan kejawen juga mengenal roh-roh yang baik, yang bukan nenek moyang atau kerabat yang telah meninggal, yaitu dhanyang, bahurekso, sing ngemong, dan widadari.

Dhanyang adalah roh yang menjaga dan mengawasi seluruh masyarakat (desa, dukuh); bahureksa adalah penjaga tempat-tempat tertentu seperti bangunan umum, sumur tua, hutan, tikungan, jembatan pohon, goa dan sebagainya. Sing ngemong adalah roh yang menjaga kesejahteraaan seseorang dipandang sebagai saudara kembar dari jiwa seseorang (dapat bandingkan dengan ari-ari ketika seorang bayi lahir dipendam di depan rumah dan diberi lampu). Sedangkan widadari adalah dianggap sebagai wanita cantik yang tempatnya di langit dan yang berbuat baik kepada manusia.


Di samping tokoh-tokoh baik di kenal pula tokoh-tokoh jahat yang dapat menuntut balas atas pertolongan dan keuntungan yang telah diberikan kepada manusia.Misalnya thuyul, yaitu: dibayangkan sebagai manusia kecil (kerdil) yang dapat mencari kekayaan dengan cara mencuri milik orang lain. Sehingga bila ada orang di suatu desa menjadi kaya dapat dituduh memelihara thuyul.

2.2.    Kegiatan Ritual dalam mencari pesugihan


2.2.1.          Sesajen



Untuk dapat memperoleh kekayaan seseorang harus melakukan ritual tertentu. Ritual merupakan tata cara atau system yang harus dilakukan dalam melakukan pemujaan kepada roh-roh. Ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa juga sangat kental dengan pemujaan kepada roh-roh. Dalam ritual tersebut seseorang harus menyajikan sesajen (sajian) misalnya makanan, daging ayam, dan sayur tertentu.




Sesajen yang telah dipersiapkan adalah masakan matang yang kemudian di bawa ketempat tertentu untuk diadakan doa. Sesajen merupakan anggapan bahwa makanan tersebut disajikan kepada roh yang berkuasa di tempat tersebut.

2.2.2.          Laku

Laku adalah suatu tindakan ritual kepercayaan Jawa untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Pada hari-hari besar, orang Jawa melakukan ritual puasa, tirakat, atau mengendalikan diri. Mereka juga melakukan lara pula (asketis) seperti berpuasa dan bersemadi. Laku atau ngalakoni dapat dilakukan di rumah atau tempat-tempat ziarah sebagai syarat untuk memperoleh kekayaan.

Laku tapa brata dalam masyarakat Jawa dianggap oleh para pengikut kejawen sebagai sesuatu hal yang sangat penting dalam kesusatraan Jawa kuno. Konsep tapa brata diambil langsung dari Hindu tapas yang berasal dari buku-buku Veda. Selama berabad-abad para pertapa dianggap sebagai orang keramat. Mereka dianggap menjalankan kehidupan dengan ketat, disiplin tinggi dan menahan hawa nafsu. Dengan tapa brata, maka seseorang dapat mencapai tujuan yang sangat penting mendapatkan pangkat yang tinggi, menjadi sakti, termasuk memperoleh kekayaan. Menurut Koentjaraningrat, dalam orang Jawa dikenal berbagai cara bertapa, yaitu:

  • 1.     Tapa Ngalong,yaitu melakukan tapa model badannya tergantung terbalik,kedua kakinya diikat pada dahan pohon
  • 2.     Tapa Ngluwat,yaitu bersemadi di samping makam nenek moyang,angoota keluarga atau orang keramat (sakti),untuk jangka waktu tertentu
  • 3.   Tapa Bisu,yaitu menahan diri untuk berbicara.Tapa ini sebelumnya dimulai oleh suatu janji.
  • 4.     Tapa Bolot,yaitu tidak mandi dan tidak membersihkan diri selama jangka waktu tertentu.
  • 5.     Tapa Ngidang,yaitu berjalan-jalan sendiri masuk hutan
  • 6. Tapa Ngramban, yaitu berada sendirian di dalam hutan hingga waktu tertentu hanya makan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya.
  • 7.   Tapa Ngalambang,yaitu merendam diri di tengah sungai selama beberapa waktu yang sudah ditentukan.Dewi Anjani dalam cerita pewayangan melakukan ini.
  • 8.     Tapa Ngeli,yaitu bersemadi dengan membiarkan diri dihanyutkan arus air di atas sebuah rakit.
  • 9. Tapa Tilem,dengan cara tidur untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa makan apa-apa.Dalam cerita pewayangan dilakukan oleh : Kumbakarno dan Rahwan.
  • 10.      Tapa Mutih, yaitu hanya makan nasi saja tanpa lauk pauk
  • 11.     Tapa Mangan, yaitu dilakukan berdiri tidur tetapi tidak boleh makan.


Jenis bertapa berbagai model ini dilaksanakan tidak berdiri sendiri, tetapi dilakukan menurut aturan tertentu bahkan dibarengi dengan puasa dengan harapan orang yang melakukan dapat memperoleh wahyu.


2.3.    Tempat ziarah dan Mencari Pesugihan


2.3.1.          Pesarean Gunung Kawi


Gunung Kawi terletak di desa Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pesarean ini berada di lereng selatan gunung Kawi. Tempat ziarah ini merupakan makam mbah Djoego atau Kyai Zakaria II dan Raden Mas Imam Soedjono yang dimakamkan dalam satu liang lahat. Kyai Zakharia II dan RM Imam Soedono berada dari Keraton Mataram Kartosuro dan Yogyakarta

Gunung Kawi sekarang tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata tetapi juga tempat ziarah komunitas Jawa dan China. Tempat Ziarah ini merupakan fenomena yang kompleks, terutama karena adanya nuansa pergulatan agama dan budaya lokal dalam arena mistisme gunung Kawi. Warisan budaya yang bersendi religi mistis kejawen sangat mewarnai suasana gunung Kawi. Dengan kedekatannya pada alam lereng gunung Kawi maka mistis kejawen sangat sulit dipisahkan dengan animisme dan dinamisme yang bersifat akulturatif dengan Islam.Fenomena wisata ziarah gunung kawi telah melahirkan kapitalisme dan desakralisasi di tengah askestisme (lara lapa) Jawa. Ribuan orang setiap Jumat Legi mengunjungi obyek wisata dalam rangka melakukan ritual termasuk mencari pesugihan.






Dalam ritual tersebut para pengunjung harus mengikuti syarat yang telah dikeluarkan oleh Yayasan Ngesti Godo selaku pengelola pesarehan Gunung Kawi, yaitu:

  • 1.     Bersih lahir batin,harus mandi,pakaian bersih dan sopan.Secara batin tidak boleh memikirkan hal-hal yang jelek.Perempuan haid tidak boleh masuk
  • 2.     Semua pengunjung yang masuk ke ruang pendopo harus melepaskan alas kaki
  • 3.     Setelah masuk ke ruang pesarean,pengunjung menyerahkan tabor bunga kepada Juru Kunci.Dialah yang kemudian menaburkan bunga ke pusara makam.


Ritual Mencari Pesugihan di Gunung Kawi

Dalam ritual gunung Kawi, para peziarah mempunyai keyakinan dapat memperoleh kekayaan dengan cara ziarah kubur. Peranan pohon besar bernama dewandaru yang diyakini mendatangkan kekayaan pun menjadi daya tarik yang mendapat perhatian para pengunjung. Para peziarah atau orang yang bermaksud mencari pesugihan datang ke gunung Kawi pada setiap malam Jumat Legi secara beramai-ramai dan mereka memusatkan ziarah kubur ke makam Mbah Djoego dan Raden Mas Imam Soedjono. Selain hari khusus tersebut, para peziarah pada hari biasa juga cukup banyak. Para Peziarah harus membawa syarat-syarat untuk proses lelaku; misalnya membawa bunga, kemenyan, dan sesaji.





Pada hari-hari biasa di gunung Kawi diadakan acara selamatan tiga kali sehari yaitu pkl. 09.00, 14.00, dan 21.00. Hari khusus lainnya selain Jumat Legi adalah setiap tanggal 12 syuro. Di sana diadakan ritual tahlil akbar untuk memperingati meninggalnya Raden Mas Imam Soedjono.

Pesarean Gunung Kawi ini menjadi tempat yang terkenal dan mereka yang datang bertujuan untuk mencari berkah; yang ada kaitannya dengan ekonomi, lancar rejeki, sukses usaha, berhasil dalam kerja. Fenomena mencari kekayaan dengan datang ke gunung Kawi berlangsung terus dan orang mengklaim mengalami peningkatan ekonomi dari ritual tersebut.


2.3.2.          Sendang Bulus Jimbung


Legenda

Munculnya legenda Sendang Bulus Jimbung adalah Adanya sebuah kerajaan Wiratha dengan ratu Ari Ratu Warasugha. Ia pemimpin yang adil dan bijaksana. Ratu mempunyai seorang putra bernama Raden Patahwan yang tampan dan tersohor. Sementara di Purwodadi ada kerajaan bernama Kalingga. Raja Kalingga mempunyai seorang putri bernama Dewi Wahdi.Putri ini setuju untuk diperistri oleh Raden Patahwan, sanga raja Kalinga setuju, tetapi untuk membuktikan bahwa rakyat Wiratha jujur, maka raja meletakkan sebuah bokor kencana yang berisi emas. Ternyata seorang pun dari rakyat Wiratha tidak ada yang mengambilnya. Namun Pada suatu hari Raden Patahwan sedang berjalan-jalan dan terjatuh, kakinya mengenai bokor kencana sehingga berubah posisinya. Kejadian tersebut oleh Ratu Wiratha diindikasikan bahwa Raden Patahwan hendak mencuri bokor. Hingga akhirnya sang Pangeran di hukum dipotong satu kakinya yang menyentuh bokor.


Untuk menghilangkan kesedihan maka pangerean berjalan dan sampai di gunung Buthak dan atas petunjuk kakinya sembuh. Hingga akhirnya ia terus berjalan dan sampai di suatu tempat yang ia namakan kerajaan Jimbun.


Tempat ziarah ini terletak di Jimbung, Kalikotes, Klaten. Orang-orang yang datang ke Sendang Bulus Jimbung sering mengadakan semadi atau menyepi dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan atau ingin laris dalam usaha dagang. Pada acara perayaan syawalan selalu meriah dan dilakukan pasar malam selama tujuh hari tujuh malam. Pengunjung yang mempunyai maksud tertentu, misalnya untuk tirakatan, atau permohonan tertentu biasanya melakukan tirakat pada hari Jumat Kliwon atau selasa Kliwon. Sesajen yang mereka berikan melalui juru kunci adalah bunga setaman, kemenyan dan uang wajib.


Ritual Mencari Pesugihan di Sendang Bulus Jimbung


Para peziarah menemui juru kunci dan menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka yang datang membawa kembang setaman, kemenyan dan uang wajib. Kemudian lewat juru kunci menyampaikan ujubnya kepada Nyai Poleng dan Nyai Remeng. Para peziarah mengucapkan mantera dan doa dipandu oleh juru kunci. Disana mereka juga menaburkan bunga ke air sendang, kemudian para peziarah mengambil air untuk membasuh muka, kedua tangan dan kakinya. Ada juga yang mengadakan tirakat dan semedi di sekitar lokasi sendang.

Upacara kupatan juga diselenggarakan di Sendang ini. Hingga sekarang dalam penyelenggaraan upacara kupatan, para peziarah yang berhasil mendapatkan ketupat dalam acara sesajian, merasa dirinya mendapat berkah. Ketupat yang diperolehnya itu ada yang digunakan untuk memberi makan bulus di Jimbung, ada juga yang digunakan untuk memberkati sawah dengan cara menebarkan ketupat di sawah dan ladangnya.


Tidak ada pantangan bagi pengunjung Sendang Jimbung. Tidak ada pantangan bagi pengunjung yang hendak mengikuti upacara syawalan atau kupatan. Pantangan hanya berlaku pada peziarah khusus. Mereka harus mantap hati dalam mencari pesugihan, bila tidak maka akan mendapat resiko yaitu badannya dapat berubah warna menjadi belang-belang dan permohonannya tidak akan terkabulkan. Namun bagi yang terkabulkan akan ada akibat yaitu tubuhnya menjadi belang-belang dan jika perubahan itu sudah ke pusar maka biasanya orang tersebut akan mati.

2.3.3.          Gunung Kemukus

Gunung Kemukus terletak di desa Pendem, Sumber Lawang, Sragen. Tempat ziarah ini berada 30 km dari kota Solo. Di gunung ini terdapat sebuah makam yang dikeramatkan yaitu makam Pangeran Samodra. Pada umumnya orang yang datang ke gunung Kemukus adalah untuk mencari berkah, keberhasilan atau memperoleh kekayaan duniawi. Sebenarnya ada banyak tujuan lain seperti mencari jodoh, meminta agar naik pangkat, jabatan dan mendapat seks bebas. Seorang laki-laki dapat melakukan dengan pelacur atau bukan pelacur. Perempuan atau laki-laki yang datang mencari kekayaan harus mencari pasangan lawan jenis dan melakukan hubungan intim dengan pasangan yang tidak sah. Sehingga para peziarah yang mencari kekayaan akan juga terjerembab ke dalam masalah hubungan seks bebas.

Hari Jumat Kliwon dan Jumat Pon ritual mencari pesugihan di gunung Kemukus merupakan hari yang paling ramai dikunjungi namun malam satu syuro juga menjadi puncaknya. Para peziarah ternyata juga datang dari berbagai kota seperti Bandung, Surabaya, Jakarta dan kota-kota lain. Selain melakukan hubungan intim dengan seks bebas para peziarah juga menaikkan doa kepada arwah pangeran Samodra

Para pencari pesugihan memunyai keyakian bahwa ketika mereka mendatangi gunung Kemukus melakukan ritual yang telah ditentukan mereka mengalami peningkatan ekonomi, usaha pertanian lancar, dan laris dalam usaha dagangnya.


Ritual mencari pesugihan di gunung Kemukus


Proses ritual ziarah di gunung Kemukus terbagi dalam beberapa waktu, yaitu waktu kunjungan yang umum terjadi di malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon. Pada malam Jumat Pon pengunjungnya lebih banyak. Puncak ritual adalah pada malam satu Syuro. Malam Jumat Kliwon diyakini malam meninggalnya pangeran Samodra. Ritual yang dilakukan adalan para pencari pesugihan mencari pasangan yang akan diajak berhubungan intim. Para peziarah yang datang ke makam pangeran Samodra pertama adalah membawa bunga, sebelum berdoa dan memohon sesuatu para peziarah melakukan tabor bunga di atas makam. Bunga tersebut sebelumnya diberikan kepada juru kunci untuk didoakan diasapi dengan kemenyan. Demikian pula para peziarah memberikan amplop kepada juru kunci.

Pada malam satu Syuro diadakan ritual penyucian kelambu makam, dan barang-barang pusaka (keris, tombak, dan lainnya) yang dialirkan ke sungai di kaki gunung Kemukus.


2.3.4.          Tempat peziarah di daerah Jawa


Selain tempat-tempat yang disebutkan di atas sebenarnya masih banyak tempat keramat untuk mencari pesugihan diantaranya:

  • 1.     Parangkusumo di Bantul Jogjakarta
  • 2.     Makam raja-raja Imogiri di Bantul Jogjakarta
  • 3.     Makam Nyai Barat ketiga di Ngawen,Klaten
  • 4.     Sendang Kamulyan,Sentolo,Kulon Progo
  • 5.     Balakan Sokoharjo
  • 6.     Gunung Srandil Cilacap


Dalam setiap tempat ziarah dan mencari berkah (pesugihan), di tempat tersebut ditandai adanya makam dari tokoh yang dianggap terkenal dari suatu kerajaan. Tokoh tersebut dianggap mempunyai pengaruh tertentu. Kegiatan ziarah pada dasarnya adalah memohon berkah dari arwah demi kelancaran usahanya. Dalam ziarah perlu syarat-syarat tertentu baik yang sifatnya mental maupun fisik.



BAB III

Ritual Mencari Pesugihan Dalam Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Iman Kristen


3.1.    Larangan Mencari Pesugihan Menurut Firman Allah


Firman Allah secara jelas melarang orang untuk melakukan pemujaan kepada arwah atau roh-roh animisme dan dinamisme. Dalam perspektif Kristiani orang yang melakukan kegiatan ritual pemujaan mencari pesugihan sesungguhnya berjalan ke dalam kegelapan dan mengikat hubungan dengan maut. Dalam kitab Yeheziel 13:18, 20:


Katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah dukun-dukun perempuan, yang mengikatkan tali-tali azimat pada semua pergelangan dan mengenakan selubung pada kepala semua orang, tua atau muda, untuk menangkap jiwa orang. Apakah kamu hendak menangkap jiwa orang yang termasuk umat-Ku dan membiarkan orang-orang lain hidup untuk kepentinganmu? Kamu melanggar kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-Ku hanya demi beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti, dengan membunuh orang-orang yang tidak patut mati, dan membiarkan hidup orang-orang yang tidak patut hidup, dalam hal kamu berbohong kepada umat-Ku yang sedia mendengar bohong. Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan menentang tali-tali azimatmu, dengan mana kamu menangkap jiwa orang dan Aku akan mengoyakkannya dari tanganmu dan melepaskan seperti burung-burung, orang-orang yang kamu tangkap.



Dari ayat di atas jelas bahwa mencari pertolongan (termasuk mencari pesugihan) dengan datang ke tempat keramat sama artinya dengan menyerahkan jiwa kepada para dukun. Karena dalam ritual mencari pesugihan ada sesuatu yang harus dibayar (tumbal) orang harus mengorbankan dirinya, atau bahkan anaknya sebagai bayaran setelah memperoleh harta. Penyembahan kepada roh atau sesembahan mempunyai arti penyembahan kepada setan. Di sini ada esensi bahwa ketika orang menyembah setan berarti mengikatkan dirinya kepada maut.

Dalam pandangan Kristiani jelas bahwa orang yang mencari pesugihan dengan datang ke tempat keramat adalah termasuk terikat okultisme atau kuasa gelap. Dan ikatan yang dibuat tersebut dapat mendatangkan kutukan atau pun kerusakan yang sifatnya mendasar karena menyangkut jiwa manusia. Yehezkiel 13:21-23:

Aku akan mengoyakkan selubungmu dan akan melepaskan umat-Ku dari tanganmu dan mereka tidak lagi menjadi mangsa di dalam tanganmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik, sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan dia hidup.Oleh sebab itu kamu tidak lagi melihat perkara-perkara yang menipu dan mengucapkan tenungan-tenungan bohong; Aku akan melepaskan umat-Ku dari tanganmu dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."

Orang yang melakukan ritual mencari pesugihan dan berorientasi kepada kekayaan duniawi dapat melegalkan berbagai cara supaya tujuannya tercapai, sehingga mereka dapat kehilangan akal budi sehat dan mereka tidak dapat mengerti kebenaran-kebenaran Allah. Roma 1:18-22:

Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.


Dari firman Allah di sini jelaslah bahwa manusia kerapkali tidak dapat mengucap syukur atas segala berkat yang dikaruniakan oleh Allah. Manusia mencoba cara sendiri untuk memperoleh kekayaan dan mereka mencari dengan cara jalan pintas yaitu meminta pertolongan kepada roh-roh setan yang berada di tempat-tempat keramat.


3.2.    Ritual dan Korban melawan kehendak Allah

Alam raya dan segala isinya diciptakan oleh Allah. Namun manusia telah menyeleweng dari kebenaran firman Allah. Demi kekayaan atau harta manusia mengikuti keyakinan hatinya sendiri dengan cara melakukan penyembahan kepada roh-roh atau arwah. Ritual mencari pesugihan memuat ritual pemujaan kepada roh-roh tersebut. Mereka menuhankan orang-orang ternama dan mengkeramatkan tokoh-tokoh untuk membantu mereka menjadi kaya dalam materi.


Ritual yang dibuat oleh pengelola makam menunjukkan bahwa manusia mempunyai ketundukan lebih kepada kuasa gelap dan pada wahyu-wahyu gelap. Kedudukan para pencari kekayaan yang menyembah setan secara otomatis menentang Allah sebagai Pencipta alam semesta. Karena letak makam tersebut berada di lereng gunung dan terdapat pohon-pohon yang besar, maka ritual mencari kekayaan tersebut tidak terlepas dari penyembahan kepada roh animisme dan dinamisme. Berkaitan dengan hal tersebut, firman Allah menegaskan dalam Yeremia 10:3,5:

Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun tidak dapat."


Dalam kitab 2 Raja-raja 21:3 juga ditegaskan : Ia (Manasye) mendirikan kembali bukit-bukit pengorbanan yang telah dimusnahkan oleh Hizkia, ayahnya; ia membangun mezbah-mezbah untuk Baal, membuat patung Asyera seperti yang dilakukan Ahab, raja Israel, dan sujud menyembah kepada segenap tentara langit dan beribadah kepadanya. Disinilah Allah selalu menentang dengan berbagai ritual penyembahan berhala atau meminta pertolongan kepada kuasa lain.

Korban dalam suatu ritual mutlak diperlukan. Tanpa korban serasa tidak ada yang dapat diharapkan. Ritual mencari kekayaan kerapkali meminta korban manusia, baik itu anaknya, istri/suami bahkan dirinya sendiri. Korban sama pentingnya dengan laku yang lain karena merupakan syarat untuk memperoleh kekayaan atau kesuksesan dalam materi. Orang harus berpuasa dan menyiksa dirinya untuk memperoleh kekayaan, mereka bahkan mengorbankan diri dengan pelacuran seperti di gunung Kemukus.

Mereka menahan nafsu seperti di sendang Jimbung. Namun kesemuanya itu hanyalah sebuah cara untuk meraih keserakahan harta atau materi yang duniawi. Para pencari kekayaan yang terlibat okultisme secara jelas menunjukkan gejala ini.

Kolose 2:18 : “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi”


Untuk menghindari ikatan okultisme melalui mencari kekayaan, maka perlu diketahui tentang data Iblis sebagai penipu manusia dan bapak pendusta, yaitu


Data yang jelas dinyatakan oleh Alkitab tentang iblis adalah sebagi berikut:

  • 1.     Iblis itu ada ( I Tawarikh 21:1,Ayub 1:16-21, 1 Petrus 5:8-9)
  • 2.     Iblis senang menaburkan benih yang jahat ( Matius 13:39)
  • 3.     Iblis menjadi musuh orang beriman ( 1 Petrus 5:8 )
  • 4.     Iblis adalah penguasa kegelapan ( Efesus 6:21)
  • 5.     Iblis adalah roh najis ( Matius 12:43)
  • 6.     Penghulu Setan ( Matius 10:25,Matius 12:24)
  • 7.     Iblis datang hanya untuk mencuri,membunuh dan membinasakan ( Yohanes 10:10)
  • 8.     Iblis adalah bapak pendusta,bapak perjinahan dan pembunuh manusia ( Yohanes 8:44 )



3.3.    Iman Kristen


Iman Kristen menekankan bahwa segala berkat bersumber dari Kristus. Kekayaan yang sejati berasal dari Kristus. Iman Kristen menegaskan bahwa kepercayaan kepada Kuasa kebangkitan Kristus harus mengalahkan kepentingan manusia secara materi. Sehinga gereja mempunyai tanggung jawab yang utama untuk membawa umat Allah datang kepada Kristus, mengenal Allah secara pribadi.

Yesaya 45 :3: “Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu.”

Kesulitan adalah sebuah realitas dalam kehidupan manusia. Namun demikian kesulitan harta dan ekonomi juga dapat dipecahkan dengan cara yang tepat berdasarkan iman Kristen. Gereja mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengangkat derajat ekonomi setiap warga jemaat. Tetapi itu semua dapat dimulai dari pembangunan iman yang benar dalam diri orang percaya.


Belenggu okultisme adalah sebuah tantangan yang nyata. Iman Kristen tidak hanya mempelajari gejala dan tindakan dari diri seseorang tetapi mempunyai tugas untuk membebaskan orang yang terbelenggu okultisme. Orang yang mencari kekayaaan melalui okultisme pastilah terikat karena mempunyai hubungan dengan dukun, mantera, tindakan nglakoni dan penyembahan kepada roh-roh nenek moyang. Jadi gereja harus menekankan pada jemaat, bahwa kekristenan adalah berpusat kepada karya keselamatan Kristus, dalam kitab Yakobus 5:3 dikatakan: “Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.”


3.4.    Spiritisme

Agar dapat berkomunikasi dengan berbagai roh dan arwah maka dilakukanlah berbagai acara pengorbanan sebagaimana tersurat berikut ini: Mazmur 106:37, 38:
“Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah”.



Belenggu Spiritisme dalam mencari pesugihan.Ada berbagai dampak negatif bagi setiap orang yang mempraktikkan spiritisme yaitu:

Mengalami kutukan Tuhan dan bukan berkat Tuhan

Kitab Yesaya mengutarakan belenggu kutukan murka Tuhan akan menimpa para spiritisme dan mereka yang memperaktekkan okultisme, yaitu yang diungkapkan oleh Yesaya (Yesaya 8: 20-22) sbb :

  • 1.     Tidak terbit fajar
  • 2.     Lalu lalang di negri itu
  • 3.     Melarat (miskin)
  • 4.     Lapar
  • 5.     Gusar
  • 6.     Mengutuk rajanya dan Allahnya.Artinya mengalami kepahitan hidup
  • 7.     Kesesakan
  • 8.     Kegelapan
  • 9.     Kesuraman yang menghimpit
  • 10.      Akan dibuang ke dalam kabut,maka tidak dapat melihat ke depan secara terang


BAB 4

Kesimpulan :

Okultisme berpengaruh kuat pada masyarakat Jawa. Orang Jawa yang belum mengenal Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh mereka mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa mereka dapat memperoleh kekayaan dan kesuksesan bila datang berdoa di tempat-tempat keramat. Adanya unsur sinkritisme juga telah mempengaruhi pola pikir orang Jawa dalam menjalani kehidupannya.

Kekristenan secara tegas menolak upaya mencari kekayaan dengan pergi ke tempat-tempat keramat dan melakukan penyembahan kepada roh-roh orang mati maupun kegiatan mitologi. Jalan yang patut diambil adalah gereja kembali kepada dasar kebenaran firman Allah. Kristus Yesus adalah jalan kehidupan, dan menyembah patung atau roh merupakan penyembahan kepada kuasa kegelapan.

Pemutusan ikatan okultisme harus dilakukan oleh gereja dengan aktif mengkonseling jemaat dan melakukan konfrontasi atas kehidupan dosa semacam ini.

Matius 11:28-30 menegaskan bahwa Allah sungguh mengasihi umat-Nya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."



Daftar Pustaka :

  • 1.     Ign. Gatut Saksono, Mencari Pesugihan, Jogjakarta : Yabinkas , 2008 Hal : XXII
  • 2.     Tim Progdi Sosiologi Agama,2007